Chapter 4

5.1K 294 2
                                    

"Rose, kau tidak menjawabku!", desak Christian. Aku langsung tersadar dari lamunanku lantas mengedipkan mata.
"Chris sebaiknya kau kembali pada Jennifer, aku sibuk !". Lalu mencoba untuk menghindar, tapi Chris menghalangi jalanku. Aku memutar bola mata, "kumohon Chris, apa yang kau inginkan?", tanyaku sedikit putus asa. Dari ujung mataku  kulihat dari kejauhan Brown dan Stella telah bergabung bersama ayah,ibu dan Elliot. Ayahku melambaikan tangan pertanda aku harus segera kesana , pandanganku lalu berpaling sepenuhnya ke arah mereka, aku mengangguk pelan pada ayahku, tidak jauh dari situ samar samar aku berhasil menangkap tatapan kurang senang Jennifer terhadapku dengan Chris dan dia berada tepat di seberang kami. Oh sial sejak kapan itu terjadi?, apakah dia telah salah paham?, ayolah untuk apa aku peduli.
"Chris, aku pergi! ayahku membutuhkanku". Kataku lalu berjalan meninggalkannya sebelum ia sempat mengatakan sesuatu. Demi tuhan, aku benci berada di situasi seperti ini!, mengapa Chris harus bersusah payah hadir dengan menggandeng pasangannya yang terlihat kaku dan membosankan, masa bodoh. Aku berusaha menyingkirkan pikiran pikiran merepotkan itu. Dan kini aku berusaha berjalan seanggun mungkin , aku jalan dengan hati hati tapi tetap rileks, berusaha tidak terlihat kaku dengan dagu sedikit terangkat, lalu ku lemparkan pandanganku terhadap Elliot, Elliot menatapku lalu tersenyum lebar memperlihatkan giginya yang tersusun rapi. Sialan, kenapa dia terlihat tampan!. Aku membalas senyumannya dengan senyum paling terbaik ku lalu mengangguk pelan terlihat penuh percaya diri terhadapnya.
"Elliot", sahutku pelan tapi ada sedikit kata penegasan dalam suaraku, lalu aku mengarahkan tanganku kepadanya pertanda ingin menyalaminya. Ia meraih tanganku dan mencium punggung tanganku. ya inilah Elliot dia sedang berusaha bersikap Gentleman, sikapnya sama sekali tidak berubah dan ini tidak mengejutkanku.
"Rosie Lilian Amstrong, sudah lama sekali ya? selama ini aku hanya keluar dengan Brown tanpa pernah sekalipun melihatmu, maafkan aku" katanya bersungguh sungguh, demi tuhan sikapnya sama sekali tidak berubah, kecuali penampilannya yang lebih terlihat dewasa serta suaranya lebih tegas dan serak. Mulutku nyaris saja terbuka kalau tidak dengan sigap aku mengendalikan diri.
"terima kasih telah datang elliot", jawabku tulus. Ayah dan ibuku terlihat puas dengan senyuman mereka.
"merupakan suatu kehormatan besar untuk dapat hadir disini mrs. Amstrong", katanya melirik ibuku. Ibuku mengangguk pelan masih memasang senyum seperti tadi, seharian ini ibuku tersenyum terus menerus, jika itu aku, mungkin sekarang wajahku terasa pegal, pikirku. Ingat mom, itu tidak baik, kerutanmu bisa saja malah bertambah setelah besok. Tapi tidak ku ungkapkan padanya, aku tidak mungkin merusak moodnya yang sedang bagus sepanjang hari ini, lagi pula ini hari ulang tahunnya.
"sayang, kurasa kita harus membaur dengan tamu yang lain, Badler?", kata ayahku sambil mengusap punggung ibuku, lalu menoleh ke arah Elliot, Elliot mengangguk tanda mengerti.
"kau tidak lapar Brown?, kurasa kau belum makan sedari tadi, kemarilah aku akan menemanimu mengambil beberapa makanan, dimsum mungkin?", oceh Stella langsung menarik Brown menjauh tanpa berpamitan dengan kami. Brown tanpa menjawab segera mengikuti kekasihnya menjauh dariku dan Elliot. Well, disinilah aku hanya berdua dengan Elliot. aku sejenak terdiam begitupun dengan dia. Apa sekarang?, aku lebih memilih menghadapi si brengsek Christian dari pada berada disini berdua dengannya, aku merasa canggung, apa sebaiknya yang kukatakan ? aku sama sekali tidak punya gambaran pembahasan mengenai apapun!, oh haruskah aku menanyakan tentang pekerjaannya sejauh ini di perusahaan? well kurasa itu ide yang bagus. aku menatapnya, ia terlihat sedikit canggung dan seperti menungguku mengatakan sesuatu. Oh, jadi kau tidak sepercaya diri seperti yang kupikirkan huh?, baiklah inilah dia, aku yang akan mulai membuka pembicaraan, ini benar benar payah tidak sebesar ekspestasiku.
"jadi? bagaimana sejauh ini? apakah kau menangani Aero group dengan baik?".
"aku berusaha semampuku Rose", jawabnya pelan.
"ya tentu saja kau harus, terlebih lagi kau harus memastikan kerja sama dengan pihak perusahaan terhadap pihak swasta yang lainnya tidak terjadi kendala bukan?", nyengirku berpura pura sangat peduli akan hal itu.
"tenang saja miss amstrong , aku selalu menyiapkan kontrak kerja yang kususun sempurna untuk para mitra bisnis atau vendor, sejauh ini aku tidak pernah absen memonitorinya", jawabnya percaya diri.
"Rosie!", kataku tegas memerintahkannya untuk memanggil namaku dan bukan miss Amstrong. Ia tertawa kecil meletakkan punggung tangannya di bawah bibir tipisnya.
"kau berbicara padaku sebagai pengacara, maka aku berbicara padamu sebagai klienku", jawabnya ringan tapi masih terasa santun.
"mr. Badler?", panggilku menyipitkan mata.
"yes, ma'am", jawabnya seketika senyumannya hilang terganti oleh ekspresi serius.
"serius Elliot, aku bahkan anggota pasif, dan bukan aktif. Kau tau bukan itu maksudku", protesku. Ia lalu menyunggingkan senyum.
"aku hanya kesulitan menempatkan diriku Rose, jika saja kau menyadari aku sedang berusaha memberikan penampilan terbaik ku di hadapanmu", ujarnya tanpa rasa gugup.
"kau apa tadi?", jawabku tidak percaya. Apa yang baru saja dia katakan? apa dia baru saja berniat mengerjaiku?, pikirku. Ia menghela nafas sedikit ragu lalu menatapku di balik bulu matanya yang panjang.
"kau bersikap seolah olah tidak tau". katanya putus asa.
"apa yang berusaha kau katakan elliot?", tuntutku, alisku mulai berkerut penasaran.
"apakah ayahmu tidak memberitahumu?".
"memberitahu apa?, aku sungguh tidak mengerti", jawabku serius. Demi tuhan, apa yang sebenarnya terjadi? apakah aku harus selalu menjadi orang yang terakhir tau?, aku seperti ingin berteriak karena frustasi. Elliot hanya menggeleng tidak percaya.
Musik mulai dimainkan pertanda sesi dansa sebentar lagi akan segera dimulai, ayah dan ibuku mulai turun ke lantai dansa diikuti para tamu yang lain, Elliot menatapku sambil menaikan sebelah alisnya, aku menyadari situasi ini, pikirku panik, baru saja aku berniat mencari sosok Erick, seseorang menarik tanganku. ketika aku menoleh aku langsung memasang tampang tidak suka, Christian?. Sebelum aku sempat bersuara, ia langsung berujar, "Rose, kau berhutang satu dansa denganku bukan?", aku menatapnya dengan tatapan tidak percaya. Yang benar saja, aku memang berhutang padanya tapi itu beberapa minggu lalu sebelum aku belum ada niat sama sekali untuk memutuskannya, dia benar benar sakit! apa yang membuatnya berpikir jika hutang itu masi berlaku?, ku lirik sepintas Elliot yang memasang ekspresi datar tidak terbaca. Sial aku benci berada di posisi seperti ini, aku langsung menyapukan pandanganku berusaha mencari sosok Erick, oh syukurlah dia berada disana berdiri dengan segelas red wine sambil mengobrol bersama seorang pria paruh baya yang entah siapa, aku tidak begitu mengetahuinya.
"Erick!", aku berteriak melambaikan tangan, ia menghentikan obrolannya lalu menoleh kearahku, aku memelototinya kemudian berbalik ke arah Christian.
"well, kau dengan Jennifer dulu, aku sudah terlebih dulu berhutang pada Erick". aku melirik sepintas pada Elliot, "El, aku permisi", lalu langsung cepat cepat meninggalkan mereka dan sebelum Christian sempat mengeluarkan kalimat dari mulutnya yang sama sekali tidak ingin kudengar. Elliot terlihat tak tertarik dan langsung pergi juga meninggal kan Christian yang terdiam dengan mulut sedikit terbuka. Erick masi menatapku dengan wajah penasaran ketika aku mendekatinya.
"jangan memasang tampang bodoh seperti itu, kau dengar aku?", bisikku tergesa gesa. Aku langsung menariknya kelantai dansa, syukurnya ia dengan cepat menangkap maksudku. Aku sempat melewati Vivian yang kuduga dari tadi menontonku dari kejauhan, ia tertawa geli ketika aku melewatinya, aku hanya memutar bola mataku untuk membalas seringainya.
"well, Rose, apa yang sedang kau rencanakan?", tanya Erick tertawa geli dengan tangannya di pinggangku, kami sudah di lantai dansa mencoba mengikuti slow dance yang telah di mulai. Aku belum sempat menjawab ketika Erick melanjutkan kalimatnya. "kukira kau tidak mau terlihat menyedihkan dengan menggunakan aku sebagai tameng? apakah kau baru sajamelanggar peraturan yang kau buat sendiri?".
aku meletakan tanganku di lehernya lalu sedikit berjinjit mendekatkan bibirku di telinganya, Erick langsung merendahkan kepalanya agar aku bisa mencapainya. Ya kau cerdas sekali Rosie, Erick tersenyum padamu dan kau langsung membisikan sesuatu kepadanya, ini akan terlihat intim dari kejauhan, pikirku puas. Entah kepada siapa aku ingin mempertontonkan ini, Christian kurasa, agar ia cepat sadar diri, atau mungkinkah Elliot, aku menggeleng kecil, tidak sama sekali jangan bodoh Rose, aku segera menyingkirkan ide itu dari kepalaku.
"ini terpaksa kulakukan, aku tidak menyangka Christian hampir mengacaukan segalanya, kau tau dia baru saja mengajakku berdansa? dia benar benar sinting, apa kau mempercayainya?", bisiku.
"apa? bagaimana bisa? apakah dia sudah gila? bahkan dia datang bersama Jennifer", ujar Erick muram.
"dia sudah gila dari awal, ketika datang kemari bersama Jennifer", aku meyakinkan, dan Erick hanya menggeleng, kami berdansa sekitar beberapa menit, ketika seseorang tiba tiba menyela Erick dari belakang. Erick menoleh dan akupun melirik sesosok pria dari balik punggung Erick, dan dia adalah Elliot, aku menaikan sebelah alisku.
"maaf ku sela dude, bisakah aku?", tanyanya mengisyaratkan ingin gantian berdansa denganku. Erick melirik ku, dan aku memberi anggukan pelan dan sedikit ragu, Erick langsung melepaskan pelukannya dariku. Lalu memberikan senyuman kepada Elliot dan berujar, " atas izin Rose, tentu saja aku tak keberatan", lalu pergi meninggalkan lantai dansa. Elliot mangangguk padaku dengan sopan, aku langsung meletakkan tanganku di pundaknya, lalu dibalasnya dengan melingkarkan lengannya di pinggangku, tangan besarnya terasa panas di pinggangku, tatapannya tanpa celah lurus menatap mataku lekat lekat dengan mata hazel di balik bulu matanya yang panjang, seketika kerongkonganku terasa sangat kering, aku tercekat. sial, mengapa bisa jadi seperti itu? aku bingung mengapa aku jadi gugup? padahal aku yang duluan merangkulnya, ayolah Rose kau kekanak kanakan sekali.
sekitar sepuluh menit kami berdansa tanpa berbicara sedikitpun, ia terus saja menatap jauh kedalam mataku, dan aku juga balas menatapnya. Sebenarnya aku sudah tidak tahan lagi, aku ingin sekali menurunkan pandanganku, tapi jika aku melakukannya aku akan kalah, well ini seperti kami saling adu siapakah yang akan terpesona, atau hanya aku yang berpikir seperti itu, terserahlah, yang jelas aku tidak boleh menolehkan tatapanku terhadapnya, Seorang Rosie Amstrong tidak pernah sekalipun melakukan hal itu sekarang!. Ia mulai melepaskan lengannya dari pinggangku, lalu memindahkan tanganku dari lehernya, ia menggenggam kedua tanganku kebawah, lalu mendekatkan wajahnya, aku hanya mematung, aku begitu syok sampai belum memikirkan langkah apa yang akan ku ambil, ia menyentuh dahiku menggunakan dahinya, ia seperti menarik nafas dan memejamkan mata. Apa sekarang? apakah ia berniat menciumku? ya tuhan dia sama sintingnya dengan Christian bahkan lebih sinting kurasa, aku sudah berniat menjauhkan kepalaku, lalu mengeraskan genggamannya, ia mulai membuka matanya. Astaga terus terang aku suka warna hazel matanya.
"Rose, kumohon tahan hanya seperti ini, kau begitu cantik. Aku sudah tidak sanggup lagi mengendalikannya", katanya terdengar putus asa. Aku menelan ludahku, sialan apa yang kulakukan? dia melakukan ini didepan terlalu banyak saksi mata. Musik telah berhenti dan aku tidak sadar, aku hanya terperangah dengan dahi Elliot masi menempel di dahiku sambil terus menatapku, Suara dari Microphone ayahku lah yang membuatku kembali dari lamunanku. Lalu menjaukan wajahku darinya, tapi ia tetap tidak melepaskan genggamannya.
"perhatian, ku ucapkan terima kasih untuk para undangan yang telah bersedia hadir pada perjamuan kami, kami sangat menghargai itu." kata ayahku tersenyum tulus, kemudian melanjutkan, "untuk istriku Rachel, selamat ulang tahun dan terima kasih telah menjadi pendamping hidupku serta melahirkan dan membesarkan kedua anak kita", tatapan penuh cinta ayahku mengarah ke ibuku, ibuku langsung memberikanny cium jauh menggunakan tangannya, para tamu langsung bertepuk tangan. "kemudian, kami juga ingin mengungumkan sesuatu", ayahku melihat ke arahku dan Elliot.
"inilah yang kumaksud tadi Rose",ujar Elliot lalu dengan cepat menyematkan cincin bergaya tradisional ke jari manisku, tanpa aku sempat bergeming. Aku pucat membatu, aku terlalu syok untuk menyadari apa yang sedang berlangsung saat ini, jadi aku hanya membatu. Kemudian ayahku langsung melanjutkan ucapannya masih melalui microphone, "hari ini kami juga bermaksud mengungumkan pertunangan anak perempuan kami", kata ayahku tersenyum bangga dengan tangannya mengarah kepadaku, para tamu langsung mengarahkan pandangan ke arahku. doubel sialan! bisakah aku mati saja sekarang? kumohon siapapun tolong tembak kepalaku sekarang, erangku dalam hati. Aku memelototi Elliot, ia balas menatapku sambil tersenyum nakal, ia lalu mengangkat kedua tanganku yang masih ia genggam lalu mencium punggung tanganku kemudian berujar, "mrs. Amstrong maaf mengacaukan acaramu, tapi aku tidak bisa menutupi perasaan bahagiaku, karena baru saja putrimu telah setuju untuk menikahiku", katanya tersenyum puas dan bahagia. Astaga, kapan aku? tunggu apakah aku sedang bermimpi?, tanggal berapa sekarang? kalau 1 April jelas ini hanya lelucon, tapi ini bukan tanggal 1 April, aku melihat Vivian menutup mulutnya dengan tangannya di samping Erick yang mulutnya terbuka, lalu ku sapu lagi pandanganku terhadap ibuku , ia hanya mengangguk, sedangkan Brown hanya memasang ekspresi datar menaikan bahunya dan Stella menatapku prihatin, sialan apakah mereka yang merencanakan ini?. Para tamu terdiam menunggu reaksiku, apakah aku sangat terlihat kaget dan konyol? mengapa mereka bereaksi seperti itu, samar samar aku melihat Chrstian tersenyum geli, lalu menarik Jennifer serta menciumnya. oh dia sepertinya membaca pikiranku, dan aku tidak bisa membiarkan hal itu terjadi, lalu aku berkata, "ya, para hadirin, aku baru saja menerima pinangan Elliot Badler", kataku tersenyum pada mereka, kemudian berbalik ke arah Elliot dan mengecup cepat bibirnya. Aku benar benar sudah gila! apa yang baru saja aku lakukan, Elliot tersentak, tatapannya berubah intens lalu menarik ku kembali serta melumat bibirku, aku tersentak, kemudian ia berusaha memasukan lidahnya dalam mulutku, aku sedikit membukanya memberikan akses lidahnya untuk menjelajahi mulutku. Sial ini benar benar gila!, apa yang baru saja aku lakukan?. Aku benar benar sudah gila!. Tidak bukan cuma aku yang gila, ayah,ibu, Brown dan semua orang yang telah merencanakan ini sudah gila!, batinku kesal.

How To Marry a Rich Lady (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang