Chapter 39

2.3K 138 8
                                    

Saat Elliot memeriksa di dalam apartemen Amanda dia tidak menemukan apa apa untuk membuktikan aku tidak bersalah, ia malah menyesalkan sidik jariku yang berada dimana mana karena membuat kegaduhan di apartemen Amanda, yang ku akui sepenuhnya itu salahku karena akibat hal itu pihak kepolisian menjadikannya alasan menuduhku sebagai tersangka. Dugaan mereka aku bertengkar fisik hebat dengan Amanda hingga membuat isi apartemennya berantakan lalu mendorongnya. Dan itu sama sekali tidak benar bukan?, tapi alibiku lemah tentu saja. Hanya orang gila yang menghambur tanpa alasan di apartemen orang. Aku memang gila kalau menyangkut tentang Amanda memangnya kenapa hah???, tripel sialan.

Tapi ketika Elliot memutuskan untuk ikut memeriksa di tempat tergeletaknya mayat, entah dewi keberuntungan sedang menuntunnya atau apa, tidak jauh ia menemukan kancing lengan kemeja tercecer di bawah pot tanaman tidak jauh dari mayat. Mereka mengambilnya secara hati hati tanpa menyentuhnya dan menyimpannya baik baik untuk di periksa oleh tim forensik.

Hasil nya cukup membantu karena terdapat sidik jari Amanda pada benda itu.

Kali berikutnya ketika aku di interogasi lagi di ruang pemeriksaan yang gelap itu, detektif Patrick memperlihatkanku sebuah benda kecil.
"Badler menemukan ini tidak jauh dari jasad korban", jawabnya terlihat bosan.

Aku melirik benda itu. Dan aku merasa tidak asing, aku memicingkan mata dengan seksama mencoba meyakinkan otak ku bahwa benda itu memang akrab di mataku.

"Sir, bisakah aku melihat benda itu dari dekat", kataku meminta izin detektif Patrick.

Robert Patrick menghembuskan nafas lelah lalu mendekatkan benda itu padaku.

"Sir, jika kau tidak keberatan bolehkah aku memeriksanya?, jika aku tidak salah ingat, aku sangat mengenali benda ini", kataku lagi. Aku yakin aku tahu benda ini.

Detektif Patrick terlihat ragu.

"Sir, kumohon", kataku memelas.

Akhirnya dia pun setuju dan memintaku untuk tetap menggunakan sarung tangan, akupun mengangguk setuju.

Aku segera mengambil benda kecil itu dan mengamatinya dengan tegang, maksudku aku telah yakin dengan status benda ini tapi tetap saja aku sulit mempercayainya.

Kancing lengan kemeja itu berbentuk segi empat berwarna hitam metalik dan di sekelilingnya berlapis perak, benda ini kupesan khusus oleh aigner dan aku mengecek bagian belakangnya di salah satu sudutnya tercetak huruf CR, yang artinya Christian Rosie.

Aku seketika tersentak. Ini tidak mungkin! Bagaimana bisa?, aku sama sekali tidak mengerti. Kancing lengan ini milik Christian Johanson mantan kekasihku. Aku sendiri yang memberikannya, benda itu hanya ada satu di muka bumi ini dan aku sendiri yang memesannya dari Aigner dengan inisial nama kami di belakangnya, itu hadiah ulang tahun yang kuberikan. Bagaimana bisa benda itu ada di sana dengan sidik jari Amanda melekat pada benda itu?.

"Sir, benda ini milik Christian, aku sendiri yang memberikannya sebagai hadiah", kataku ngeri sambil menelan ludah.

"Kau yakin?, bisa saja itu adalah benda yang berbeda", jawab detektif Patrick sedikit terkejut.

"Aku yakin sir, lihatlah inisial yang tercetak ini. Aku bisa menjamin benda ini hanya ada satu karena aku memesannya secara khusus", kataku nyaris berbisik.

Detektif menghembuskan nafas dan melirik ke arah cermin besar seolah olah sedang memberikan isyarat pada seseorang. Kemudian ia tanpa berkata apa apa meninggalkan ruangan yang di gantikan Elliot di depan pintu, lalu buru buru masuk menghampiriku.

"Syukurlah sayang, kau tidak apa apa?", tanyanya menghambur dan langsung memeluk ku yang masih terduduk di kursi dengan perasaan syok.

"Dengar Rosie, aku berjanji padamu semua akan baik baik saja. Ini akan segera berakhir" kata nya sambil memeluk dengan cara memegang pipiku dan tangan yang lainnya menyapu nyapu dengan pelan bahuku.

How To Marry a Rich Lady (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang