Chapter 16

2.7K 182 0
                                    

"Cindy, Bisakah kau memanggilkanku Amanda dari divisi perencanaan?", kataku di gagang telepon.
"ya, tentu miss Amstrong", sahut Cindy dari ujung telepon.
Ya, inilah dia!. Mari kita cari tahu apa yang di inginkan wanita itu.
Selang berapa lama seseorang mengetuk pintu. "ya?", teriak ku dari dalam ruangan.
"ms. Farley disini ma'am", sahut Cindy pelan.
"biarkan dia masuk".
Amanda kemudian melangkahkan kakinya secara perlahan masuk kedalam ruangan.
"anda memanggilku ma'am?". Kata Amanda perlahan.
"duduklah, apa kau ingin minum sesuatu?", kataku mempersilahkannya duduk, kemudian aku merebahkan diriku pada sofa kulit tunggal yang terletak pada sudut kanan meja, ku awasi langkahnya menuju sofa hingga ia duduk secara perlahan, Amanda sedikit bersikap canggung berbeda sekali dengan sikapnya tadi pagi saat meeting berlangsung.
"kau tidak menjawab pertanyaanku", kataku pelan.
"ya? oh iya aku suka teh!". Jawabnya ragu.
"suka tidak suka aku telah menyuruh Cindy memesankan kita secangkir teh".
Amanda Farley hanya diam menanggapi balasanku.
"kau tau mengapa aku memanggilmu?", tanyaku.
"aku....aku tidak begitu tahu ma'am ada yang bisa kubantu?".
"dengar, aku turut prihatin dengan adikmu", kataku sedikit tulus.
"maaf? kau bilang apa? adik?", tanyanya sedikit bingung.
"ya? ada apa? aku dengar dari ayahku adikmu sakit ?". Kataku memperjelas.
"oh, ya tentu saja! adikku sakit", katanya sedikit tersentak. Tunggu dulu!, aku menangkap aura mencurigakan dari tanggapannya, tapi kusembunyikan rasa penasaranku dan langsung mengalihkan pembicaraan.
"dengar, apa yang kau inginkan dari ayahku?". Kataku dengan nada tajam.
"aku menginginkan cintanya". Jawabnya datar.
"apa? kau tadi bilang apa?", kataku geli. Ini benar benar gila!, perempuan ini jelas sudah gila. Dia memberikan jawaban omong kosongnya kepadaku.
"dengar Amanda, aku tidak mengerti dengan apa yang baru saja kau katakan, tetapi ayahku Edward Amstrong tidak akan pernah memberikan cintanya kepadamu!". Lanjutku dengan nada tegas.
"miss Amstrong kau langsung saja, apa yang akan kau lakukan terhadapku?", katanya dengan nada menuduh.
Aku langsung melemparinya cek. "silahkan kau bisa menggunakannya sesukamu, dengan syarat kau harus menghilang dari hidup ayahku".
Amanda menatapku ragu, ia melakukan gerakan perlahan menatapi lembaran cek bertuliskan 216000 USD yang aku berikan kemudian dengan ragu mengambilnya.
"kau yakin?", tanyanya seolah tidak percaya.
"cepat ambil ini dan pergi atau aku tanpa ragu akan menghancurkan hidupmu dan seluruh keluargamu". Kataku dengan nada tinggi.
Amandapun bangkit bersama lembaran cek itu. Sebelum dia meninggalkn ruangan aku memperingatinya sekali lagi.
"kau harus menghilang secara perlahan tanpa ada satupun di dalam perusahaan ini yang menyadarinya. Kau dengar aku?". Amandapun mempercepat langkahnya terburu buru meninggalkan ruanganku.
Well, sejak kapan segala hal menjadi semudah ini?. Dia ternyata seorang gold digger sejati, aku tak menyangka hanya dengan uang segalanya langsung blep! selesai. Atau tidak sama sekali, aku harus tetap waspada maksudku bukankah terlalu mencurigakan dia menerimanya begitu saja? ataukah dia memang benar benar bodoh. Oh yang benar saja Edward Amstrong! kau mengencani seorang wanita kolot yang membosankan! dia bahkan tidak lebih cantik dari mom jika saja mom berusia lebih muda. Tanpa berpikir panjang aku langsung mengambil telepon genggamku kemudian memanggil seseorang.
"Jasper aku ingin kau mencari tahu tentang latar belakang dan segala hal yang berkaitan dengan Amanda Farley". Ujarku kepada Jasper, aku harus memastikan tentang adiknya itu. Maksudku jika saja adiknya sakit tentu uang yang aku berikan dapat membantunya. Adiknya sembuh dan ayahku setidaknya berhasil ku amankan, well tidak seorangpun yang mendapatkan kerugian karena campur tanganku bahkan juga mom!. Yeay, hidup aku!.





Saat ini pukul 9 malam dan aku masih berkutat di dalam ruanganku memeriksa berkas berkas pekerjaan dan mempelajarinya lebih teliti. Dan hal menyebalkan yang kudapatkan adalah, sejauh ini Elliot sangat piawai dengan tugasnya dalam menangani kontrak kerja, ia juga dengan sangat piawai menyelesaikan masalah dan selalu memonitori jalannya pekerjaan yang kami lakukan bersama mitra bisnis perusahaan ini. Oh ya ampun aku hampir lupa. Ku ambil gagang telepon lalu ku sambungkan ke Cindy.
"ya ampun kau masih disana? maafkan aku, kau bisa pulang Cindy dan karena ini kesalahan ku maka lembur mu akan kau terima dua kali lipat", kataku tidak enak hati. Ayahku bahkan tidak pernah membiarkan Cindy pulang larut malam.
"benarkah? sejujurnya aku tidak apa apa menemanimu miss Amstrong. kau sendirian" jawabnya dari seberang telepon.
"Cindy ini perintah!".
"baiklah miss Amstrong, jika kau ada keperluan mendesak kau bisa saja menghubungiku. Kalau begitu aku akan pulang".
"ya tidak masalah, aku juga sebentar lagi akan pulang". Akupun mengakhiri percakapan kami di telepon.
Satu jam kemudian, kurasakan persendianku mulai nyeri. Oh tuhan aku pasti sangat kelelahan, pekerjaan ini benar benar membuatku lupa. Kepalaku mulai terasa pening, kupijit perlahan keningku ketika tiba tiba pintu ruanganku terbuka dan kulihat Elliot Badler berdiri di ambang pintu dengan wajah masam.
"sejujurnya aku tidak setuju jika kau bekerja hingga larut malam seorang diri!". Katanya dengan nada cemberut.
"itu bukan urusanmu! siapa sekarang atasannya?". Kataku dengan nada tajam.
"akan menjadi urusanku jika ini menyangkut dengan kesehatan tunanganku, ingatkah kau jam berapa sekarang?", balasnya tidak kalah tajam.
Aku bangkit dari kursiku hendak membantahnya ketika tubuhku ternyata tidak cukup kuat menopangku ditambah lagi dengan kepalaku yang cukup pening, Elliot dengan sigap menangkap badanku dan menahannya.
"sebenarnya, mungkin aku bekerja terlalu keras", kataku pelan, ia masih mendekap tubuhku.
"ya dan kau terlalu keras kepala, apa yang akan terjadi jika saja aku tidak datang memeriksamu?". Katanya dengan pelan membawaku ke sofa dan menyandarkan tubuhku. Ia kemudian meletakkan tangannya di puncak keningku.
"badanmu hangat, ku antar kau pulang sekarang". Katanya dan hendak menggendongku.
"tidak!, aku bisa menelepon Jasper". Cegahku.
"tidak Rosie aku yang akan mengantarmu". Katanya tegas.
"baiklah tapi aku masih bisa berjalan menggunakan kedua kakiku jangan berlebihan", protesku. Sejujurnya dia memang hebat, yang benar saja dia selalu muncul di saat saat yang tidak terduga dan sekarang aku benar benar membutuhkan seseorang untuk membantuku. Kulihat Elliot mengeluarkan ponselnya dan hendak menelepon, siapa yang hendak dia hubungi? batinku.
"Vivian? apakah aku mengganggumu? oh, sebenarnya aku membutuhkanmu! begini, Rosie sedang kurang sehat bisakah kau memeriksanya? ya, dia sedang bersamaku. kita bertemu di penthouse miliknya sebentar lagi, aku menuju kesana sekarang. ya, oke terimakasih". Kata Elliot menyudahi pembicaraan.
"kau? seharusnya tidak perlu menghubungi Vivian!". Protesku.
"hanya untuk memastikan Rose, aku bisa saja langsung membawamu ke rumah sakit tapi tidak kulakukan".
"Elliot kau terlalu berlebihan". Kataku ngeri.
"tidak ada yang berlebihan jika ini menyangkut dengan kesehatan seorang direktris muda sebuah perusahaan besar! Kau harus dipastikan sehat untuk memimpin orang orang itu". Katanya panjang lebar. Baiklah aku tidak bisa membantahnya, kuberi tahu pada padamu tidak ada gunanya berdebat dengan seorang pengacara karena mereka akan selalu mempunyai jawaban pada setiap bantahanmu!, setidaknya aku sudah memperingatimu. Akupun berhenti melawannya. Kemudian dia membantuku berdiri.
"aku bisa menanganinya!", tolak ku.
"kumohon bisakah sekali saja kau tidak bersikap keras kepala?", katanya. Aku hanya menghela nafas, sejujurnya aku memang membutuhkan sokongan darinya. Maka dari itu kubiarkan Elliot membantuku berjalan. Ketika kami hendak mencapai parkiran, dia tiba tiba saja menggendongku.
"Elliot! apa yang kau lakukan? sudah kukatakan....", ucapanku terhenti karena tiba tiba saja dia membungkam mulutku dengan ciumannya.
"gerakan kita menjadi lambat, aku tidak ingin membuat Vivian menunggu jika dia tiba lebih dulu", katanya seolah olah santai seolah olah tidak sedang melakukan apa apa seperti mencium seseorang secara tiba tiba. Aku terdiam karena sudah malas membantahnya. ya itu percuma saja, sudah kukatakan tidak ada gunanya berdebat dengan Elliot, dia seorang pengacara ingat?.
Diapun meletakkan ku secara perlahan di kursi depan samping kemudi dalam mobil audi R8 abu abunya. Ia memasangkan sabuk pengaman lalu memajukan tubuhnya ke arahku.
"apa yang akan kau lakukan?", tegurku.
"well, tentu saja melakukan ini", jawabnya, kemudian dia membaringkan sandaran kursiku.
"apa kau sudah gila? aku tidak sekarat itu!", kataku setengah berteriak. Elliot hanya tertawa jahil lalu langsung menutup pintu mobil kemudian bergegas ke kursi kemudi. Aku segera memperbaiki posisi sandaran kursiku kembali normal.
"oh ayolah Rose, baiklah terserah kau saja", Katanya mengangkat bahu lalu tersenyum geli. Sial!, lagi lagi lesung pipi itu. Sungguh sangat double sialan!, erangku dalam hati. Mobilnya pun melaju normal menuju apartment ku.

How To Marry a Rich Lady (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang