Seolah menarik ulur hati adalah hal yang wajar dilakukan dan tidak akan menyakitkan.
Seolah, mengucap kata adalah hal yang sangat mudah terucap.
Seolah, dengan sengaja, ia lakukan hal itu.
Sebuah kisah cinta yang sangat pahit, rumit, tapi sangat man...
Masih sama, dengan sorot mata yang dingin, pria itu memasuki pekarangan rumah mengenakan mobil mewahnya dengan santai, mengingat ini sudah pukul 12 malam, ia buru-buru memasuki rumahnya.
Kleek..
Pintu itu terbuka setengahnya, suasana memang biasa gelap saat jam-jam seperti ini, karena pelayannya sudah pergi tidur.
Ia menyalakan saklar lampu, guna melihat jalan kearah tangga untuk menuju kamarnya, tapi rencananya gagal saat ada seorang gadis yang sedang berdiri dihadapannya, dengan kue bolu ditangannya, jangan lupakan hiasan lilin yang menyala, gadis itu tersenyum polos kearah Baekhyun, tetapi pria itu hanya mengernyitkan dahinya bingung.
"Selamat ulang tahun Baekhyun" Ujar gadis itu, dengan wajah sangat ceria, lalu menyodorkan kue yang dibawanya agar mendekat dengan Baekhyun.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Jangan lupa membuat harapan dan doa tuan Byun"
Pria itu langsung tersenyum, lalu meniup lilin-lilin yang menyala dengan cepat.
Mengusap rambut sang gadis lembut, lalu menundukan badannya sedikit, agar kebih dekat.
"Malam-malam datang kerumahku, hanya memberikan kue hm?" Tanyanya.
Blusshh
"Jauhkan wajahmu dariku pabo" Gadis itu kini sedang menahan pipinya yang bersemu merah, belum lagi jantungnya yang mendadak berdisko.
Baekhyun mengambil alih kue yang ada digenggaman gadisnya, dengan cepat ia mengecup dahinya.
"Terimakasih, kau yang pertama" Bisiknya pelan, membuat gadisnya tersenyum lalu mengangguk pelan.
"Tolong, jangan pergi, tetap seperti ini Baek" Balas sang gadis sangat pelan, membuat Baekhyun spontan terdiam, bukan memikirkan apa yang telah diucapkan sang gadis, tapi haya saja, ia sangat merasa bersalah.
"Aku tidak akan pergi, tapi tolong, jangan harapkan apapun dariku Seyeon" Bisiknya balik, sangat lembut, membuat gadis itu menegang, bulir halus jatuh dipipi mulusnya, menggigit bibirnya keras, agar tidak terdengar suara isakan.
Baekhyun segera menegakan tubuhnya kembali, menatap kearah wajah gadis yang diketahui namanya adalah Seyeon, yang sedang menangis.
Tangannya terulur, untuk menghapus air mata yang semakin mengalir.
"Maafkan aku Seyeon, aku tidak berniat membuatmu mengis, tapi tolong, mengertilah" Ucapnya pelan.
Menghembuskan nafasnya berat.
"Baiklah Baekhyun, aku mengerti, yasudah aku ingin pulang, semoga dihari ulang tahunmu ini ada yang lebih spesial Baek"
"Tidak, ini yang sangat spesial, kau harus tahu, hanya kau yang mengingat hari ulang tahunku" Balas Baekhyun.
Gadis itu tersenyum miris, mengingat, dosa apa yang telah ia perbuat, hingga pria yang ia cintai harus bersikap kejam seperti ini terhadapnya.
Mundur beberapa langkah, lalu gadis itu keluar dari rumah besar, menyisakan prianya yang masih berdiri, sambil menenteng kue yang dibawanya, lalu membalikan tubuhnya, untuk melihat pemandangannya yang kini menghilang dari pekarangan rumahnya.
"Tolong, jangan mencintaiku Jung Seyeon, ini akan menyakitkan jika kau mengetahui kebenarannya" Gumam Baekyun pelan, dengan sadar ia meneteskan bulir beningnya.
"Biar aku saja yang mencintaimu dengan cara seperti ini" Lanjutnya, lalu menutup pintu pelan.