19. Pengakuan Kepada Diri Sendiri

23 2 0
                                    

Hai... Balik lagi setelah sekian lama ga update yang terbaru. Semoga kisah muter2 tentang cinta ini bisa memotivasi kalian untuk memperjuangkan perasaan satu sama lain. Happy reading guys
...

Tak terasa sudah seminggu semenjak kepergian Stefi, dan sejujurnya aku sedikit merasa sepi. Entah karena mulai terbiasa awalnya ada teman baru di rumah, atau karena yang lainnya. Sejujurnya aku mulai merasa agak aneh.

Sebagian dari diriku mengharapkan sesuatu yang mampu mengisi kekosongan dalam diriku. Walau aku selalu bisa mengatasi hal ini sebelumnya dengan baik, tetapi entah mengapa belakangan aku semakin tak bisa mengendalikan diri. Terutama semenjak kehadiran Nathan, semuanya terasa berbeda.

Apalagi ini sedang seminggu dirinya pergi karena urusan kantor. Rasanya ada sedikit mengganjal perasaan sepi. Berharap ada yang menemani seperti biasanya, menikmati kopi sepulang kerja. Seolah sudah menjadi tradisi bagi kami berdua.

Hal itu entah kenapa menjadi penyemangatku belakangan ini. Tetapi begitu sebentar saja rutinitas itu pergi, rasanya seperti sepa. Tak ada lagi penyemangatku. Karena secangkir kopi tak akan pernah nikmat tanpa susu dan gula sebagai penyedap rasa. Aku mulai merasa sepi tak ada penyemangatnya.

Sampai aku berpikir apakah ini yang namanya jatuh cinta? Rasanya terlalu cepat mengingat belum lama ini aku berkenalan dengan Nathan. Apalagi terselip rasa ketakutan akan kehilangan sosoknya sebagai sahabat kalau perasaan ini hanyalah berlaku secara sepihak.

Meski aku tahu aku bukan cenayang yang bisa menerawang pikiran orang lain. Tapi menyatakan perasaan terlebih dulu rasanya agak ya... Sulit aku jelaskan meski pun aku pernah melakukannya. Walau sedikit memaksa memang, mengatakan itu padanya cinta pertamaku.

Ya, sebagian orang mungkin akan mengalami kendala dalam mengungkapkannya. Namun aku tak tahu apakah ini bisa disebut bakat alam atau apa, yang jelas aku bisa dengan lancar mengatakan ini karena sebagian mengatakan kalau aku ini termasuk yang pandai merayu. Padahal aku sih merasa biasa saja. Tak ada yang istimewa.

Aku hanya dengan terang-terangan menanyakan persaanku dan dia merasa bingung dengan keadaan itu. Lalu aku hanya menanyakan padanya apa yang sedang dia bingungkan sebenarnya? Tentang perasaanku padanya ataukah tentang perasaannya padaku? Aku menanyakan hal ini tentu karna aku merasa tidak ada batasan untuk jujur pada diri sendiri, selain itu aku hanya tak ingin dia salah paham dengan arti sikapku selama ini padanya. Bahwa baik kepada semua orang itu etika, tapi kalau aku bilang suka aku hanya ingin dia tahu dimataku dia berbeda.

Aku tahu menghadapi situasi telah mengatakan ini akan tak mudah. Tetapi kalau boleh aku berharap, seumpama memang aku ada diposisi yang sama. Aku ingin dirinya mau menyatakan hal itu secara jelas. Karena aku tak mau merasa gelisah dengan terus bertanya apa diriku ini tak cukup baik. Sehingga dia hanya berani mengakui itu dengan cara mengkode saja. Tolong katakan dengan jelas supaya aku tidak merasa sepihak jika kita memang memiliki rasa yang sama.

Lalu tentu saja, hasilnya dia mungkin kebetulan saja memang merasakan hal yang sama denganku. Maka tak sulit untuk mendapat respon yang baik mengenai perasaanku padanya. Walaupun untuk Nathan aku sempat berpikir akan menanyakan perasaannya padaku dengan cara yang sama. Namun sejujurnya aku masih meragu, apakah dia benar-benar tidak akan menjauhiku seumpama aku ternyata hanya sepihak.

Meskipun disisi lain andai kata dia memang menyimpan rasa yang sama denganku. Aku sedikit takut kalau seumpama dia merasa hanya terjebak rayuanku saja. Karena merasa terjepit tak sanggup mengatakan tidak.

Sedang disisi lain terus menyimpan perasaan ini sangat menyiksaku. Aku selalu merasa aku butuh penyelesaian secara pasti. Apakah aku hanya sepihak ataukah memang perasaanku ini sebenarnya berbalas. Ditengah keraguanku ini, aku sempat berpikir untuk mengakhiri segalanya. Melalui jalan menyatakan perasaanku padanya.

Sekalipun jalannya tak akan mudah. Tetapi aku percaya setiap kejujuran berhak mendapat penghargaannya. Meski pada akhirnya bisa saja aku menelan pil pahit rasa kecewa. Kalau selama ini aku tak lebih dari sekedar sahabatnya saja.

Aku harus mendapat kepastian tentang perasaanku. Harus!....
Apapun yang akan terjadi setelahnya. Aku hanya berharap aku bisa dikuatkan untuk menerimanya......

Filosofi Pasangan KopiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang