Empat Belas

7.8K 598 35
                                    

Ahooy! Part 14 is updated! Ada yang kangen Sandarandika?😁😁 Atau kangen sama author?😁😁😂😂 *Gaada kali ya hehehew:( btw part 14 sudah di update, so happy reading!😘

---

Empat hari lagi, putra sulungnya akan berulang tahun. Black box masih belum ditemukan, dan beberapa korban beberapa korban masih juga ditemukan. Tim penyelam masih enggan menampakkan dirinya di permukaan air. Apalagi langit sudah menampakkan kesuramannya. Langit seketika berubah kelabu pekat, rerintikan hujan mulai berjatuhan membasahi kapal, angin mulai menyadarkan segelintir orang diluar ruangan dengan embusan kuatnya. Jam sudah menunjukkan pukul setengah tiga sore, dan tidak menghasilkan apa-apa selain menemukan korban jiwa.

Seperti hari-hari sebelumnya, Dika tetap membantu tim SAR agar segera menyelesaikan evakuasi korban. Gigi Dika bergemelatuk karena ia sudah merasakan menggigil kedinginan karena terkena air hujan dan embusan angin yang cukup kencang. Seragam loreng abu-abunya berubah menjadi basah kuyup. Tak hanya itu, topinya, masker, dan sarung tangannya juga sudah basah terkena air hujan.

Setelah evakuasi dinyatakan selesai. Dika segera menyelesaikan sisa pekerjaannya. Lalu beranjak mandi dan menghangatkan tubuhnya di dalam.

Dika pun segera mandi dan mencuci bajunya yang basah kuyup itu. Ia duduk di tempat pencucian pakaian dengan mengenakan kaos loreng kelabu dan celana training biru tua. Ia menunggu pakaiannya selesai dicuci dengan menggunakan mesin cuci dan mengeringkannya segera. Semua pun yang sedang basah kuyup melakukan hal yang sama.

KLOTAK

Ia mendengar suara benda terjatuh dari dekatnya. Ia pun langsung mengambil benda itu, yang tak lain adalah dompetnya. Ia membuka dompet kulit warna hitam miliknya, nampak foto keluarga kecil yang terpampang jelas di sana. Dika tersenyum melihat dirinya mengenakan pakaian dinas upacara lengkap dengan pedang dan topinya, duduk disamping Gema yang mengenakan seragam taruna berwarna biru-putih, lalu ada Khalifa yang mengenakan baju pesta berwarna biru, dan seorang wanita yang mengenakan seragam biru Jalasenastri.

Dika mulai menggeledah isi dompetnya, terdapat juga foto lama di mana ia masih menjadi seorang taruna, foto bersama keluarga, foto berdua dengan seragam masing-masing, dan masih banyak foto yang terselip di dalam. Ia benar-benar merindukan rumah dan keluarga kecilnya.

Ia mulai teringat kembali. Empat hari lagi adalah ulang tahun Gema yang keenam. Tapi, kepulangannya masih digantungkan karena black box masih belum juga ditemukan. Hanya bisa pasrah kalau ia pulang tugas lebih dari tanggal sepuluh.

***

Dara yang selalu cemas dengan suaminya tak kunjung mengirim kabar saat setelah melihat berita cuaca buruk melanda Selat Karimata. Ia juga ingin menanyakan apakah ia akan pulang ke Surabaya untuk merayakan hari ulang tahun anak sulungnya yang selalu menanti kehadirannya.

“Papa kok belum pulang-pulang sih, Ma?” tanya Gema bermain-main dengan mainannya. Dengan suara pelan ia benar-benar mengharapkan Papanya pulang, “Papa tanggal 10 pulang kan?”

“Sabar ya, sayang, Papa pasti pulang kok,” kata Dara masih mencari berita yang memuat kabar di Selat Karimata.

“Papa lagi di mana sih, Ma?”

“Di Kalimantan. Semoga aja enggak lama di sana ya, sayang. Doain aja ya.”

Dara tidak tahu harus ngomong apa lagi kepada putranya. Kasihan kalau lama-lama ia menanyai keberadaan Papanya di saat Papanya bertugas. Entah keluar kota lah, keluar pulau lah, keluar negeri lah. Dara harus berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan anaknya tentang keberadaan Papanya.

SANDARANDIKA 4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang