EPILOG: Sampai Jumpa

12 2 2
                                    

Katanya, masa SMA adalah pembelajaran menuju dewasa, Adila setuju.
Katanya, masa SMA adalah saat di mana logika dan perasaan sering tidak sejalan, Adila setuju.
Katanya, masa SMA adalah masa yang terindah, hmm ini Adila kurang setuju.

Tidak melulu indah, namun ia dapat merasakan rasa indah itu sendiri. Tiga tahun bukanlah waktu yang singkat, tetapi Adila merasa itu adalah waktu yang sangat cepat. Lulus dengan peringkat lima besar di sekolahnya, Adila sangat puas dengan kerja kerasnya selama ini. Malven menjadi saksi kebahagiaan Adila siang itu saat namanya dipanggil ke depan di hadapan orang tua dan siswa kelas 12 di sekolahnya.
Mama Papanya tidak bisa menghadiri upacara kelulusan si bungsu. Oleh karena itu, Malven hadir untuk mewakili orang tuanya.

Saat acara itu selesai, Adila memeluk erat sang kakak. Baginya, Malven turut menjadi saksi hidupnya selama ini.
“Dil, udah dong jangan meluk terus. Malu tau diliatin. Temen kamu kan banyak yang kenal kakak. Kakak udah kayak bapak-bapak aja ini pake batik buat wakilin kamu.”
“Biarin. Pokoknya kak Malven kakak terbaik sedunia!”
Malven hanya tersenyum kikuk saat teman Adila menyapanya.

Mata Adila tertuju pada seseorang di depan koridor sambil membawa satu buket bunga. Ia tersenyum ke arahnya sambil melambaikan tangan. Kakinya refleks berlari mendekat, melupakan sang kakak yang sebelumnya minta pelukannya dilepaskan.
“Bucin banget adek gue,” gerutunya saat Adila menghampiri Adira di koridor.

Banyak teman Adila yang menyapa Adira. Rupanya sejak kegiatan dua minggu lalu, hubungan kedua sekolah itu menjadi lebih baik. Siswanya pun menjadi lebih akrab.
“Dil, kakak mau nongkrong ya.”
“Ih katanya mau traktir es krim gimana sih!”
“Males ah. Lo berdua pasti ngebucin. Mending kakak nongkrong aja bareng temen.”
“Huuu dasar jomblo!”
“Dih, kayak yang pacaran aja!”

Adila terdiam saat menyadari bahwa status dia pun sebenarnya sama-sama jomblo.

***

Saat ini, Adila dan Adira sedang menikmati es krim di kedai bi Wati. Upacara kelulusan Adira sudah dilaksanakan sejak dua hari yang lalu.
“Lo cantik Dil, pake kebaya,” ucap Adira saat menunggu pesanannya.
“Jadi sebelumnya enggak cantik?” timpal Adila sambil tersenyum jahil.
“Cantik, makin cantik.”
“Apaan sih lo, keju banget!”

Bi Wati datang dengan dua pesanan mereka. Melihat Adila yang masih memakai kebaya, bi Wati lantas memujinya. Adila hanya tersenyum malu-malu. Sebelumnya, ia tidak pernah memakai riasan seperti itu apalagi dibalut dengan kebaya.
“Yah, langganan bibi udah pada lulus. Sering-sering main ke sini ya Dil. Adi juga, kalau pulang ke sini jangan lupa mampir. Bibi pasti kangen sama kalian berdua.”
“Pasti bi.”
“Dila pasti sering ke sini kok bi.”

Baik Adila maupun Adira, keduanya menikmati es krim yang dipesannya. Mereka berbincang-bincang mengenai hal-hal kecil. Sesekali tawa keluar dari mulut mereka.
“Tau gak sih Di, waktu hari kedua itu, gue pengen nangis banget pas tau ada banyak masalah. Kena amuk banyak orang, sampe mau istirahat bentar aja tetep aja yang bikin ulah. Kalau gak inget ini acara gede, udah balik gue. Sumpah sih baru pertama ngerasain pegang tanggung jawab segede itu.”
“Makasih ya Dil, lo hebat. Maaf bikin  lo jadi repot.”
“Lo udah berapa kali deh minta maaf sampe bosen.”
“Tapi beneran, gue bersyukur banget bisa wujudin salahsatu keinginan gue buat bikin acara bareng gitu. Gak sabar entar bakal diterusin juga gak ya sama adik kelas?”
“Vol 2 gitu ya? Kayaknya seru!”

***

Terminal 3 Soekarno Hatta siang itu cukup ramai. Adira mendorong kopernya yang cukup besar. Adila mengantar bersama Malven serta ayah Adira. Ayah Adira tidak bisa tinggal bersama Adira di Jepang berhubung dirinya pun sudah memiliki keluarga yang harus ia tanggung. Sang Ayah mengusap punggung putranya itu dengan lembut, memberikan sedikit nasihat.

Saat berpamian pada Malven, Adira meminta maaf dan mengucapkan terima kasih. Malven memeluk Adira yang sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri.
“Kuat ya lo di sana, Di. Sehat-sehat terus ya.”
“Lo juga bang, titip Adila ya. Maaf gue belum bisa penuhin permintaann lo buat jaga adek lo terus.”

Saat berpamitan pada Adila, hati Adira sedikit berat mengingat hubungan keduanya yang akhir-akhir sudah membaik bahkan lebih dekat, namun terpaksa harus berpisah.
“Inget pesen gue ya Dil, kalau ada orang yang cocok dan minta lo buat bareng, jangan pikirin gue. Ikutin kata hati lo karena gue belum tentu bener-bener bisa balik.”
“Ngomongnya gitu terus, gak suka.”

Adira mengambil sesuatu dalam sakunya. Sebuah gelang kayu yang ia pasangkan ke pergelangan tangan Adila.
“Kita kenal gara-gara gelang kayu. Jangan lupain gue ya.”

Adila tersenyum lantas memeluk erat lelaki di hadapannya itu.
“Baik-baik ya lo di sini.”
“Lo juga baik-baik ya di sana.”

Terminal 3 Soekarno Hatta siang itu benar-benar menjadi akhir dari cerita mereka. Sebuah lambaian tangan menjadi penutup pertemuan mereka selama ini.

“Sampai jumpa.”

T A M A T

---------------------------------

[Author's Note]
Haiiii, mau bilang makasih banyak buat kamu yang udah baca sampe akhir ini dan makasih buat feedback-nya. Maaf masih banyak kesalahan dan kekurangan, juga maaf kalau gak sesuai ekspetasi.

Untuk bagian dari sisi psikologisnya, maafkan kalau gak sesuai karena aku bukan ahlinya😅

Pokoknya, yang positifnya jadiin pembelajaran yaa, yang negatifnya buang🤗

Dengan ini, SEMENJANA selesai✨
Sampai jumpa di book aku yang lain hehehe😁

Kalau kamu berkenan, boleh mampir ke work aku yang judulnya GRADASI. Ini nyeritain tentang seorang pelukis dari masa lalu yang tiba di masa sekarang. Dia berusaha keras dibantu tetangganya supaya bisa ngumpulin syarat agar dia bisa kembali ke tempatnya dulu. Linknya https://www.wattpad.com/story/219412313?utm_source=android&utm_medium=link&utm_content=story_info&wp_page=story_details_button&wp_uname=ceritain&wp_originator=NOXiOj2pSPWFOtcnbsfN7jhncRYUp7aawenUdCPy1HCeO%2BOfzXOEf4zCibD9pjn4HRULc%2B778U4FhXkKUaO%2FCubK%2FqbCs98OCFgY%2FFphQSkkFsGi1jgJJFRegAfhI2ES

Ah, sedikit cerita. Dulu, SEMENJANA ini judulnya GRADASI lho! Tapi aku ubah karena Gradasi lebih cocok dipake buat story yang lain haha😆

Sebenernya ini dibikin udah lamaaaaa banget, tapi berhenti di tengah jalan. Waktu itu, aku nonton drama judulnya "Kill Me Heal Me", dari situ pengen ngelarin Semenjana ini karena dapet inspirasi haha. Walaupun tersendat-sendat, updatenya lama, tapi aku seneng akhirnya bisa bikin ini tamat:') *kebanyakan curcol

Oh ya, kamu jangan lupa pake masker dan patuhi protokol kesehatannya yaa😊

Sampai jumpaaaaaaa👋

with luv❤
—in

S E M E N J A N A ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang