Chapter 6

4.3K 225 2
                                    

Aku duduk di sofa yang terletak tidak terlalu menyudut di sebuah bar, sehingga siapapun dapat dengan mudah menemukanku, aku menunggu kedatangan Vivian sambil meneguk segelas rose wine, aku menangkap sepasang mata menatapku dari meja bar, aku balas menatapnya sambil meneguk lagi minumanku, sembari tersenyum tipis lalu berpura pura menolehkan pandanganku, iya itu adalah isyarat yang kubuat untuk mengundang pria menawan yang sedari tadi menatapku dari meja bar yang berada disana.
"well, aku melihatnya!", sahut Vivian entah sejak kapan ia sudah berdiri di hadapanku. Ia memutar bola matanya ke arahku, lalu menyunggingkan senyumannya sembari duduk di kursi yang berada di hadapanku.
"oh ayolah!, tidak kah kau lihat dia tampan Vivian. Kurasa dia tipeku", ujarku pada Vivian tapi tatapanku masih berada pada pria asing di meja bar.
"kau mulai lagi, tapi aku tidak akan ikut campur", kata Vivian mengangkat tangan kemudian menggeleng.
Pria itu menatapku lalu menatap ke arah dekat pintu masuk tempat body guardku berada. shit! dia melihat Jasper, pekik ku. Jasper adalah pengawal pribadiku seorang pria muda berusia 27 tahun, ia bekerja pada keluargaku sejak ia berusia 18 tahun, ayahnya sebelumnya juga telah bekerja pada keluargaku. Aku tidak menggunakannya setiap waktu, hanya saat saat tertentu yang memang sangat di butuhkan barulah ia berada disisiku. Dan kupikir ini saat yang tepat karena aku dan Vivian perempuan di club? aku hanya berusaha menghindari pria pria brengsek tidak bermutu mendekati kami. Tapi tidak dengan pria yang berada disana, apakah iya terganggu dengan Jasper?, aku menatapnya dan menaikan sebelah alisku, pria itu langsung mengangguk kecil dari kejauhan, aku melemparkan senyum menggodaku kepadanya yang membuatnya membalas senyumanku kemudian berjalan mendekat ke arahku.
"Mr. Right sedang kemari", bisiku bersemangat kepada Vivian, Vivian hanya nyengir tidak tertarik.
"hai ladies, jika tidak keberatan bolehkah aku bergabung? atau kau akan segera memberi isyarat kepada pengawal pribadimu yang sedang mengawasi dari kejauhan untuk mengusirku pergi?", tanya pria itu berdiri di hadapan kami.
"well, tergantung. Kau suka jika aku melakukan yang mana ?", tanyaku sambil tersenyum.
"aku Nick Ferguson", menyodorkan tangannya. Belum sempat aku menyambut tangannya tiba tiba seseorang terlebih dahulu menyambut tangan Nick.
"mr. Ferguson, aku Elliot Badler. Dan aku adalah tunangan wanita berambut pirang ini miss Rosie Amstrong", tegas Elliot tersenyum ramah, senyuman pria bernama Nick seketika memudar. Aku menyipitkan mataku menatap Elliot tidak percaya, Vivian hanya mematung dengan mulut terbuka kupikir ia syok dengan tontonan yang sedang berlangsung di hadapannya.
"oh maafkan aku, aku benar benar tidak mengenali miss Amstrong. Ini salahku, seharusnya pria di pojok sana sudah cukup menjelaskan kalo nona ini adalah orang penting", katanya muram dengan senyum di paksakan, ada sorot ketegangan dari raut wajahnya. Elliot tertawa, "aku dapat memakluminya mr. Ferguson, orang terkadang selalu membuat kesalahan", jawab Elliot dengan nada yang kudengar tidak tulus.
"oh panggil aku Nick saja Mr. Badler".
"well, tapi aku tidak nyaman menyebut nama depan orang yang sama sekali tidak kukenal dekat, maafkan aku". Kulihat rahang pria bernama Nick mengeras.
"baiklah terserah kau saja Badler, sepertinya aku harus pergi aku ada urusan", kata Nick menatapku sekilas lalu mengangguk tidak enak ke arahku kemudian segera berlalu. Aku tertegun tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.
"Rosie jangan coba coba", kata Elliot lembut membuyarkan lamunanku.
"well, kurasa aku tiba tiba ada urusan, Rose maafkan aku, aku tidak bisa menemanimu lebih lama", kata Vivian tiba tiba dan tersenyum kaku pada Elliot. Elliot balas tersenyum pada Vivian, "sayang sekali Vivian, sampai bertemu lagi, biar aku yang menemani Rosie. kau, sampaikan salamku pada Mrs. Olsen", jawab Elliot sedikit bersemangat kemudian mengedipkan matanya ke arah Vivian. "tentu saja Elliot, baiklah Rose, aku pergi". katanya mencium pipiku yang langsung bangkit dari tempat duduk kmudian Elliot, aku memelototi Vivian tapi Vivian balas memelototi ku kemudian segera pergi. Bagus sekali, dia mengkhianatiku lagi !, Vivian selalu saja begitu, ia tak terlalu suka dengan hal yang ribet dan lebih memilih menghindar. Tapi tetap saja, tidak kah terlalu kejam menelantarkan aku sendiri? padahal ia sudah berjanji akan menginap di tempatku. Dia benar benar kejam. Aku langsung berbalik memelototi Elliot, "kenapa?".
"seharusnya aku yang bertanya seperti itu, kau sungguh aneh Rose", katanya tertawa kecil lalu duduk di sofa tepat di hadapanku. Aku menyisir rambutku dengan jariku kebelakang dengan frustasi. Aku memberi isyarat pada Jasper untuk mendekat, Jasper mengangguk pelan kemudian mendekat.
"apakah kau sedang tidak fokus bekerja malam ini Jasper? mengapa kau membiarkan pria ini mendekatiku!", kataku kesal kepada Jasper sambil menunjuk Elliot. Elliot terlihat santai menuang rose wine kedalam gelas kemudian meneguknya sambil menatapku dengan tatapan geli.
"maaf nona, kupikir dia tunanganmu? saya tetap melakukan pekerjaan saya seperti biasa", katanya tidak enak, lalu menatap Elliot dengan raut muram.
"Jasper maaf kau bisa pergi, aku yang menanganinya dari sini, aku yang akan mengantar miss Amstrong pulang". Kata Elliot.
"apa katamu?", bentak ku.
"Jasper kumohon, kau tentu tidak ingin terlibat dengan pertengkaran sementara yang bersifat pribadi karena urusan asmara bukan? kau tau itu bukan pekerjaan mu. Aku tunangannya dan dia sedang marah padaku, bisakah kau membiarkan kami berdua agar kami bisa berdamai?", jawab Elliot santai. Jasper menatapku lalu menatap Elliot tampak berpikir sejenak
"miss Amstrong saya pamit, Mr. Badler saya menyerahkan nona pada anda", katanya sedikit ragu lalu pergi meninggalkan kami.
Aku menatap kepergian Jasper tidak percaya, mulutku nyaris terbuka. Lalu setelah sosok Jasper menghilang aku melemparkan tatapan sinisku kepada Elliot, aku tidak sanggup mengeluarkan sepatah katapun tenggorokanku serasa tercekat, aku menghempaskan tubuhku dengan kasar di kursi, lalu menghembuskan nafas, "ya, tidak heran kau adalah seorang pengacara cerdas yang digunakan oleh ayahku, kau sangat pandai bersilat lidah",kataku memelototi nya dengan muak kemudian ku rebut gelas yang sedang Elliot pegang, kemudian meminumnya dengan terburu buru, Elliot hanya tersenyum miring.
"baru tanpa pengawasan sedikit saja kau sudah mulai nakal".
"Elliot dengar, apa yang sebenarnya kau inginkan? kau tidak bisa seenaknya merusak kesenanganku dengan menggunakan alasan jika aku adalah tunanganmu!, kau pikir aku benar benar menerimanya?", kataku dengan kesal. Mata hazel nya seketika menyipit.
"Rose, aku tidak berniat membagimu kepada pria lain. Kau adalah milik ku", katanya menghela napas.
"benarkah? siapa yang bilang kalau aku adalah milikmu?".
"aku!, dan hampir semua orang yang kau kenal akan menganggapnya seperti itu Rose".
"kau benar benar Elliot! apa kau bercanda? jangan main main denganku!".
"sayang kumohon, aku tidak sedang bercanda, bagaimana kalau kau terima saja ini dan belajar mencintaiku kembali? mudah kan?".
"kau sakit Elliot!, aku sudah lama melupakanmu dasar kau idiot!". Tanpa sadar aku terus menuangkan minumanku.
"sayang aku tidak menyarankan kau untuk minum terlalu banyak, besok kau ada rapat direksi bukan?". Katanya lembut. Aku langsung mematung. Sialan aku benar benar lupa, masalah dengan Elliot benar benar menyita perhatianku, hampir saja!, aku hanya mengerang dengan kesal. "baiklah aku harus pulang, aku tidak ingin kurang tidur demi rapat besok". Kataku berdiri lalu berjalan dan Elliot mengikuti ku dan menggenggam tanganku, aku berusaha melepaskan genggamannya. "Elliot cukup! biarkan aku pulang sendirian! demi tuhan kau sungguh membuatku muak".
"kalau kau terus melawan aku akan membopongmu paksa keluar dari sini membawamu ke mobilku. Sehingga semua orang bisa menonton kita dan tau bahwa wanita yang di seret paksa keluar adalah Rosie Amstrong Itukah yang kau inginkan?", ancamnya. Oh dia sangat mengetahui semuanya tentang aku huh? hebat sekali dia mengetahui jika aku benci menciptakan skandal yang membuatku jadi sorotan. Aku langsung memaksakan senyumanku, "baiklah Elliotku, tapi bisakah kau lepaskan tanganmu? aku janji aku akan dengan sangat manis mengikutimu".
"tidak Rose, dan membiarkanmu kabur?".
"kau tidak mempercayaiku?", tanyaku dengan nada manja dibuat buat.
"tidak saat ini Rose aku tidak bisa membiarkan kemungkinan terkecilpun terjadi", katanya tersenyum nakal kemudian menarik ku pergi, cengkraman tangannya sedikit kuat membuatku tidak dapat membebaskan diri darinya.
Sesampainya di parkiran ia membukakan pintu mobilnya untuk ku. Kemudian berputar masuk ke kursi kemudi, ia meraih sabuk pengamanku berusaha membantuku memasangnya. Ia terhenti sejenak ketika wajahnya berada sangat dekat pada wajahku, ia lalu berusaha mendekatkan bibirnya ke bibirku, aku mematung disana, kemudian ia tersenyum lalu menjauhkan wajahnya.
"aku tidak akan pernah lagi dengan lancang mencium mu. Tidak sampai kau yang benar benar menginginkannya".
"sebaiknya kau pegang janjimu pak", kataku tidak melihatnya.
"akan ku kondisikan miss Amstrong", kemudian ia melesatkan mobilnya melewati hingar binar kota New York, selama perjalanan kami hanya hening, yang terdengar hanya dentingan lagu dari Justin Timberlake yang berjudul not a bad thing.
"kau tau, Justin Timberlake mewakili perasaanku terhadapmu melalui lagu ini", katanya tersenyum memecah keheningan. Aku memutar bola mataku. "huh dasar kau kekanak kanakan". Jawabku malas.
"kenapa? dulu kau suka jika hubungan kita di hubung hubungkan dengan lagu?", katanya menggodaku.
"Elliot, kau pikir aku masih sama dengan gadis ingusan bodoh yang tergila gila padamu?, tidak. Gadis itu sudah tidak ada lagi, jangan terlalu berharap".
"benarkah? maaf aku lupa, gadis itu telah menjelma menjadi seorang wanita dewasa seksi yang membuatku balik tergila gila".
"makanya dulu kau meninggalkanku karena aku tidak seksi? itu maksudmu?", kataku tajam.
"oh ayolah Rose, bukan itu yang kumaksud, dulu kau juga seksi, hanya sekarang terlihat lebih matang".
"tutup mulutmu".
"Rose, jangan bilang kau menyimpan dendam di masa lalu padaku?", katanya curiga.
"mengapa aku harus melakukan itu? Elliot jangan bercanda, aku tidak ada waktu menyimpan dendam di masa lalu, apa lagi untuk orang seperti mu", padahal memang benar ketika mengingat dulu ia tiba tiba memutuskanku dan sekarang ia memaksa jadi tunanganku, aku sedikit kesal dan tidak terima.
"syukurlah aku hanya khawatir kau salah paham dan tidak menangkap maksudku".
"Elliot, diam dan menyetirlah. Jika kau masih berbicara aku akan melompat paksa dari mobil ini!".
"baik miss Amstrong tolong jangan lakukan itu". Lalu untuk beberapa saat kami kembali dalam keheningan hingga kami tiba di apartmentku, ia menepikan mobilnya di depan loby.
"beristirahatlah dengan nyenyak Rosie".
"ya, terima kasih telah mengantarku", kataku kaku. Lalu langsung turun dari mobilnya.
"Rose", panggilnya lagi yang membuatku menunduk sedikit ke arah kaca mobil.
"aku serius soal kau harus mencoba belajar mencintaiku kembali", kata Elliot dengan nada serius. Aku menaikan sebelah alisku lalu berujar, "well, tergantung usahamu Elliot, apakah kau akan berhasil untuk membuatku mau belajar mencintaimu", tantangku. Ia tertawa.
"jangan meremehkanku Rosie".
"well, kita liat saja nanti!, sekarang pergilah".
"kutunggu sampai kau masuk terlebih dahulu".
"terserah kau saja", kataku menggelengkan kepala lalu berjalan masuk menuju lobi. Elliot menyunggingkan senyumannya, kemudian setelah memastikan aku telah masuk kedalam gedung, ia melesatkan kendaraannya.
Well, kuakui aku sedikit berterima kasih kepadanya karena telah mengingatkanku tentang rapat direksi esok hari, aku benar benar melupakannya. Mungkin saja jika ia tidak muncul di club malam tadi aku dan Vivian telah berakhir di apartemenku dalam keadaan mabuk, atau aku yang berakhir bersama pria yang bernama Nick?, tidak tentu saja karena tadi Jasper mengiringiku. Jadi kemungkinan yang pertama yang pasti akan terjadi. Sesampainya di dalam apartemenku, Aku langsung mandi, aku begitu merasa pengap. Lalu langsung tertidur, tidak lupa sebelum itu aku menyetel alarm pukul 7 pagi, rapat akan di mulai pukul 10, tapi aku harus berada di kantor pukul 9, Seketika akupun terlelap kelelahan dan sedikit karena pengaruh alkohol.

How To Marry a Rich Lady (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang