Sebuah suara langkah kaki yang terdengar tiba - tiba berhenti tidak jauh dari tempat Irene duduk.
Seorang gadis berdiri disana memegang payung berwarna hitam dan menatap Irene dengan ekspresi yang tidak bisa dijelaskan. Ia menghela nafasnya pelan dan mendekat ke arah Irene.
"I am sorry. Everything went wrong,huh ?" ujar nya sambil memeluk Irene hangat.
Irene menangis semakin kencang dipelukan gadis itu. Tidak ada kalimat sedikitpun yang keluar dari bibir kecil Irene, tapi gadis yang dipeluknya itu mengerti dengan baik apa yang dirasakan oleh Irene.
***
Seorang gadis berambut coklat menatap kosong keluar jendela. Angin yang berhembus kencang menerpa wajahnya sama sekali tidak membuat nya ingin menutup jendela. Mata coklat nya menerawang jauh entah kemana.
Seseorang terdengar mengetuk pintu dan gadis berambut coklat itu belum bergerak sedikitpun.
"Eonni, aku masuk." ujar seseorang dibalik pintu.
Tidak ada respon dari dalam, orang itu lalu membuka pintu kamar perlahan.
"Makan siang sudah siap. Hari ini aku memasakkan makanan kesukaan mu."
"Aku tidak lapar,Wendy."
Wendy menghela nafas dan Irene masih melihat keluar jendela.
"Aku sudah berusaha menghubungi nya tapi tak dijawab. Aku yakin dia akan kembali suatu saat nanti."
"Aku sudah membuatnya membenci ku. Jangankan untuk kembali, mendengar namaku saja pasti dia sudah muak."
Wendy tertegun oleh pernyataan Irene tapi ia berusaha setenang mungkin. Wendy hanya bisa kembali menghela nafas dan memberikan Irene sebuah belaian dipunggung nya.
"Aku selalu yakin, dia tidak punya waktu untuk membenci mu."
"Mengapa kau sangat yakin ?"
"Karena dia terlalu sibuk menata hatinya untuk kembali lagi kesini."
Mata Irene berkaca - kaca. Ia benar - benar merindukan Seulgi. Sejak hari itu, Seulgi tidak pernah kembali ke dorm. Masa promosi untuk album mereka juga telah berakhir jadi tidak ada alasan untuk bertemu Seulgi. Terlebih lagi, Seulgi seolah menolak untuk diganggu dengan menon aktifkan seluruh koneksinya. Ia tak memberi tahu siapapun ada dimana dan apa yang dilakukan nya. Ia hanya bilang pada manajer untuk mengambil waktu libur.
"Aku akan menunggu dibawah. Jika kau tidak turun juga, aku akan mengantar makanan mu kesini." ujar Wendy lembut.
Irene mengangguk kecil dan Wendy keluar kamar lalu menutup pintu. Irene mengedarkan pandangan nya keseliling kamar. Mata bulat Irene kemudian menangkap sesuatu di rak buku dekat pintu. Sesuatu itu adalah sebuah tas pipih berwarna orange tua yang terletak disamping tumpukan komik yang entah milik siapa.
Irene tersenyum kecut. Ia ingat sesuatu. Komik - komik dan tas orange tua itu adalah milik Seulgi. Seulgi dulu suka sekali menggambar dikamar Irene yang menurut nya lebih luas dan nyaman dengan jendela yang menghadap ke arah keramaian kota Seoul. Seulgi terlihat sedikit kerepotan karena harus membawa peralatan gambarnya bolak - balik ke ruangan Irene. Itulah mengapa Irene bilang pada Seulgi, dia bisa menempatkan peralatan nya di rak lemari itu.
Irene melangkah ke arah lemari dan kemudian membukanya untuk mengambil tas berwarna orange tua milik Seulgi. Irene yakin isinya adalah peralatan menggambar milik Seulgi.
Ia membawa tas orange tua itu keatas meja dan membuka nya. Tepat seperti dugaan nya. Isinya adalah buku sketsa Seulgi dan peralatan menggambarnya. Irene mulai membuka - buka buku sketsa itu dan sebuah senyum kecil muncul.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNSPEAKABLE ✔
FanfictionTentang seorang beruang yang menyukai seorang kelinci. Simple ? No...darling... no. Its complicated. [Seulrene 2nd Fanfiction] Happy Reading 👍