Chapter 10

3.4K 207 2
                                    

"bagaimana pendapatmu ? bukankah pesawat komersial tidak begitu buruk?", goda Elliot kepadaku. Aku memang mendengar apa yang ia katakan, tapi saat itu aku sedang berusaha untuk tidur dengan menggunakan masker mata jadi kuputuskan untuk pura pura tidak mendengar nya karena telah jatuh tertidur. Tidak lama kemudian aku merasa bibir Elliot menempel di bawah daun telingaku, ketika ia berusaha akan melumatnya, aku langsung terperanjat serta segera mendorong wajahnya.
"apa yang sedang kau lakukan?".
"aku tau kau tidak tidur". Ia menyeringai.
"kau! berhentilah berulah karena disini bukan jet pribadiku". Kataku dengan nada tinggi.
"well, itu yang akan kau dapatkan ketika mengabaikan Elliot Badler", katanya masih menyeringai.
"setidaknya kau menjaga kelakuanmu di tempat umum!".
"hanya sedikit pasang mata yang berada di kelas bisnis ini sayang". Jawabnya santai.
"tetap saja!, jika saja kau tidak mengidekan pesawat komersial kita pasti lebih leluasa dalam jet pribadiku!".
"maksudmu kau ingin aku melakukan lebih dari ini sehingga kita membutuhkan lebih banyak privasi?".
"jangan konyol! bukan itu yang kubicarakan, sebaiknya kau menyingkirkan otak mesum dan kelakuan menyebalkan mu untuk saat ini, kau dengar aku", kataku memelototi nya.
"apa kau tidak bosan? aku hanya ingin kau merasakan pengalaman yang berbeda. Bahkan keluarga kerajaan inggris juga tidak selalu menggunakan jet pribadi, terkadang mereka menggunakan pesawat komersial", oceh Elliot, aku memutar bola mataku kepadanya.
"kau pikir aku tidak pernah? jangan konyol", kataku. Elliot langsung menaikan sebelah alisnya.
"benarkah? ehm, maafkan aku miss Amstrong. Aku tidak tau jika kau ingin sedikit privasi untuk berdua denganku, maafkan aku karena berkeras menggunakan pesawat komersial". Katanya terdengar senang.
"aku ingin tidur, jangan ganggu aku". Kataku sinis lalu kembali menggunakan masker mataku. Dia semakin menyebalkan saja, apa yang telah dia lakukan terhadap ayahku sehingga selalu mendukungnya? dan ia selalu berusaha memojokanku dengan kata katanya seolah aku ini adalah lawannya dalam sebuah sidang, tidak heran mengapa pekerjaan nya sebagai pengacara sangat cocok untuknya, pikirku dalam hati.


.......................


Kamipun akhirnya tiba di Lynden Pindling international airport, tidak jauh keluar dari pintu kedatangan Stellah sudah menunggu kami menggunakan long dress bermotif floral berbahan tipis dengan V neck potongan dada rendah dengan belahan sepaha pada roknya, ia bersandar pada mobil jeep Wrangler jenis SUV. Ketika melihat kami ia melambaikan tangannya sembari melemparkan senyum. Stella sudah terlebih dahulu berangkat kemari dari 2 hari yang lalu dan sekarang bertugas menjemput kami di airport. Kami pun segera menghampirinya kemudian aku langsung memeluknya.
"bagaimana perjalananmu?". Tanyanya.
"sedikit membosankan", kataku datar lalu melemparkan tatapanku pada Elliot, aku tau Elliot berusaha berpura pura tidak mendengarnya dan sibuk dengan menaikkan barang barang kami di bagasi mobil.
"aku yakin kau akan menikmati liburanmu disini Rose", kata Stella meyakinkanku.
"kau mengendarai ini?", kataku takjub.
"yeah, aku menikmatinya", kata Stella mengelus cup mobil jeep Wangler itu.
"sebaiknya aku yang mengendarainya dari sini", potong Elliot yang disambut wajah cemberut Stella kemudian melemparkan kunci kepada Elliot.
Bahama tidak pernah mengecewakan bagi siapapun yang menginjakan kakinya di pulau ini, setidaknya itu menurut anggapanku yang sangat menyukai lautan, sepanjang perjalanan kami di suguhi pemandangan lautan berwarna biru jernih sebiru kristal, hamparan pasir putih yang mengagumkan dengan matahari yang bersinar terik yang sungguh membuatku takjub, bangunan bangunan bergaya kolonial berderet sepanjang jalan yang menjadi ciri khas tempat ini. Elliot mengintip dari kaca spion ketika aku tersenyum kecil.
"sudah ku katakan kau tak akan menyesal ikut denganku".
"ya, kurasa ini tidak buruk", balasku masih tersenyum, yang langsung kusesali kemudian dengan cepat memasang ekspresi datar. Elliot tersenyum miring melihat reaksiku. Jika ia tidak semenyebalkan ini, tentu saja aku akan dengan lantang mengakui bahwa aku senang berada disini, tapi tidak akan kulakukan karena Elliot pasti akan merasa menang dan percaya diri dimana aku tidak senang melihat nya merasa seperti itu.
Pernikahan Sarah akan dilangsungkan di Paradise Island tepatnya di taman belakang The Ocean Club resort yaitu Versailles garden dan kami akan menetap di sana selama 3 hari, perjalanan dari airport membutuhkan waktu 34 menit untuk dapat mencapai tempat itu, kami melewati jembatan Nassau Harbour, jembatan yang menghubungkan antara ibu kota Nassau yang terletak di pulau New Providence menuju Paradise Island.
Akhirnya kami tiba di resort, Elliot menyerahkan kunci mobil pada petugas Valley bersamaan dengan petugas hotel yang menurunkan barang barang kami.
"silahkan bawa ke room yang telah di reservasi tadi pagi". Kata Stella kepada pelayan hotel itu.
"tunggu, mengapa koperku dan koper Elliot di bawa ketempat yang sama?", protesku.
"well,itu....", kata Stella terputus.
"tentu saja kau bersamaku. Kita tidak tidur di ruangan terpisah mengingat kita sedang bertunangan", potong Elliot.
"Tidak! berikan aku ruangan lainnya. Aku tidak mungkin berbagi ruangan dengannya", kataku dengan nada kesal. Tiba tiba ada teriakan keras dari arah lain, well dan ternyata itu Mrs. Badler dan Sarah, mereka berlari kecil ke arah kami. Mrs. Badler langsung memeluk ku, aku sempat kaget namun langsung membalas pelukannya. Ibu Elliot memiliki mata hazel dan rambut pirang seperti Elliot, badannya bertubuh mungil dan wajahnya sangat terlihat bersahaja.
"tidak bisa kupercaya wanita secantik dirimu akan menjadi menantuku sayang".
Katanya begitu akrab, yang membuatku merasa heran karena bahkan  sebelumnya aku tidak pernah bertemu atau mengenalnya. Aku tersenyum segan kepadanya. "jangan berlebihan mrs. Badler", kataku.
"oh panggil saja aku Emma dan sekarang aku adalah Mrs. Langley".
"oh, maafkan aku Mrs. maksudku Emma", aku semakin canggung, lalu kupelototi Elliot mengisyaratkan tentang protesku, mengapa ia tidak mengatakan apa apa kepadaku sehingga aku tidak perlu melalui situasi canggung seperti ini, Elliot hanya menaikan kedua alisnya. Aku menghela nafas.
"apakah Elliot tidak cerita? oh dia memang begitu tertutup dia tidak akan bercerita hal hal yang mungkin dia rasa tidak perlu yang menurutku agak sedikit aneh karena kalian sudah bertunangan". Kata Emma memutar bola matanya kepada Elliot.
"maafkan aku Emma aku sungguh sangat tidak bermaksud" sesalku bersungguh sungguh.
"oh itu tidak masalah, setidaknya kau sudah tau sayang".
"hei lihat siapa ini? si cantik Rosie, apa kabarmu? sudah lama tidak bertemu, tapi aku sering melihat fotomu terpampang di majalah bisnis", sambut Sarah mencium pipiku.
"selamat atas pernikahanmu", ujarku.
"selamat juga atas pertunangan mu", balasnya.
"sedang apa kalian? mengapa kalian berada disini?", tanya Elliot.
"well, mom tidak sabar ingin bertemu Rosie dan aku juga ingin segera melihatnya dan entah mengapa feelingku selalu benar, bahwa aku merasa kalian akan tiba beberapa menit lagi. Aku segera mengajak mom kemari dan ternyata memang tebakanku sangat tepat", kata Sarah menyeringai memperlihatkan lesung pipi yang sama seperti Elliot miliki. Kuduga lesung pipi itu di warisi oleh ayah mereka, karena aku tidak melihat lesung pipi di wajah Emma, tapi Emma tetap mewarisi mata hazel dan rambut pirang mereka.
"sebaiknya kita harus membiarkan mereka ke kamar dan beristirahat, kupikir mereka sangat lelah", usul Emma menyelah.
"well,kau benar sekali mom. Aku dan Rosie sangat lelah dan kami butuh istirahat". Kata Elliot merangkulku. Tubuhku langsung menegang oleh rangkulannya.
"oh iya maafkan kami, kami akan membiarkan kalian beristirahat selagi aku dan Stella akan mengurus sesuatu". Kata Sarah. Elliot mengangguk lalu membimbingku pergi ke kamar, sialan !, aku benar benar tidak punya pilihan selain mengikutinya. Aku tidak mungkin protes di depan Emma dan Sarah, seandainya kalau bukan atas nama Amstrong aku tidak perlu bersusah payah menghormati mereka. Ya tentu saja lagi lagi ini demi nama baik keluargaku. Aku memang benar benar anak Rachel Amstrong.
Sesampainya dikamar, aku melepaskan rangkulan Elliot pada bahuku dengan kasar, tapi langsung terpukau dengan pemandangan depan teras yang langsung mengarah ke laut biru jernih dan pasir putih yang sangat memukai. Kamar ini berlantai kayu, tempat tidurnya berseprai putih serta bantal dan selimut berwarna biru muda, di atas tempat tidur di hiasi cermin dengan penerangan lampu kuning di sebelah kirinya, terdapat pintu geser kaca menuju teras balkon, aku berjalan menuju teras, menggeser pintunya, seketika angin sejuk masuk kedalam ruangan membuat rambutku dan tirai satin putih berlambaian karena di terpa angin, tanpa sadar rok gaun putihku ikut berlambaian. Elliot terpaku di depan pintu tanpa berbicara sepatah katapun, aku langsung menahan rok ku lalu berbalik sedikit ke arahnya.
"pemandangan yang sangat indah dengan adanya kau disini dan kita hanya berdua saja. tidak ada orang lain", kata Elliot nyaris berbisik. Kemudian menutup pintu lalu menguncinya. Aku melototinya, dengan langkah perlahan diapun berjalan ke arahku,
Demi tuhan, apa lagi ini?, pekik ku dalam hati.

How To Marry a Rich Lady (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang