05 : Dia Berbeda

47 9 0
                                    

Semalam, Adila sangat senang. Pasalnya dia diajak jalan-jalan oleh Kenzie. Pagi ini senyumnya masih merekah bahkan Malven heran dengan adiknya ini.
"Kok senyum senyum sendiri?" tanya Malven.
"Kenzie?" tebaknya. Adila mengangguk mantap.
"Gimana bisa semalem dianterin sama Kenzie? Keluar rumah kok gak izin?"

Semalam saat Adira mengenalkan diri kepada Kenzie disertai kalimat: calon pacarnya Adila, Adila membulatkan matanya lalu menyenggol lengan Adira.
"Enak aja lo!"
"Kak Kenzie mau ke mana?" tanya Adila mengalihkan pembicaraan.
"Jalan jalan aja sih. Paling ke pasar malam di depan, kata orang rame."
"Wah kayaknya seru."
"Dila belum ke sana?" Adila menggeleng.
"Ke sana bareng gue yuk!" ujar Adira sambil merangkul pundak Adila. Adira berpikir bahwa orang di depannya ini adalah gebetan Adila.
"Ih apaan sih lo! OGAH!" tekan Adila.
"Yaudah ke sana yuk!" ajak Kenzie. Adila mengangguk lalu menaiki motor Kenzie. Sebelum melaju, Adila memeletkan lidahnya pada si manusia rese itu.

Adila tertawa kecil mengingat kejadian semalam.
"Hmm... Ini kan karena kak Malven juga. Jadi semalem tuh Dila ada keperluan dulu sama temen, sebentar sih, terus Dila chat kakak kok gak dibales? Dibaca aja kagak. Untung ada kak Kenzie," ucap Adila.
"Kak Kenzie baik banget lho. Dia bawa Dila jalan-jalan ke pasar malam," lanjutnya.
"Cuma pasar malam doang? Dulu kakak sering ajak ke pasar malam biasa aja tuh."
"Tapi beda. Kak Malven ngajak Dila ke pasar malam cuma buat lihat wahana doang, gak pernah naik. Malah kak Malven kan nyari barang obral," cibir Adila.
"Enak aja!"
"Berangkat yuk, kak!" Adila meneguk susu yang sudah disiapkan Malven hingga habis.

***

Saat Adira sampai di depan sekolahnya, ekor matanya melihat Adila sedang memeluk erat orang yang memboncenginya. Sepertinya itu bukan cowok semalam yang mengajak Adila jalan-jalan, pikirnya. Adira tidak bisa melihat dengan jelas lagi karena dua orang itu sudah masuk ke dalam area sekolah mereka.
"Semalem siapa, sekarang siapa. Dasar playgirl!" umpatnya dalam hati.

Sementara itu, Adila berjalan beriringan bersama kakaknya. Dua bulan lagi Malven akan lulus. Artinya, Kurang dari 60 hari lagi, Adila akan bebas dari kawalan Malven, si kakak terposesif sedunia!
"Pagi, Dila!" sapa Kenzie sumringah.
"Pagi kak!"
"Dila doang yang ditanya?"
"Hehehe. Pagi bespren!"
"Sorry bro, semalem gue-"
"Ya salah gue ketiduran. Gapapa. Thanks ya bro udah anterin adek gue."

Malven mulai melunak keposesifannya. Dia menyadari, saat bersama Kenzie, adiknya itu sangat gembira.
"Dil, nanti malem jalan yuk!" ujar Kenzie.
"No! Gak bisa," sergah Malven.
"Kak Malven!!!"
"Belajar, Dila."
"Sekaliii aja. Please!"
"Oke. Pilih kakak ikut atau belajar di rumah?"
"Masa kak Malven ikut sih?"
"Oke gapapa, Ven. Ikut aja. Gue juga bakal ajak Excel sama Prada."

Adila mendengus sebal. Ekspetasinya hancur gara-gara kakaknya itu.
"Duluan ya kak Ken. Semangat belajarnya!" Adila meninggalkan mereka begitu saja.
"Sumpah? Gue gak disemangatin? Adek durhaka! Awas lo di rumah!"

***

Sepulang sekolah Adila mampir ke kedai es krim langganannya. Ternyata si manusia rese juga ada di sana. Namun dia tidak menghiraukan dirinya.
'Tumben,' pikir Adila.

Sambil menunggu pesanannya datang, Adila mendudukkan dirinya di depan bangku Adira sehingga mereka saling berhadapan. Lagi-lagi, orang itu tidak berucap sedikitpun. Dia hanya terfokus pada layar ponselnya sambil sesekali menghentakkan kepalanya mengikuti irama musik dari earphone yang menyumbat telinganya
"Woyyy!" Adila berujar, namun masih diacuhkan.
"Heh rese!"
Penyataan Adila seputar manusia rese plus aneh itu benar.

BRAKKKK! Adila menggebrak meja karena kesal terhadap manusia rese ini. Orang-orang yang berada di kedai mengalihkan pandangannya pada Adila. Adila hanya tersenyum canggung sambil mengatupkan kedua tangannya pertanda memohon maaf.

Sedangkan orang yang kini ada di hadapannya melepas earphone-nya dengan santai.
"Maksud lo apa gebrak meja?" Adila membulatkan matanya.
"Tumben lo ngegas?" ucap Adila.
"Ck siapa sih lo? Sok kenal!" Orang itu berdecak.
"Bukannya lo yang sok kenal sama gue?"
"Cewek aneh!"
"Eh lo siapa bilang gue aneh? Lo tuh yang aneh!"
"Gue Fero, dan gue gak kenal sama lo."

***

Bersambung.

S E M E N J A N A ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang