Chapter 23

2.4K 142 0
                                    

ketukan pintu kamar membuatku terbangun dari tidurku, kupaksakan kelopak mataku yang berat untuk terbuka, aku mulai menyahut malas sebagai isyarat untuk mempersilahkan siapapun itu masuk.
Yang membuatku yakin jika aku masih belum sadar sepenuhnya, adalah pemilik wajah yang kulihat berdiri di ambang pintu sedang memegangi nampan berisi makanan berupa kentang tumbuk, telur goreng serta kacang merah juga segelas air putih. Aku menggosok kedua mataku untuk memperjelas mataku. Berapa kalipun aku mencoba fokus tapi selalu saja yang kudapati adalah wajah Elliot Badler. Aku kembali mencoba menyapukan pandanganku ke sekeliling ruangan, well aku sangat yakin bahwa ini adalah kamarku yang berada di rumah orang tuaku. Aku tidak mungkin salah, aku sangat mengenali aroma citrus favoritku dari kamar ini yang tidak pernah berubah sama sekali selama 23 tahun terakhir, dan yang artinya aku sedang berkhayal melihat Elliot sedang berdiri di ambang pintu pada pagi hari dan dirumah orang tuaku!. Oh, apakah vodka berpengaruh separah ini kepadaku?.
"waktunya sarapan, ini sudah siang", kata Elliot lalu datang mendekatiku, ia lalu meletakkan nampan di atas nakas yang terletak tepat di samping tempat tidurku. Ia memosisikan dirinya duduk di ujung tempat tidur, lalu mulai mengukur suhu tubuhku. Awalnya ia menggunakan punggung tangannya, kemudian ia mulai mendekatkan ujung keningnya di kepalaku, ekspresi nya tampak begitu serius. Ku biarkan dia melakukan apapun yang dia mau. Sangat sulit berpikir jernih ketika ragamu belum sepenuhnya sadar.
"apakah kau merasa kurang sehat?", tanya nya memastikan.
"ya, aku baik baik saja. Apa yang kau lakukan disini?", tanyaku dengan tatapan curiga.
Belum sempat Elliot menanggapiku, ibuku langsung masuk ke kamarku dan menyela pertanyaanku.
"kau bercanda?, Elliot yang mengantarmu pulang dalam keadaan sekarat", ibuku berjalan mendekati kami sambil membawakanku secangkir teh herbal.
"hari sudah terlalu pagi untuk membiarkan Elliot pulang, maka aku menyuruhnya untuk tinggal", sambung ibuku menjelaskan.
Setelah meminum segelas air putih, aku langsung meraih secangkir teh herbal dari tangan ibuku.
"kau ingin bergabung sarapan bersama Rosie disini ?, jika iya, aku akan meminta seseorang untuk mengantarkan sarapan untukmu", tawar ibuku kepada Elliot sambil berjalan hendak keluar kamar.
"tidak perlu Rachel, aku akan segera turun sebentar lagi menyusulmu", jawab Elliot sambil tersenyum kepada ibuku.
Sepeninggal ibuku, Elliot memperhatikanku, tatapannya tidak lepas selama aku mengunyah makananku.
"bisakah kau tinggalkan aku sendirian? sekarang kau boleh turun untuk sarapan", protesku. Demi tuhan, tatapannya membuatku canggung dan makanan yang kukunyah kehilangan rasanya. Bahkan kentang tumbuk ini berubah rasa seperti rasa mainan anak anak yang dapat di bentuk sesuka hati, jika aku tidak salah mengingatnya mereka sering menyebutnya playdoch atau entahlah itu. Elliot mengangguk lalu tersenyum, ia bangkit lalu mengusap usap kepalaku.
"aku tak ingin membuat Rachel menunggu", pamitnya lalu segera meninggalkanku.

...............

setelah menghabiskan seluruh sarapanku, aku bangkit dari tempat tidur berusaha meregangkan otot ototku yang menegang. Hal ini membuatku mempunyai ide untuk sedikit berolahraga. Ku tatap ke arah bawah, well siapa yang mengganti pakaianku?, aku merasa ngeri ketika membayangkan bahwa Elliot lah yang melakukannya, tapi sekaligus lega karena itu artinya semalam kami tidak bercinta, jika saja kami bercinta tentu aku tidak akan terbangun dengan menggunakan satu set piyama berbahan katun berwarna biru langit, bukan terbangun dalam keadaan telanjang. Ku akui aku sedikit terkesan karena dia tidak berusaha memanfaatkan ku dalam keadaan mabuk. Jika saja dia masih menjadi pemain football aku akan dengan senang hati memberikannya tepuk tangan paling meriah untuknya, bukan hanya sebagai ucapan selamat untuk kemenangan pertandingannya, tapi sekaligus untuk kekagumanku padanya dalam mengendalikan diri. Tentu saja aku tidak mungkin memberinya tepuk tangan meriah pada saat ia kembali, aku pasti akan terlihat konyol dan Elliot akan bertanya tanya dengan sikap bodohku.
Aku segera mengganti pakaianku dengan pakaian olahraga, lalu keluar kamar menuju ruang olahraga. Hanya olahraga ringan, aku hanya akan menggunakan treadmill.
Kupasangi sepasang headset pada kedua telingaku, dan musik musik bernada keras Evanescence berdetak kencang menyembur ke telingaku.


How To Marry a Rich Lady (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang