Chapter 8

3.3K 212 5
                                    

"tenanglah Rose, aku yakin Badler pasti punya penjelasan kemungkinan besar itu bukan dia, kau hanya salah liat", kata ayahku terlihat frustasi sambil menenangkanku yang duduk di sofa ruangan kantor nya sambil menangis terisak isak. Sejujurnya aku hanya bersandiwara demi menjalankan misiku, sesaat lagi aku harus membatalkan pertunangan bodoh ini, untung saja si tolol Elliot membuatku menemukan alasan yang tepat untuk melakukannya, dan bagusnya lagi, aku sebagai pihak yang tersakiti. Setidaknya begitu yang akan orang orang pikirkan, jadi bukan aku yang melakukan kesalahan sehingga pertunangan ini dibatalkan, aku cukup puas dengan cara kerja otak ku. Kerja bagus Rosie!.
"tapi dad bagaimana bisa itu bukan dia, itu benar benar dia, aku sendiri yang melihatnya", kataku sambil pura pura terisak.
"tenanglah Rose", kata ayahku menyapukan tangannya di kedua bahuku.
"minumlah air putih ini Rose", kata Brown menyodorkan segelas air putih kepadaku.
"tidak, aku ingin anggur!", lalu membuang nafas melalui hidungku pada selembar sapu tangan.
"oh ayolah reaksimu sungguh berlebihan", kata Brown, ayahku cuma menggeleng. Aku masih terus terisak ketika aku membuka cincin berlian dari Elliot lalu meletakkan di atas meja dengan kasar.
"sudah kukatakan bukan dad? jika ini bukan ide yang benar! inilah akibatnya jika kau memaksa anak perempuanmu bertunangan dengan pria yang baru saja kau kenal!", Brown langsung menaikan alisnya mendengarku mengatakan itu, kurasa ia mulai mengerti kemana arah pembicaraan ini.
"aku selesai dengan ini semua!, tidak ada lagi yang namanya tunangan, aku akan mengatakannya pada si Elliot Badler kesayangan kalian itu".
"kau jangan bersikap gegabah seperti itu", tegur ayahku.
"kau mengatakan aku bersikap gegabah? bagaimana denganmu dad? apa kau tidak bersikap gegabah dengan ide tunangan ini? lihat apa yang kita dapatkan? ia ternyata memiliki perempuan simpanan!". Tegasku.
"jaga ucapanmu Rose", tegur Brown padaku.
Aku menghela nafas dengan kasar, lalu menatap ayahku dengan tatapan memelas. oh ayolah bersandiwara menangis bukan hal yang mudah, mengapa mereka tidak bersimpati padaku dan mengeluarkan amarahnya terhadap Elliot.
Seketika bunyi ketukan pintu membuat perhatian kami teralihkan.
"ya silahkan", sahut ayahku. Seketika itu juga Elliot membuka pintu terpaku di ambang pintu.
"kau sudah datang" gumam ayahku pelan. Aku mendapati Elliot menatapku bingung, aku langsung memalingkan wajahku.
"aku memanggilmu agar meluruskan suatu hal dengan putriku!".
"ada apa Rose?", tanya Elliot.
Aku langsung berbalik ke arahnya sambil mengernyitkan mataku.
"kau berada dimana sore kemarin?", tuntutku. Ayahku dan Brown menatap Elliot menunggu jawabannya.
"aku? memangnya ada apa?".
"kau jawab saja! mengapa kau bertanya balik! kau ada dimana kemarin sore?", bentak ku.
"aku kemarin jalan jalan di kawasan Fifth Avenue". Aku langsung melemparkan tatapanku ke arah ayahku maupun ke Brown secara bergantian.
"lihat? itu benar dia!", kataku mulai meringis berusaha mengeluarkan air mata palsuku, aku kembali terisak pura pura menepuk nepuk bagian dadaku.
"jadi yang kulihat kemarin di seberang jalan itu benar kau Rose?", tanyanya sambil tersenyum, "kenapa kau menangis sayang?", lanjutnya.
"kita sudah berakhir Elliot! jangan memanggilku begitu, kau pikir kau siapa?".
"aku tunanganmu miss Rosie Amstrong".
"tidak lagi!, setelah kemarin kau berselingkuh serta bermesraan dengan perempuan simpananmu itu!".
Elliot terpaku menatapku, ayahku masih terdiam, Brown menghela nafas terlihat malas. Seketika itu juga Elliot tertawa, aku terperanjat, beraninya ia tertawa. Aku langsung menunjukan fotonya di ponselku dengan kasar.
"kau lihat ini!, mengapa kau tertawa? kau tidak tahu malu! Kau tau, selain kau tidak lagi menjadi tunanganku kau juga di pecat dari perusahaan ini!". Mata ayah dan Brown seketika membesar mereka memelototi ku. Ketawa Elliot semakin besar.
"ya tuhan, maafkan aku mr. Amstrong aku telah lancang tertawa di depanmu, tapi putrimu sangat lucu". kata Elliot sambil tertawa.
"bisakah kau langsung menjelaskannya saja?", tanya Brown tidak sabar.
"oh maaf baiklah, Rose apakah yang kau maksud dengan perempuan simpananku itu adalah Lucy?". Aku memutar bola mataku dengan ayah dan Brown masih tetap hening menunggu jawaban. "dengar, dia adalah bibiku".
"apa? kau pikir aku anak ingusan? kau jangan bercanda!,kemarin kau bersama wanita muda. Kalian lihat? kalian telah salah menggandeng pengacara! bukankah dia begitu bodoh?". kataku dengan nada tinggi.
"dia benar benar bibiku. Lebih tepatnya saudara tiri ibuku, anak bungsu kakek ku dari pernikahan keempatnya". Mataku langsung membesar.
"jika kau tidak mempercayainya aku bisa menghubunginya, kalau perlu kita bertemu dengannya Rose, dia menetap di San Fransisco dan saat ini sedang ada keperluan di New York", kata Elliot bersungguh sungguh.
Ayahku mengangguk puas. Oh tidak!, jadi dia tidak bersama wanita itu?, ada kelegaan sedikit di hatiku. Tapi tidak, itu artinya usahaku sia sia? dasar sialan!. Rahangku menegang, aku mengatup gigiku sambil meremas gaunku di atas pahaku, aku memejamkan mata sesaat, benar benar sial. Erangku dalam hati.
"persoalan telah di pecahkan", kata ayahku pelan.
"sepertinya aku harus pergi, ada yang harus ku kerjakan, selamat tinggal", pamit Brown berjalan keluar, ia memberi senyuman pada Elliot sebelum keluar meninggalkan ruangan.
"jangan membuat persoalan dengan membesar besarkan masalah Rose, jika kau melakukannya untuk menjalankan rencanamu, aku memberitahumu bahwa kau gagal. Kau akan tetap bertunangan dengan Elliot". tegas ayahku. Aku memasang muka masam lalu bangkit mengambil tas ku. "ya ya yaaaa itu kesalahanku, aku harus pergi, silahkan dad bekerja kembali", kataku ketus lalu berjalan keluar. Ayahku memberi isyarat Elliot untuk mengikutiku, dan di balas dengan anggukan Elliot yang langsung mengikutiku.
"jika tangisanmu tadi itu adalah nyata itu membuatku bangga", kata Elliot sambil berjalan mengikutiku ketika kami sudah keluar dari ruangan ayahku, aku menghentikan langkahku melipat tanganku sambil menatapnya sinis. "tapi itu tidak", lanjutnya pelan balas menatapku lembut.
"well, kau tau posisimu mr. Badler".
"ya tentu saja, aku sadar betul posisiku aku adalah tunangan yang ingin kau singkirkan".
Aku memutar bola mataku kepadanya, lalu kembali berjalan. Elliot tetap menyusulku berusaha menyamakan langkah kami.
"mari kita lihat miss Amstrong, siapa yang akan menyerah. Aku menyukai tantangan, dan tebak kau akan jatuh cinta kepadaku".
"ya ya suatu hari nanti dalam seribu tahun lagi". Kataku malas, ia langsung menarik tanganku mendorongku agar tubuhku rapat dengan tembok ia kemudian meletakkan tangannya pada dinding marmer tepat di samping wajahku.
"dengar Rosie, aku tahu apa yang akan kau lakukan. Tapi aku tidak akan kalah, berdasarkan dari pengamatanku selama ini, aku bisa dengan mudah menebakmu. jadi sebenarnya aku selalu mengenalmu karena aku terus mengawasimu". Ia menatapku tajam, dan dia cukup menyeramkan.
"terima kasih tapi aku tidak cukup mengenalmu, apa kau semacam penggemarku?", aku berusaha menutupi ketakutanku dengan sikap santaiku. Ia menjentikan jari jarinya di dinding dan dia berdiri sangat dekat sekali sehingga aku bisa merasakan hembusan nafasnya, ia tersenyum memperlihatkan kedua lesung pipinya dan well, aku mengakui dia terlihat tampan dan mempesona tapi bukan itu yang terpenting.
"jujur aku tidak senang dengan ulahmu kemarin dan hari ini. Terus terang aku sedikit terluka mengetahui fakta bahwa bukannya kau cemburu tapi malah mengambil kesempatan ini untuk menyingkirkanku, well dan kau hampir saja memecatku? kau memang gadis nakal", lalu menarik hidungku dengan lembut.
"katanya tadi kau mengenalku kan? jadi itulah mengapa kau juga mengambil keuntungan dengan menyetujui pertunangan bodoh ini?". Aku baru saja memahami ini, Elliot hanya menyeringai.
"Elliot apa sebenarnya tujuanmu?, apa kau menginginkan hartaku?", bisik ku ngeri.
"tidak Rosie aku tidak menginginkan hartamu, kau lihat aku sekarang seorang bujangan sukses yang patut di perhitungkan. Aku tidak butuh hartamu" jawabnya tidak senang. Aku menggeleng malas.
"aku benar benar menginginkanmu! mengapa aku sudah sampai ke tahap ini Rose? itu semua usaha yang kulakukan untuk mendapatkanmu. Aku tidak segan segan melakulan segala cara demi mencapai tujuanku".
"well, itu artinya kau telah menemukan lawan yang tepat", kataku menurunkan tangannya dari dinding, kemudian ia langsung meletakkan jarinya menggantung di bagian atas kerah bajuku, jarinya tanpa kusadari membuka kancing atas bajuku, aku menunduk melihat itu, dan dengan cepat menyingkirkan tangannya lalu mengancing kembali bajuku yang telah ia lepaskan.
"kau memang tunanganku tapi kau tidak bisa seenaknya bersikap mesum terhadapku". kataku tajam.
"kau sudah makan sesuatu? haruskah aku menemanimu menemukan sesuatu untuk kau makan?". tanyanya menggodaku berusaha mengalihkan pembicaraan.
"tidak perlu, silahkan lanjutkan pekerjaanmu", kataku mendorong tubuhnya menjauhiku, lalu beranjak pergi. Kali ini dia tidak mengikutiku, aku sempat berbalik melirik ke arahnya, ia memberiku ciuman udara. Aku menatapnya jijik kemudian kembali berjalan. Setelah masuk kedalam lift aku meringis kesal, dobel sialan! ini bukan hari terbaik ku, bagaimanapun caranya aku harus menyingkirkan pria itu, aku merasa heran mengapa sewaktu sekolah dulu aku mengejarnya. Rosie muda benar benar bodoh, kataku mengumpat diriku sendiri, bisa bisa aku terkena serangan jantung, aku terus saja merasa kesal dengan segala hal dan ini semua karena ulah Elliot.

How To Marry a Rich Lady (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang