Chapter 1

14.9K 473 2
                                    

"kumohon Rose, kau tidak bisa mencampakanku seperti ini !" , ujar Christian yang ngomong ngomong adalah pria yang sebentar lagi menjadi mantan kekasihku , dia adalah seorang aktor yang saat ini karirnya sedang menanjak, tapi masa bodoh aku tidak peduli karena aku adalah Rosie, aku bisa mendapatkan pria yang lebih baik lagi, meskipun aku tidak begitu yakin apakah akan ada yang mampu mengimbangiku. well, aku memang begitu percaya diri dan sedikit semena mena.
aku hanya menggeleng sambil mengerutkan dahi, lalu berkata, " Chris, sudahlah! ketika aku memutuskan hal ini berarti itu sudah final, sampai jumpa !", lalu aku langsung berdiri dan beranjak dari kursiku. Christian hanya termenung di kursinya menatapku heran tanpa berusaha mencegahku untuk pergi, dan saat itu aku yakin keputusan ku adalah tepat. well, kuduga dia hanya aktor bodoh yang haus popularitas dan aku sudah tidak tertarik lagi dengannya. Ketika keluar dari sebuah restauran seafood di kota New York , Le Bernardin, sebuah mobil audi A6 berhenti di depanku dengan Vivian di kursi kemudi. well bisa dibilang dia adalah sahabat karibku sejak dari sekolah dulu.
"naiklah, bukankah aku datang di waktu yang tepat? kita ada janji dengan Jonny di Channel" ujarnya,aku langsung naik tepat di sebelahnya. Vivian adalah seorang dokter, baru saja lulus dari Yale university, dan dia cukup cerdas dan mampu untuk berkuliah di salah satu universtias Ivy league. Ayahnya Robert Olsen adalah seorang politikus, dan ibunya Amanda Olsen, seorang pengacara HAM.
"well, kau tau Christian benar benar payah dia hanya memasang tampang bodoh ketika aku mencampakannya" .
"aku tidak heran, karena kupikir dia kelihatan seperti aktor bodoh yang hanya mementingkan popularitas". jawab Vivian.
"hampir semua pria yang datang padaku terlihat bodoh seperti Raja Louis ke enam belas dari Prancis yang tergila gila dengan ratu nya Marie antoinette. Tidak, aku tidak mau terlihat seperti mereka". kataku memutar bola mata, Vivian hanya meringis.
Kami akan ke butik Chanel mengambil gaun pesanan untuk ku gunakan pada pesta ulang tahun ibuku empat hari yang akan datang, sesampainya disana Jonny menyambut kami dengan ceria, Jonny adalah seorang fashion stylist yang bekerja di Chanel, seorang pria feminim bertubuh sedikit berisi dengan kepala pelontos dan tinggi sekitar 167cm.
"my beautiful miss Amstrong, miss Vivian Olsen, aku telah menunggu kalian sayangku, oh dan miss Olsen aku suka dengan rambut brunette barumu oh tunggu, terlihat lebih gelap ya?" kata Jonny sambil menyentuh sedikit helai rambut vivian dengan bersemangat, Vivian meladeni Jonny tak kalah bersemangatnya. kami langsung berjalan kedalam untuk melakukan fitting dan tak ada masalah dengan gaun gaun itu, tentu saja Chanel dengan sangat professional membuat gaun slimfit selutut one off shoulder berwarna gold terjatuh sempurna di tubuhku, itulah mengapa aku sangat menyukai jonny, dia begitu mengerti apa yang aku inginkan, sedangkan Vivian memilih gaun sabrina berwarna royal blue beludru dengan belahan yang memperlihatkan kaki indahnya yang jenjang.
"miss amstrong, aku yakin mr. Christian Johanson akan sangat terpukau dengan gaunmu, oh aku suka bokong indahmu sayang", celoteh Jonny.
"ya, dan kau sangat tau membuat gaun ini untuk sangat menonjolkan bokongku bukan? kau memang yang terbaik, tapi sayang sekali Christian dan aku sudah tidak lagi berkencan beberapa jam yang lalu". kataku sambil tersenyum tanpa penekanan dalam suaraku.
"oh,maaf miss amstrong".
"tidak, sungguh itu bukan masalah babe", kataku sambil membelai punggungnya.
setelah urusanku dan Vivian selesai di Chanel, kami langsung ke Alison Lou untuk memesan perhiasan , ibuku pernah mengatakan ia menginginkan sebuah berlian merah, yaitu the Moussaieff Red Diamond jadi ayahku dan aku memutuskan menghadiahkannya sebuah satu set perhiasan yang dirancang model klasik dengan berlian putih mengelilingi batu tersebut, jika itu aku, aku juga mau beserta bunganya, tapi tidak dengan ibuku, ia tidak begitu setuju dengan ide tentang bunga, menurutnya bunga dengan cepat dapat layu, dia terlalu realistis pikirku atau mungkin sedikit membosankan, entahlah.
Setelah itu aku menelpon ayahku, "dad, aku telah memilih hadiahnya sesuai kesepakatan kita".
"baiklah rose, kau dimana?".
"aku sedang dijalan menuju rumah bersama Vivian dad, ada apa ?"
"well, aku tadi baru saja bertemu pengacara baruku dia sangat di rekomendasikan oleh Brown kakakmu, dan setelah berbicara banyak dengannya, tebak apa yang kutemukan?". Brown amstrong menjabat sebagai seorang CEO setelah menyelesaikan sekolahnya di Stanford University, dia adalah saudara lelakiku, lebih tepatnya dia adalah saudara kembarku, hanya saja dia tidak berambut pirang melainkan coklat tembaga yang di warisi oleh ibuku.
"apa itu dad?", jawabku dengan nada malas, karena aku bersumpah aku sama sekali tidak tertarik.
"dia adalah Elliot Badler katanya dia teman sekolahmu dia dua tingkat di atasmu, lebih tepatnya seniormu dan Brown ya?". kata ayahku melanjutkan. aku sempat tersentak beberapa saat, apa ? jangan bilang Elliot yang itu? kapten football semasa sekolah dulu, well bisa dibilang dia adalah cinta pertamaku. kau tau? dia tampan,tinggi,berambut cepak,pirang,bermata hazel dengan alis tebal dan  mempunyai bibir tipis yang seksi !!!!! tunggu dulu, itu sudah lama sekali itu sudah 5 tahun yang lalu, sekarang aku tidak perlu bertingkah bodoh seperti ini, berhenti sekarang Rosie !, dulu kau masi ingusan ingat? oke. aku menarik nafas lalu menjawab ayahku, "well, kurasa begitu. siapa tadi namanya kau bilang ? Elliot?". Seketika Vivian langsung balik menatapku tajam, sorot matanya seolah terkejut dan tidak percaya, ia mulai mengerutkan alisnya seolah olah menuntut penjelasan, aku hanya memutar bola mataku ke arahnya.
"ya, kurasa ayah menyukainya contoh pemuda yang dapat di andalkan, aku harap kau bisa memilih teman kencan yang berintelektual seperti dia nak", kata ayahku.
" kurasa aku juga wanita yang dapat di andalkan dad , jangan berlebihan oke?" lalu aku melirik nakal ke arah Vivian, serta melanjutkan percakapanku di telfon. "haruskah aku bertemu dengannya dad ?,sebagai salah satu pemegang saham dari Aero group tentunya?" , meskipun aku tau itu tidak terlalu diperlukan, tapi entah mengapa tiba tiba saja aku memikirkan ide konyol itu. Dan sungguh mengapa aku sama sekali tidak tau mengenai pengacara baru kami?. Aero group adalah perusahaan telekomunikasi yang telah kakek dan ayahku bangun dengan susah payah dengan aku dan Brown di persiapkan untuk mewarisinya.
"lakukan sesukamu sweetheart, kau tau apa yang harus kau lakukan untuk membuatku bangga mempunyai seorang putri sepertimu".
"Elliot ?, kenapa dengan dia?", tuntut Vivian, setelah aku memutuskan telepon dengan ayahku.
"well, entah sejak kapan Brown jadi berteman dengannya. Maksudku dia pengacara baru perusahaan kami atas rekomendasi dari Brown, tidak kah kau percaya itu?". katu sambil menggigit bibir bawahku.
"apakah itu mengganggu mu? kapan terakhir kau bertemu dengannya? demi tuhan Rosie bukankah dia cinta pertama mu semasa sekolah? kenapa dunia ini selalu serba kebetulan". katanya geli.
"aku hanya, well aku hanya heran. maksudku kapan Brown berteman dengannya?". Kataku menggeleng. Lalu dalam rencanaku aku akan menuntut penjelasan dari Brown.

..............................


Brown sedang bercumbu dengan Stella di atas meja dalam ruangan kerja pada apartemen nya, dan aku sangat tidak sengaja secara lancang membuka pintu ruangan itu, aku mendapati rok Stella tersingkap dengan tangan Brown didalamnya. Sungguh pemandangan yang menjijikan itu adalah hal terakhir yang ingin aku lihat.
"demi tuhan, apakah kalian tidak mengenal kunci?" tanyaku jijik. Stella langsung melirik ke arahku dengan bibir Brown masih melengket di lehernya. "oh, hai Rosie!, babe ayolah Rosie sedang memperhatikan kita", kata Stella menegur Brown. Brown langsung berhenti dengan ekspresi jengkel lalu menatapku, "hei ini apartemenku kau ingat?, apa yang kau inginkan Rosie?".
"sorry, bukan salahku kalau password nya bisa kutebak dan aku telah lama menunggu diluar. Kau tau aku sedikit tidak sabaran", jawabku tersenyum hambar. Brown langsung melepaskan dekapannya pada Stella lalu mencoba merapikan kemeja yang hampir sebagian kancingnya terlepas, memperlihatkan dada atletisnya, yeah dan dia adalah saudara kembarku. Begitupun dengan Stella seketika memperbaiki penampilannya.
"oke, maaf jika aku mengganggu kesenangan kalian, tapi aku penasaran Brown, sejak kapan kau berteman dengan Elliot huh?". Tuntutku.
"Rose, kau mengganggu aktivitas bercintaku hanya untuk menanyakan Elliot Badler? asal kau tau saja aku tidak bertemu Stella sudah 2 minggu lamanya karena pekerjaan sialan kami!, dan kau datang mengacau hanya untuk menanyakan Badler?", tanyanya tidak percaya. Stella Adamson, dia kekasih Brown dan bekerja sebagai model papan atas dia baru saja menjadi wajah baru Dior, well Stella juga baru saja meluncurkan lini pakaian dalam sendiri, aku tau dia sangat sempurna untuk Brown. Dan satu lagi, dia lebih tua 3 tahun dari Brown.
"well, aku hanya kebetulan mampir maafkan aku Stella, Brown, bisakah aku hanya mendengarnya saja darimu lalu setelah ini aku langsung pergi?".
"Rosie, ayolah hanya karena dia pernah berkencan denganmu kau tidak seharusnya seperti ini! ada apa dengan Chris? apa dia tidak menarik minatmu lagi? Badler pengacara handal dan sangat cerdas, aku mengajukannya karena yakin dengan kualitas dan kinerjanya, apa itu salah?". Kata Brown tidak percaya.
"maksudku dimana kau mengenalnya? aku tidak pernah tau, apakah kau sedekat itu sampai ia bisa mendapatkan pekerjaan ini?".
"Rosie, maaf menyelamu tapi Badler adalah kerabatku sayang, aku tidak tau kalau ia adalah mantan kekasihmu Brown tidak mengatakannya". kata Stella dengan tatapan bingung dan sedikit terkejut, lalu melanjutkan, " Brown mulai dekat dengannya ketika bersama sama bermain Polo di london musim panas lalu, dan aku yang mengenalkannya meskipun ternyata mereka adalah senior dan junior semasa SMA".
"dan meskipun Elliot juga bukan kerabat Stella, aku menyukainya Rosie, dan ayahpun begitu. Lalu apa yang akan kau lakukan ?". tanya Brown.
"tidak aku hanya sedikit terkejut, penasaran dan ingin tau. baiklah aku sudah mendapatkan yang aku inginkan, jadi aku akan meninggalkan kalian berdua, sampai jumpa!".
"Rose", panggil Brown.
"ya?", jawabku hampir menutup pintu.
"aku mengundangnya di acara ibu". Aku tidak tau harus menyahut apa, jadi aku putuskan hanya mengangkat sebelah alisku lalu tersenyum, kemudian langsung pergi tanpa berkomentar sepatah katapun. oke Rosie, memangnya kenapa kalau dia hadir? toh itu tidak akan mempengaruhimu, batinku kepada diri sendiri sambil menuju parkiran, kemudian kubuka pintu di kursi kemudi mobil Mercedes Benz E-Class tipe E 250 CDI E FL (W212) ku, kemudian mengendarainya menuju rumah. Dan aku berhasil untuk tidak memikirkan Elliot Badler mulai saat itu hingga malamnya sebelum tidur, dan bagusnya Vivian juga tidak repot repot membahasnya ketika kami berbicara lewat telfon. Siapa peduli, mungkin tadi aku hanya sedikit terkejut, jangan sebut aku Rosie Amstrong jika aku tidak pandai mengendalikan diri, itulah aku, yeay hidup aku !.

How To Marry a Rich Lady (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang