"Gue Fero, dan gue gak kenal sama lo."
Adila heran. Jelas-jelas dia Adira tiba-tiba menyebutkan dirinya Fero? Haha mungkin Adira sedang akting.
"Bodo amatlah. Mau lo Adira kek, Fero kek, yang jelas lo tuh si manusia rese!"Tak lama kemudian orang itu bergegas meninggalkan Adila tanpa berpamitan.
Bi Wati mengantarkan pesanan es krim Adila. Sekilas bi Wati melihat keheranan dari wajah Adila. Bi Wati pasti tahu apa yang sedang dipikirkan gadis itu.
"Pasti bingung sama Fero," ujar bi Wati.
"Eh Adira," ralatnya.Adila tersentak, baru menyadari bi Wati ada di sampingnya.
"Ini makan dulu es krimnya."
"Makasih, Bi."
"Ngomong-ngomong Bibi tahu tentang Adira?" bi Wati mengangguk mantap.
"Ceritain dong, Bi."
"Boleh. Tapi sebentar ya, bibi buat dulu pesanan mbak yang di sana."***
Kini Malven sedang bersama Kenzie di kantin sekolah. Nongkrong adalah kebiasaan mereka jika sedang penat oleh tugas. Walaupun hanya beli air mineral, tetapi lumayan bisa naksir cewek-cewek cantik yang belum pulang sekolah. Begitu prinsip mereka.
"Dila mana, Ven?"
"Dia balik duluan katanya."
"Kok gak ditahan? Biasanya mesti bareng?"
"Biasalah. Dia kalau gak mau pulang bareng gue biasanya kabur gitu aja terus baru ngabarin kalau dia gak akan pulang bareng."
"Lo kok sayang banget sama Dila, Ven?"
"Jelaslah. Gue kan tinggal berdua sama dia. Bokap gue tentara dan sekarang dia tugas di wilayah timur, nyokap gue ikut ke sana. Jadi, gue mesti jaga ketat adek gue biar gak kenapa-napa."
"Waktu gue maen ke rumah lo, bokap nyokap lo kan ada."
"Lo maen ke rumah gue kapan? Tahun lalu, botak! Bokap nyokap gue pindah pas Dila masuk SMA."
"Gue gak botak!" protes Kenzie.
"Jadi selama hampir setahun ini lo hidup berdua?" tanya Kenzie. Malven mengangguk mantap.
"Bentar lagi kan kita ujian, terus lulus. Nah, gimana nasib adek lo?"
"Parah! Dia bilang ke gue bakal tumpengan. Katanya selametan dia bebas dari gue," ujar Malven sedih.
"HAHAHAHAHA." Tawa Kenzie pecah melihat ekspresi Malven yang tak tertahan.
"Ide bagus!" seru Kenzie. Malven menjitak kepala Kenzie kesal.
"Heh bagus dari Nigeria!" cercah Malven.
"Hongkong beb," ralat Kenzie.
"Jangan manggil gitu, Ken. Sumpah gue geli," ujar Malven. Kenzie tertawa lagi.
"Kayaknya gue harus cari bodyguard buat adek gue."***
Sesuatu yang sukar dicerna oleh akal namun benar adanya sesuatu yang menjadi momok bagi orang yang menderitanya, dan sesuatu yang dapat mengubah 180 derajat kehidupannya.
Malam ini, Adila sengaja membatalkan janjinya bersama Kenzie. Dia terlanjur penasaran dengan siapa sebenarnya sosok Adira itu? Menurut informasi yang didapatkan dari bi Wati, Adira mengidap Dissociative Identity Disorder (DID) atau kepribadian ganda.
Bi Wati sangat tahu detail karena Adira atau Fero sering mengunjungi kedai es krim. Dan selama Adira datang ke kedai es krim yang kadang berubah menjadi Fero, bi Wati menyimpulkan Adira mempunyai dua kepribadian. Bi Wati juga berkata bahwa mungkin Adira mempunyai kepribadian lain karena ia pernah menyapa Adira di pinggir jalan saat iu, dan ia tidak mengenalinya.
Bi Wati berpikir bahwa belum lama Adira mengidap kepribadian ganda. Saat pertama kali ia menjadi siswa baru, ia tidak pernah berubah menjadi orang lain. Baru dua bulan terakhir ini, Adira terkadang datang sebagai Fero.
Adira, adalah sosok asli dirinya. Orang yang berhati baik dan selalu memperlakukan lembut orang-orang di sekitarnya. Fero, menurut bi Wati, adalah orang yang cuek. Bisa menjadi kasar jika lawan bicaranya mencari masalah terhadapnya. Itulah sebabnya, tadi saat Adila menghampiri Fero dan terjadi ribut kecil, Fero memilih untuk pergi karena dia tidak mau bermasalah dengan wanita.
Adila menghidupkan laptopnya, lalu dengan gerakan cepat, dirinya memilih tab google, jarinya menuliskan Dissociative Identity Disorder (DID) pada kolom pencarian.
Sempat tidak percaya bahwa penyakit itu ada, Adila menggelengkan kepalanya berkali-kali. Jika Adira yang periang tiba-tiba berubah menjadi cuek dan garang, seram juga.
Dissociative Identity Disorder (DID) atau kepribadian ganda adalah kondisi di mana seseorang memiliki dua atau lebih kepribadian yang berbeda, umumnya disebabkan oleh pengalaman traumatis yang terjadi secara berulang di masa kanak-kanak.
Dalam istilah psikologi, kepribadian lain disebut alter ego. Saat alter ego mengambil alih kesadaran, penderita akan menjadi pribadi lain dengan nama, usia, jenis kelamin, atau sifat yang berbeda.
Mereka bisa melakukan sesuatu yang biasnaya tidak akan mereka lakukan. Para penderita akan mengalami amnesia atau tidak ingat pada peristiwa tertentu di masa kecil yang membuatnya trauma.
"Gue harus hati-hati sama orang itu."
Bersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
S E M E N J A N A ✔
Teen FictionAdila, si bungsu yang memiliki kakak sister complex yang selalu menjaganya bagaikan satpam 24/7. Adira, si manusia rese yang selalu membuat Adila jengkel. Keduanya menjadi teman baik sejak Adira bercerita banyak mengenai dirinya yang memiliki keprib...