Chapter 34

3.2K 161 9
                                    

Aku turun dari mobil dan membanting pintunya ketika menutupinya. Kini aku sedang di dalam parkiran bawah tanah gedung apartemen Amanda.

Kurasa dia membocorkan rumor tentang hubungannya dengan ayahku. Mengapa aku sangat yakin jika dia yang membocorkannya pada wartawan?, karena siapa lagi yang akan berani membocorkannya selain perempuan terkutuk itu?, aku, Brown, dad dan mom tentu tidak mungkin melakukan itu. Setiap orang dirumah serta Elliot dan Stella berani bersumpah jika bukan mereka yang mengatakannya. Dan entah mengapa aku bisa menjamin mereka berkata jujur.

Empat hari berlalu sejak berita itu keluar. Suasana di kantor begitu sulit. Bukan tentang kinerja kerja karyawan. Akan tetapi, mereka mulai berbisik bisik atau bercerita di balik punggungku. Aku bisa melihat tatapan aneh mereka di kantor. Dan aku sangat tidak tahan menanggung ini.

Bagian terburuknya adalah, suatu hari aku tidak sengaja mencuri dengar ketika tidak sengaja menggunakan toilet karyawan. Kali ini di lantai 12. Bahwa Amanda berhenti bekerja karena ayahku yang memintanya demi keselamatan janinnya, bahkan ayahku di kabarkan mundur dari jabatannya, karena akan hidup bersama Amanda dan menceraikan Rachel Amstrong. Tapi kudengar lagi karyawan satunya berkata dengan nada membantah bahwa sepertinya itu tidak benar karena ayah dan ibuku masih sangat rukun dan tetap tinggal dalam satu atap. Ada lagi statement yang mengatakan  jika ayahku membelikannya sebuah apartemen mewah di kawasan elit demi menyembunyikannya dari ibuku. Well, itu semua salah!!, karena berhentinya Amanda serta mundurnya dad juga apartemen mewah Amanda adalah perbuatanku!!. Hah, mereka hanya tidak tahu saja!. Sedikit menyenangkan bahwa setiap kali aku menggunakan toilet karyawan, aku selalu menemukan mereka sedang mempergunjingkan keluargaku bahkan aku!. Ketika mereka sedang asyik bercerita, aku sengaja keluar dari bilik toilet dengan ekspresi datar dan berjalan menuju wastafel, mereka seketika membisu karena syok melihat siapa yang muncul di balik bilik toilet, ketika aku nyaris mencapai wastafel mereka seolah olah menyingkir kesudut menyediakan tempat untuk ku. Aku menoleh ke arah mereka lalu menyunggingkan senyum palsuku berpura pura sedang tidak terjadi apa apa. Kulihat wajah mereka mulai memerah, kurasa mereka ada tiga orang dan mereka membalas senyumku dengan canggung. Saat itu aku ingin sekali menegur mereka. Tapi hal itu bukan tindakan yang bijak karena kami sedang di tempat kerja dan hal itu adalah masalah pribadi. Tindakan cerobohku hanya akan merusak citraku dan memperparah rumor sialan itu.

Sekarang aku sedang di lift menunggu hingga sampai di lantai apartemen Amanda terletak. Aku akan memastikan jika dia tidak akan mendapatkan uang yang aku janjikan.

Ketika aku sampai di depan pintu apartemennya, kudapati pintu apartemen Amanda tidak tertutup rapat, aku langsung saja membuka pintu tersebut dan dengan lancang langsung masuk ke dalam.

"Amandaaaaa, dimana kau?", teriak ku ketika mendapati apartemennya kosong. Aku terus masuk kedalam dan berteriak memanggilnya tapi tetap tidak ada jawaban.

"Amanda aku tahu kau disini, keluarlah dan jangan menghindariku!", teriak ku lagi. Apa dia berusaha bersembunyi dariku?, karena dia cukup bodoh membiarkan pintunya lupa tertutup dengan rapat. Amanda tetap tidak menjawabku. Apa mungkin dia memang sedang tidak di tempat?. Oke baiklah, aku tidak ingin kedatanganku sia sia. Maka aku memiliki suatu ide.

"Oke, kau yang meminta hal ini terjadi jalang!", kataku dengan nada berusaha menahan emosi.

Aku mulai membuat rumahnya berantakan, aku memecahkan segala hal yang bisa di pecahkan, menurunkan bingkai fotonya yang berukuran lumayan besar dan menghempaskannya di sudut meja kaca ruang tamunya, sehingga kedua benda itu hancur.
Lalu aku mulai membuka lemari es, kudapati anggur mahal dan beberapa botol brendi yang belum terbuka. Well, dia tidak sempat meminumnya karena dia sedang hamil. Aku berharap dia meminum saja minuman minuman beralkoholnya sehingga janin yang ada di dalam kandungannya gugur sehingga masalahpun lenyap sudah.

Aku mulai membuka botol botol minuman itu satu persatu lalu menuangkan isinya secara berantakan ke seluruh penjuru rumah. Mulai dari lantai hingga sofa sofa beludru yang ada di dalam apartemen ini.

Kemudian ketika apartemennya sudah cukup berantakan, akupun merasa sedikit lelah karena aksiku. Aku menghembuskan nafas lelah sambil menepuk nepuk kedua tanganku. Kurasa akhir akhir ini hobiku berubah menjadi menghancurkan barang barang seperti yang ibuku lakukan.

Tiba tiba, aku merasa haus, lalu aku menyapukan pandanganku ke sekeliling ruangan mencari dimana letak kulkas tadi tempatku mengambil botol anggur sambil menyisir rambutku ke belakang.

Aku kembali berjalan menuju kulkas dua pintu besar berwarna silver metalik yang terletak di sudut ruangan dekat dapur. Aku mengambil sebotol plastik berisi air mineral lalu segera meninumnya. Pandangan mataku menoleh ke arah bunyi berisik yang di timbulkan dari gesekan gorden berbahan blackout dan daun pintu kaca berbingkai putih yang tidak tertutup rapat. Well, dia meninggalkan rumahnya dalam keadaan kosong dengan pintu dan jendela yang terbuka?, dia benar benar sangat ceroboh. Wanita murahan sekaligus ceroboh, aku mendengus kasar hanya dengan memikirkan hal itu.

Akupun berjalan menuju pintu yang terbuka dan berniat untuk membantunya menutupi jendela tersebut. Tapi aku langsung berhenti sejenak karena sekumpulan orang orang di bawah sana ketika aku tanpa sengaja menoleh ke arah bawah, tengah berkumpul di satu titik, dan beberapa mobil dengan lampu sirine berhenti di dekatnya. Ku tajamkan penglihatanku lebih seksama, apakah yang disana itu petugas opsir?, well, aku tidak begitu bisa memastikannya dengan jelas, karena mereka terlihat sangat kecil nyaris seperti semut. Sepenglihatanku, beberapa orang berseragam biru dongker sedang menuntun orang orang agar menjauh dari satu area yang mereka kerubuni. Kemudian kurasa beberapa petugas sedang memasang garis pembatas larangan berwarna kuning.

Dan ketika petugas itu telah berhasil membuat orang orang menjauh dari garis pembatas larangan yang mulai mereka pasang, aku mulai bisa melihat apa yang sedari tadi mereka kerumuni, mataku sedikit membelalak untuk memastikan bahwa apa yang kulihat itu salah. Oh aku pasti salah lihat!, aku bergidik ngeri dengan fakta yang baru saja aku pikirkan. Karena yang saat ini aku dapati adalah sebuah mayat tergeletak dengan berlumuran darah di sekitar tubuhnya. Tubuhku seketika menegang dengan pikiran yang baru saja melintas di kepalaku. Aku lalu melihat ke sekeliling jendela yang terbuka. Tunggu, apa mayat itu berasal dari apartemen ini?, tuhan kumohon biarkan aku salah untuk kali ini. Tiba tiba logika ku sedang berjalan. Mungkinkah seseorang yang berlumuran darah di bawah sana memang berasal dari apartemen ini?, dia sengaja membiarkan pintunya tidak tertutup rapat agar mudah menemukannya. Demi tuhan jika itu memang benar, mengapa dari sekian banyak orang, itu adalah aku!. Kakiku tiba tiba merasa lemas karena pikiran berikutnya tentang identitas mayat yang sedang terletak di bawah sana. Mungkinkah dia adalah Amanda?, oh tidak itu tidak boleh terjadi, jika itu dia itu artinya kehidupan di dalam perutnya juga akan ikut mati bersamanya. Tuhan kumohon beritahu jika pikiranku ini salah. Ketika aku berharap Amanda keguguran itu hanya karena aku sedang terbawa emosi. Tentu saja aku akan sedih jika ternyata kehidupan yang di bawahnya adalah bagian dari diriku. Tanpa sadar mataku mulai berkaca kaca. Aku tidak tahu perasaan apa yang saat ini tengah melandaku. Entah itu sedih, syok, takut ataukah merasa ngeri. Aku mulai menutup mulutku berusaha menenangkan diri. Tapi kemudian seseorang telah berhasil masuk kedalam apartemen ini. Dan mulai berdiri tidak jauh dari tempatku berada.

Aku mulai berbalik masih dengan mulut tertutup dan mata berkaca kaca untuk memastikan siapakah yang datang, dan mataku terbelalak dengan perasaan takut ketika mengetahui siapa orang itu. Awalnya aku melihat dari bawah, ia memakai sepatu bot kulit berwarna hitam, pandangan mataku terus naik ke atas dan melihat celana kain berwarna biru dongkernya, hingga berhasil melihat hingga ke wajahnya. Dan ternyata ada satu lagi seseorang yang menyusul di belakangnya. Mereka adalah dua orang dari petugas kepolisian.

"Maaf, kami dari kepolisian. Kami harap anda bisa ikut kami ke kantor polisi untuk memberi kesaksian atas kematian penghuni apartemen ini miss". Kata salah satu petugas kepolisian itu sambil menunjukan lencananya.

How To Marry a Rich Lady (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang