Chapter 13

3K 167 0
                                    

Sarah berjalan menuju altar dengan di dampingi oleh Mr. Langley, ayah tiri Sarah dan Elliot. Kulihat dari bahasa tubuh mereka, mereka sudah sangat akrab. Sarah tampil sederhana namun tetap cantik dalam balutan gaun pengantin putih berleher sabrina, slimfit selutut, rambutnya di angkat dan ditata dengan pola rumit dan diberi sentuhan bunga sederhana berwarna senada pada ujung sanggulnya tidak lupa dengan polesan make up minimalisnya membuatnya terlihat bersinar. Suasana pernikahan mereka terlihat begitu indah di Versailles garden ini, mereka memilih area beberapa meter dekat kolam
renang. Altar terletak pada puncak tangga diluar bangunan taman yang mempunyai pilar pilar indah bergaya Victoria, mereka tidak terlalu mendekor tempat ini karena pemandangan tempat ini sudah cukup mengesankan tanpa harus di berikan sentuhan yang berlebihan.
Tatapan James si mempelai pria tersenyum bahagia sekaligus takjub melihat Sarah. James Mosley adalah pria keturunan inggris yang berprofesi sebagai seorang akuntan sukses. Mereka bertemu secara tidak sengaja ketika mereka melakukan perjalanan liburan kemari, Bahama. Itulah mengapa mereka memutuskan untuk menikah di tempat ini, Sarah yang periang dan James yang dewasa. Mereka terkadang mengingatkanku pada Brown dan Stella, oh aku benar benar ikut bahagia dengan Sarah.
Setelah Sarah telah sampai di depan altar Mr. Langley menyerahkan Sarah pada James. Merekapun mengikrarkan janji dan sumpah pernikahan di hadapan penghulu, setelah mereka di nyatakan menjadi sepasang suami istri, James mencium Sarah, kemudian menggendongnya dan memutar mutarnya, para tamu bertepuk tangan sembari berseru dengan pasangan baru itu.
"Rosie, mari perkenalkan", sahut Elliot tiba tiba mendatangiku dengan menggandeng seorang wanita yang terlihat tidak asing, wanita tersebut tersenyum cerah melihatku.
"oh jadi kau yang namanya Rosie Amstrong, perkenalkan Aku Lucy Adamson, bibi muda Elliot. Elliot sering membicarakanmu". Katanya menjabat tanganku. Aku melirik sesaat ke arah Elliot kemudian balas menyambutnya dengan hangat.
"oh hai miss atau mrs adamson?, maaf kau terlihat sangat mudah". Kataku.
"ya benar aku hanya setahun lebih tua di bandingkan Sarah, dan aku belum menikah. Panggil saja aku Lucy".
"halo lucy dan aku Rosie, senang bertemu denganmu".
"Elliot pernah bercerita jika kau baru baru ini sempat salah paham padaku? aku hanya terkejut, bahwa seorang wanita kaya raya dapat merasa cemburu pada Elliot. Oh dan aku sedikit bangga ketika seorang Rosie Amstrong mencemburuiku", oceh Lucy riang. Wajahku seketika memerah karena malu dengan kejadian itu, kutatap Elliot dengan pandangan protes, Elliot hanya tersenyum miring. Aku hanya tertawa sebagai balasan atas pertanyaannya.
"kau lagi lagi membuatku malu", protesku pada Elliot ketika Lucy sudah tidak berada di dekat kami.
"setidaknya tadi adalah pembuktian jika aku tidak mempunyai wanita lain selain dirimu". Jawab Elliot dengan nada penuh keyakinan. Aku hanya menyengir bosan, lalu mengambil segelas minuman di atas nampan yang di bawakan oleh seorang pramusaji.
"aku pulang malam ini, jet akan menjemputku tepat pukul tujuh malam", kataku pada Elliot sambil meneguk segelas minuman.
"kau apa?, oh ayolah Rose kau bahkan belum menikmati pantai nya".
"aku hanya menemanimu menghadiri pernikahan Sarah dan sudah kulakukan! jadi urusanku disini sudah selesai", kataku tegas. oh yang benar saja, setelah kejadian pagi tadi, aku sudah tidak sanggup lagi melewatkan satu malam bersama Elliot, aku bisa saja menyelinap di kamar Stella tengah malam, tapi hal itu akan membuatku terlihat kikuk di depan Elliot dan aku tidak ingin itu terjadi, maka pulang adalah cara terbaik yang saat ini dapat kulakukan.
Elliot tidak lagi menahan niatku, ia mengangguk lalu berkata, "jika itu yang kau mau, maka aku akan pulang bersamamu".
Aku meliriknya tidak percaya, mulutku nyaris saja terbuka. Demi tuhan, aku memajukan jadwal kepulanganku demi menghindarinya dan coba tebak apa yang kudapatkan?.
"oh tidak perlu !, kau disini saja dan silahkan bersenang senanglah bersama keluargamu. Aku sungguh tidak apa apa", kataku meyakinkan.
"apa kau melakukannya untuk menghindariku?". Ia menatapku serius.
"Rose, kau tidak melakukannya karena kejadian pagi tadi bukan? dengar, aku benar benar minta maaf tapi aku tidak menyesal melakukannya. Ingatkah kau bahwa kau yang membiarkanku mencium mu?".  Aku memelototi Elliot.
"diam aku tak ingin mendengar penjelasanmu!". Kataku menutup telingaku.
"dan kau, kau jangan terlalu yakin jika aku melakukan nya untuk menghindari mu! oh satu lagi, aku masih sedikit mabuk pagi tadi, jadi aku hanya tertimpa sial karena otak ku tidak bekerja terlalu bagus". Dustaku.
"well, kuanggap itu sebagai keberuntunganku", kata Elliot tersenyum dengan senyuman paling menggodanya yang memperlihatkan kedua lesung pipi sedalam palung lautan itu. Oh astaga! apa yang baru saja aku pikirkan? apakah ini efek alkohol yang baru saja kuminum?, pikirku ngeri.
"kurasa aku harus menghampiri keluargamu dan menyampaikan jika aku akan kembali sebentar". Kataku lalu pergi beranjak meninggalkan Elliot.
"apa kau yakin? mengapa kau pergi begitu cepat? kulitmu bahkan belum menggelap karena belum sempat berjemur oh ayolah", kata Sarah ketika aku menghampiri nya dan memberitahu bahwa aku akan kembali malam ini.
"aku juga ingin sekali, tapi sayang sekali karena ayahku sedang sangat membutuhkanku, ada yang harus segera kutanangani. Ini masalah pekerjaan". Kataku berbohong.
"ada apa ini? kenapa dengan Rose?", tanya Stella tiba tiba muncul.
"well, Rosie akan kembali malam nanti dengan jet nya, Katanya ada pekerjaan yang mendesak. Dia bahkan belum berjemur". Jawab Sarah ngeri. Stella langsung mengarahkan pandangannya kepadaku menatapku dengan pandangan bertanya sambil menaikkan sebelah alisnya. Aku menaikan bahuku berpura pura menyesal. Stella hanya mengangguk, kemudian terlihat seperti memikirkan sesuatu.
"dan Elliot?", tanya Stella.
"dia tetap disini tenang saja, dimana Emma? aku harus mengabarinya", kataku lalu segera meninggalkan Stella dan Sarah pergi mencari Emma.
"satu.....dua.....tiga". Mereka berhitung sebelum Sarah bersiap melempar buket bunganya. Buket bunga itu terlempar sangat tinggi, para wanita wanita lajang saling berebutan untuk menangkapnya, sementara aku tetap diam di tempatku merasa tidak terlalu tertarik dengan hal tangkap menangkap bunga, kemudian aku menoleh ke atas, entah mengapa aku merasa buket bunga itu akan jatuh ke arahku, dan benar saja benda itu memang jatuh ke arahku. Aku mendapati tanganku refleks menangkapnya, semua orang bersorak, tapi aku merasa ngeri dan dengan secepat mungkin kulempar bunga itu ke arah Stella, Stella menangkapnya menaikan sebelah alisnya. Seketika saat itu kurasakan semua pasanh mata menatap ke arahku, akupun cepat cepat mengatakan, "hanya untuk gadis yang benar benar belum ada rencana menikah", kataku beralasan lalu segera menunjukan cincin tunanganku, yang membuat orang orang tertawa kemudian bertepuk tangan. Entah mengapa aku hampir tiap saat memakai cincin bodoh ini, bukan karena aku benar benar bersedia menerima pinangan Elliot, mungkin saja karena kupikir desain cincin ini sangat indah dan aku menyukai benda ini tersemat di jari manisku, membuat tanganku tampak indah. Emma menghampiri serta memeluk ku. "oh sayangku, aku tunggu kabar baiknya! aku harap kalian tidak begitu lama menundanya", aku balas memeluknya, "tentu saja Emma, tentu saja", kataku berusaha terdengar tulus. Tentu saja aku berbohong, aku sebenarnya ingin menjawab dengan kalimat, "tentu saja aku tidak akan menunda nunda untuk menyingkirkan putramu yang mesum itu Mrs. Langley". Tapi tentu saja tidak ku ungkapkan. Elliot memperhatikan kami dari jauh, tatapannya mengisyaratkan bahwa ia penasaran dengan obrolan kami yang terlihat saling berpelukan. Aku menyunggingkan senyuman tipis untuk membalasnya.

..........................

aku tiba di landasan pesawat di jemput oleh Jasper, ketika aku telah tiba, kulihat Jetku sudah terparkir dan Jasper membantuku membukakan pintu mobil kemudian memegangi tanganku untuk turun.
"kerja bagus Jasper, tapi kau terlambat 15 menit", kataku sambil berjalan menuju tangga pesawat.
"maafkan aku miss Amstrong", jawabnya sambil mengikutiku berjalan.
Ketika aku telah masuk kedalam pesawat, kulihat ada seseorang duduk di salah satu kursi sedang membaca the new york daily news edisi lama. Aku seketika menghentikan langkahku, perasaanku mulai tidak enak, orang itu lalu menurunkan sesaat surat kabarnya, "oh kau sedikit terlambat sayang" kemudian kembali bergelut dengan bacaannya. Aku menyipitkan kan mataku, lalu duduk di kursi yang berada di hadapannya.
"bisakah kau menjelaskannya padaku, mengapa kau juga berada disini?", tantaku curiga.
"sudah kubilang, aku akan menemanimu". Jawab Elliot santai.
"tapi aku sudah mengatakan jika kau tak perlu melakukannya".
"tapi aku tidak pernah benar benar mengiyakan usulanmu", balasnya, matanya masih terpaku pada surat kabar.
"demi tuhan! apa kau tidak ingin menghabiskan waktu sedikit lagi di bahama? kau benar benar pria yang sangat aneh".
"mengapa aku menginginkan hal itu jika kekasihku berada disini?".
"aku bukan kekasihmu", jawabku sinis.
"oh maaf, ya kau benar kau bukan lagi kekasihku, kau adalah tunanganku", lalu menyunggingkan senyum khas Elliot yang selalu membuatku merasa terganggu, senyuman lesung pipi indahnya. Aku langsung menghembuskan nafas dengan malas.
"silahkan pasang sabuk pengamannya miss Amstrong Mr. Badler, sebentar lagi kita akan segera lepas landas", Kata seorang pramugari datang menghampiri kami. Kami hanya mengangguk. Dan beberapa menit kemudian kurasakan jet pribadi ini mulai lepas landas. Aku memilih untuk memejamkan mata berusaha untuk tertidur, aku benar benar harus menghindari percakapan dengan Elliot karena hal itu dapat membuatku selalu merasa kesal dan itu tidak baik untuk ku. Kulitku bisa saja segera mengendur sebelum waktunya akibat pria satu ini, hal baiknya adalah Elliot tidak berusaha mengajakku bicara, ia membiarkanku beristirahat, aku merasa ia menatapku yang membuatku sadar jika aku salah pilih tempat duduk, tapi aku berusaha untuk tidak terlalu memikirkannya dan mencoba untuk tidur saja. Hal baik lainnya adalah bahwa mataku cukup bisa diajak bekerja sama karena beberapa detik kemudian aku benar benar telah berada di alam mimpi.

How To Marry a Rich Lady (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang