Chapter 41 (Last Chapter)

4.6K 142 1
                                    

Aku menatap wanita bermata biru, dengan raut muka bahagia menggunakan gaun putih berbahan satin sederhana rancangan vera wang, rambut pirangnya di tata dan di angkat dengan pola rumit sehingga memperlihatkan leher jenjangnya dengan leher baju sedikit terbuka, sepasang anting mutiara hadiah ayahnya tersemat manis di kedua ujung daun telinganya. Wanita itu mulai menyunggingkan senyum tipis di ujung bibirnya yang di poles lipstik berwarna lembut pada cermin yang terletak tepat di hadapanku.

"Sialan, apa yang kukatakan untuk tidak tidur terlalu larut?", kata Vivian mendesis tidak suka. Penata rias pribadiku mengangguk setuju di belakang kami.

"Kau merusak riasannya", sesal Vivian lagi yang menunduk di sampingku sambil memperhatikan segala penampilanku. Ia menyesalkan kantung mata yang terdapat di wajahku di karenakan semalam aku tidak bisa tidur dengan benar menunggu hari esok tiba. Tepatnya hari ini, hari pernikahanku.

"Aku yakin kecantikan nya tidak akan luntur hanya karena kantung mata", sahut Brown di ambang pintu.

Saudara kembarku terlihat tampan menggunakan setelan hitam dan dasi kupu kupunya. Rambut coklat tembaganya tertata rapi, ia tersenyum kearahku lalu berjalan mendekatiku.

"Bagaimana penampilanku?", kataku langsung berbalik ke arahnya saat menyadari kedatangannya. Vivianpun melakukan hal yang sama.

"Kau cantik tentu saja Rosie, jika aku mengatakan kau jelek itu artinya aku juga jelek", sahut Brown melangkah masuk dan berjalan ke arah kami.

Aku tersenyum lembut ke arahnya lalu bangkit memeluknya.

"Begini, aku memerlukan bantuan kalian", kata Brown setelah melepaskan pelukan kami.

Aku mengangkat alisku dan Vivian memasang ekspresi bertanya tanya.

Brown menghembuskan nafas lalu mulai memberitahu kami pertolongan apa yang ia butuhkan.

Kami mengangguk paham dan sedikit tertawa senang. Setelah itu suara ibuku membuat perhatian kami teralihkan.

"Apa semua sudah siap?", sahut ibuku muncul di ambang pintu di susuli ayahku di belakangnya.

Aku langsung berbalik ke arah mereka.

Ibuku memasang ekspresi terkejut melihatku, ia menutup mulutnya menggunakan kedua tangannya. Kulihat matanya mulai berkaca kaca.

"Ya ampun Rosie, kau cantik sekali sayang", katanya sambil mendekatiku dan memeluk ku. Ayahku menghentikan langkahnya di ambang pintu dan terdiam tanpa mengatakan apapun.

Aku melirik ayahku dari balik bahu ibuku ketika aku sedang memeluk ibuku.

"Dad", panggilku.

Ayahku hanya memberikan senyuman canggungnya.

Ibuku menyadarinya, dan melepaskan pelukan kami sambil tersenyum.

"Oh tidak Edward kau mulai bersikap seperti anak kecil jika menyangkut dengan putrimu", kata ibuku. Kemudian ibuku memberi isyarat kepada semua orang yang ada di ruangan itu untuk meninggalkanku berdua dengan ayahku.

Mereka kemudian saling melemparkan pandangan dan mengangguk mengerti.

Ketika ibuku melewati ayahku yang berdiri di ambang pintu, ia berhenti sesaat lalu melirik ke arah ayahku.

"Jangan membuatnya terlalu sedih, itu bisa merusak riasannya", kata ibuku memperingati.

Ayahku mengangguk paham dengan ekspresi serius.

Ibuku menepuk nepuk pundak ayahku lalu meninggalkan kami berdua.

Sepeninggal kami berdua ayahku langsung berjalan mendekatiku.

How To Marry a Rich Lady (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang