Chapter 21

2.6K 152 0
                                    

"apa kita seharusnya meminta pihak HRD untuk menyeleksi seseorang untuk mengisi posisi kosong Amanda?", tanya Brown kepadaku, dia duduk dengan nyaman di sofa pada ruang kerjaku sambil menikmati segelas scotch.
"aku berpikir, mengapa kita tidak memberikan kesempatan pada orang orang di bagian perencanaan untuk menempatinya?", kataku tiba tiba mempunyai ide seperti itu. Brown mengangguk setuju kemudian berkata. "kuserahkan padamu".
Akupun tersenyum puas. Tentu saja aku telah mengawasi beberapa karyawan yang kunilai cukup pantas untuk mengisi jabatan sebagai kepala divisi perencanaan. Ada dua orang yang telah masuk dalam daftarku. Aku tidak cuma menilai jika dia mampu. Selain mampu, tentu saja aku harus memastikan jika aku dapat dengan nyaman bekerja bersamanya, meskipun ku akui jika dua orang kandidat ini sedikit tidak menyukaiku, mengingat aku tanpa sengaja mencuri dengar pembicaraan mereka, ketika tanpa sengaja aku menggunakan toilet umum karyawan yang berada di lantai 7. Saat itulah mereka mulai mengeluarkan kritik pedasnya terhadapku, tapi aku sedikit setuju jika posisi ini kudapatkan dengan cara instan, tapi aku tidak mungkin berada di posisi ini jika aku tidak mampu. Aku sedikit kesal, tetapi hal itu tidak boleh mengguncangku selama performa kerja mereka cukup menguntungkan perusahaan. Tapi lagi lagi ini memang perusahaan Edward Amstrong, ayahku!, jadi mari kita lakukan sesuai keinginanku.
Setelah Brown meninggalkan ruanganku, beberapa menit kemudian aku memutuskan turun ke lantai 7 untuk menghampiri Jane Seymour si kandidat pertama.
Ketika aku melewati meja kerjanya, aku tidak menemukannya disana, maka dengan langkah malas aku berniat mencarinya nanti. Tetapi langkahku terhenti tepat di depan ruang meeting bersekat kaca karena menangkap sesosok wanita berblazer baby pink sedang fokus di depan layar laptopnya yang sedari tadi kucari cari.
"apa yang sedang kau lakukan?", tanyaku menghampiri Jane. Dia langsung terperanjat melihatku, kuperhatikan gestur tubuhnya berubah menjadi kaku ketika aku masuk ke dalam ruangan menghampirinya. Dia membenarkan posisi duduknya ketika aku menarik kursi dan memposisikan diriku duduk di sebelahnya.
"miss Amstrong", tegurnya canggung kepadaku. Aku berusaha tersenyum ramah dan mengintip sesaat ke arah laptopnya, dan tebak apa yang kudapati, desain gadget?.
"apa ini?". tanyaku penasaran lalu  mengarahkan layar laptopnya mendekat ke arahku sehingga aku dengan mudah melihatnya.
"well, aku berencana mengajukan ini pada annual meeting minggu depan", katanya dengan nada percaya diri, kurasakan sedikit ketegangan yang dia rasakan mulai menghilang secara perlahan. Aku mulai menggeser laptop itu seutuhnya tepat di depanku. "well, kupikir ini tidak ada salahnya kau coba untuk mempresentasikannya. Persiapkan rinciannya dengan baik", perintahku setelah melihatnya sekilas dengan seksama.
"terimakasih miss Amstrong, kau sangat luar biasa. Kami sangat bersyukur mendapatkan atasan sepertimu", pujinya.
"benarkah?, apakah kalian sungguh seperti itu?", kataku berusaha antusias berbicara sambil menyilangkan sebelah kakiku. "apa yang membuatmu berujar seperti itu?, well aku mengira kalian terpaksa menerimaku hanya karena aku putri dari Edward Amstrong", sambungku dengan nada pesimis sengaja bermaksud memancingnya.
"tentu saja itu tidak benar, kau pantas mendapatkan nya, aku yakin siapa yang tidak akan bangga mendapatkan bos muda cantik seperti anda miss Amstrong", jawab Jane. Palsu !, well setidaknya semua ucapan ini adalah kebalikan dari ucapannya tempo hari, pikirku. Aku hanya tersenyum dan menepuk nepuk pundaknya lalu bangkit, "semoga beruntung dengan projectmu minggu depan, aku harus pergi sekarang", kataku lalu berjalan meninggalkan Jane.

....................

"Cindy, apakah kau telah menyuruh seseorang untuk membereskan barang barang Amanda?", katakaku pada Cindy yang beberapa saat yang lalu masuk ke ruanganku membawakanku segelas Bootleg Brulee panas dari kedai kopi yang terletak satu blok dari gedung kantor ini.
"ya tentu saja ma'am, bahkan barang itu telah dikirim ke alamat rumahnya", kata Cindy. Aku mengangguk sambil menikmati minumanku.
"oh ya satu lagi, bisakah kau memberitahu Sandra agar segera menemuiku disini". Sambungku.
"baik miss Amstrong", kata Cindy mengangguk lalu segera keluar dari ruanganku.
Beberapa menit kemudian akhirnya Sandra masuk ke ruanganku.
"apakah anda ingin menemuiku ma'am ?", tanya Sandra dengan nada pelan berada di ambang pintu.
"ya, silahkan masuk", akupun bangkit dari kursi kerjaku, mempersilahkannya duduk di sofa dengan aku yang langsung duduk terlebih dahulu. Kurasakan ia sedikit canggung tapi berusaha menutupinya dengan sikapnya yang terkesan percaya diri.
"ada yang bisa kubantu miss amstrong?", tanyanya penasaran. Ia duduk dengan posisi bahu tegak dan kaki rapat, kedua tangannya di letakkan rapi di atas pangkuannya, tubuhnya mengarah sedikit condong ke arahku sambil menunggu nunggu terlihat ingin tahu.
"aku hanya ingin mendengar pendapatmu, tentang tawaran kerja sama kita terhadap perusahaan telekomunikasi yang ada di Monaco".
"apakah anda serius meminta pendapatku?, mengapa aku?", tanyanya menunjuk dirinya dengan ekspresi geli.
"itu terserah padaku, jika aku ingin mendengarnya darimu maka aku hanya ingin. Itu saja, kenapa? apa kau merasa tidak mampu untuk menjawabnya?", tanyaku sambil menatapnya tajam.
Sandra menghela nafas, memejamkan mata kemudian mengangguk.
"berapa saham yang ia janjikan kepada perusahaan?", tanyanya.
"2,25 %", jawabku.
"minta menjadi 4%". Katanya dengan nada mantap. Aku menatapnya mengerutkan alisku.
"minta naikkan menjadi 4% agar perusahaan meraup keuntungan lebih besar, lagipula kita dapat memanfaatkan ketetapan negara itu dalam hal ekonomi. Kita tidak perlu membayar pajak dengan menyimpan sebagian dana perusahaan dari hasil keuntungan di Monte Carlo pada bank nasional mereka".
Aku memikirkan idenya sesaat, ya kenapa tidak terpikirkan olehku, Brown harus mendengar ini, Pikirku.
"aku akan mempertimbangkan saranmu, kau seharusnya menjadi anggota direksi", kataku sambil tertawa geli. Sandra menaikan sebelah alisnya sambil menggerakkan bahunya.
"sayangnya aku harus bekerja keras dalam waktu yang lama jika ingin berada di posisi itu" Katanya dengan sedikit nada menyindir.
"well, apa kau pikir aku dengan mudah berada disini?", tanyaku berusaha tidak terdengar dingin.
"hmmm semua orang tahu kau cukup cerdas untuk posisi ini, tapi ya memang betul kau mendapatkan nya dengan mudah tentu saja!, siapa kau? kau adalah putri dari Mr. Edward Amstrong, apa yang tidak akan kau dapatkan jika kau menginginkannya? bahkan jika kau tidak mampu. Aku yakin kau akan dengan muda mendapatkan nya", kata Sandra blak blakan.
"jadi menurutmu saat ini aku mendapatkan posisi ini dengan instan?", tanyaku menghembuskan nafas.
"menilai dari umur dan pengalamanmu, kurasa ya. Maafkan aku Miss Amstrong tapi begitulah yang ada dipikiranku", katanya lagi dengan jujur, kurasakan dia bahkan tidak merasa gamang dengan kalimatnya.
Waw, jujur saja aku merasa sedikit tertusuk tepat sasaran karena hal itu memang benar. Dan ya, aku mendapatkannya dengan cara yang curang jika saja dia tau, aku harus mengancam ayahku terlebih dahulu. Well, itu adalah rahasia internal keluarga yang bahkan tunanganku saja tidak kuberi tahu. Maksudku adalah Elliot, bukankah Elliot memang adalah tunanganku?, aku tidak salah bukan?.
"terima kasih", bisikku. Sandra terdengar sedikit menyesal dengan ucapannya, kulihat ia menyentuh ujung bibir bawahnya dengan jari jarinya. Ia berusaha mengendalikan diri sambil tetap duduk dengan posisi rapi seperti tadi.
"aku ingin kau mempersiapkan diri, aku akan mengungumkan posisi barumu. Kau akan menggantikan Amanda", lalu aku bangkit dan menyodorkan tanganku untuk memberinya selamat. Kulihat bola mata Sandra langsung membesar, mulutnya sedikit terbuka dia lalu dengan gerakkan cepat segera bangkit menyambut tanganku menyalaminya dengan canggung.
"tapi, ke..kenapa?", katanya terbata bata terdengar tidak percaya.
"aku menyukai kejujuranmu, kurasa aku akan dengan nyaman bekerja sama denganmu", jawabku. Sandra tersenyum senang sekaligus legah dia menghembuskan nafas sambil memegang dadanya. Ia sangat berterima kasih padaku, dan terlihat sangat bahagia serta seperti tidak percaya dengan apa yang  barusan kukatakan kepadanya. Tetapi aku meminta untuk merahasiakannya sampai pengunguman jabatannya secara resmi pada Annual meeting minggu depan. Yang tentu saja langsung di setujuinya dengan antusias.
Baru saja Sandra hendak keluar, Brown langsung masuk tanpa mengetuk kedalam ruanganku.
"well, aku tidak tahu jika kau kedatangan tamu", kata Brown terkejut.
"tidak apa apa, Sandra dan aku sudah selesai. Silahkan masuk Brown dan sekalian ucapkan selamat pada manager tim perencanaan kita yang baru", kataku santai lalu menunjuk Sandra kepada Brown. Sandra memberi hormat kepada Brown dengan canggung.
"well, kau telah mendapatkan nya", kata Brown tersenyum tipis kepada Sandra lalu menyalaminya yang di sambut Sandra dengan gugup.
"kau boleh pergi", kataku pada Sandra.
"terima kasih saya permisi", jawab Sandra dengan nada pelan, kemudian dengan langkah terburu buru keluar meninggalkan ruangan.

..........

"well, pada akhirnya kau memilih Sandra?", kata Brown sepeninggal Sandra ketika hanya ada kami berdua di dalam ruanganku.
"ya, tentu saja!", kataku yakin.
"hmmm, aku hanya tidak menyangka. Jujur saja tadi aku mendengar semuanya". Kata Brown.
"ya aku tahu, aku sejak tadi merasakan kehadiranmu di depan pintu. Karena itulah aku sengaja meninggikan nada suaraku dan memancingnya agar berbicara gamblang".
"dari mana kau tahu aku ada di depan pintu?".
"aku hanya merasakannya, well mungkin karena kita adalah saudara kembar". Kataku dengan nada geli.
"tapi mengapa dia?". Tanya Brown penasaran.
"karena aku menyukainya, dia jujur!. Dia tidak munafik dan berterus terang apa adanya. Aku menginginkan orang seperti dia untuk bekerja sama dengan kita". Kataku. Brown hanya mengangguk.
"kau mendengar pendapatnya tentang kerja sama di Monaco?, kita harus membahasnya pada dewan direksi", kataku.
"ya secepatnya kita harus mengadakan rapat untuk membahasnya", kata Brown lalu mengeluarkan ponselnya menindis nomor lalu menunggu panggilannya.
"siapa yang kau hubungi?", tanyaku.
"Elliot, dia harus mendengar ini terlebih dahulu agar mempelajarinya", jawab Brown. Panggilan Brown pun di jawab oleh Elliot. Brown meminta agar Elliot segera bergabung bersama kami, kurasa dia sedang dalam perjalanan.
"Elliot harus mengetahui kemungkinan kemungkinannya baru kita jabarkan pada dewan direksi. Dia sedang dalam perjalanan kemari", kata Brown menutup telepon sesudah menyudahi pembicaraannya di telepon.
Aku mengangguk berusaha telihat biasa saja. Aku menelan ludah, sebentar lagi Elliot akan kemari?, aku sedikit merasa gugup lalu berjalan menuju kamar mandi meninggalkan Brown tanpa menghiraukannya, hanya sekedar memastikan pemampilanku terlihat oke. Oh, demi tuhan Rosie kau tidak perlu sampai seperti itu. Tapi aku tetap saja memastikannya. ini sungguh menggelikan, kemana perginya Rosie yang selalu percaya diri dengan penampilan tanpa celahnya sehingga tidak perlu lagi mengecek ke toilet hanya untuk memastikan penampilannya terlihat oke?. Oh ayolah dia hanya Elliot! Dia bahkan bukan Tom Cruise atau siapalah itu, mengapa aku bertingkah berlebihan?. Aku benar benar kecewa pada diriku sendiri, well aku sudah tidak bangga pada diriku sendiri yang jatuh pada Elliot, pria yang selama ini sama sekali tidak kurencanakan untuk menjadi pemilik hatiku lagi. Aku harus lebih mengendalikan diriku yang telah lepas kontrol ini!. Rosie Lilian Amstrong benar benar payah!!!. Erangku dalam hati.

How To Marry a Rich Lady (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang