Sepuluh

9.2K 601 74
                                    

Oiii, ada yang kangen authornya? Hahahaha xD gak ya :') wkwkwk

Well, ini part 10 sudah di update ya :3 semoga sukaaa! Dan maaf kalau kepanjangan wkwk lol

---

Dika merasa bosan di ruangannya. Maka dari itu, Dika keluar dari ruangannya dan berjalan ke Loungeroom.

Saat memasuki Loungeroom, ia bertemu dengan Arifandi yang tengah membaca buku.

“Wah, ngapain, Fan?” tanya Dika.

“Siap, lagi baca buku, Bang,” kata Arifandi berdiri dan memberi hormat. Lalu bersalaman dengan Dika. Tak berapa lama kemudian, ia membaca bukunya kembali.

Dika langsung melihat ke arah meja. Terdapat pistol berwarna hitam dan warna perak. Dika mengambil pistol itu, “Dapet dari mana nih, Fan?”

“Siap, Bang, saya dikasih teman saya. Kalau Bang Dika mau, ambil saja.”

Dika terkejut, “Beneran nih saya ambil?”

“Siap, Bang, ambil saja. Saya juga enggak terlalu suka nyimpan-nyimpan begituan.”

“Ya udah kalau kamu maksa, makasih ya,” Dika tertawa terbahak-bahak.

“Ngomong-ngomong kok belum pulang, Bang? Udah jam sepuluh malem juga.”

“Masih ada kerjaan, hampir selesai sih. Nunggu restarting-nya kelar,” kata Dika sambil menggaruk-garuk kepalanya dengan sebal.

“Lah, emang laptopnya kenapa, Bang?” tanya Arifandi seketika menutup bukunya.

“Tadi pas dinyalain, tiba-tiba layarnya blue screen. Akhirnya mau nggak mau restarting, padahal kerjaan tinggal dikit. Ngerasa lembur juga kalau begini terus.”

***

Dara tengah kepikiran dengan suaminya saat sama sekali tidak bisa dihubungi. Ini sudah jam sepuluh malam dan belum mendapat kabar darinya. Putra sulungnya selalu bertanya-tanya kapan Papanya pulang.

“Papa layar lagi ya, Ma?” tanya Gema sambil berbaring di samping Mamanya.

“Enggak kok, Papa lagi ada kerjaan di kapal. Mungkin belum selesai,” tutur Dara. Sebenarnya Dara masih khawatir dengan suaminya yang tidak kunjung menghubunginya.

Tok-tok-tok!

Terdengar suara ketukan dari arah pintu. Gema terlonjak bangun dan segera membuka pintu. Dara mengikutinya dari belakang.

Saat pintu terbuka, Gema terkejut saat melihat siapa yang ada di hadapannya. Ia tertunduk lesu dan berbalik masuk tanpa berkata-kata apa-apa. Dara pun menemui orang yang berdiri di depan pintunya.

“Pesanannya sesuai aplikasi ya, Mbak,” kata pria setengah baya mengenakan jaket berwarna hijau. Ia memberikan kantong plastik berisi makanan pesanannya.

“Iya, Pak,” Dara menerima kantong plastik itu, lalu memberikan sejumlah uang kepadanya, “Ini uangnya ya, Pak. Kembaliannya ambil saja, makasih ya, Pak.”

Pria itu menerima uangnya, “Makasih, ya, Mbak,” katanya, “Tadi anaknya kenapa ya, Mbak? Kok saya kasih pesanannya kok malah ditinggal?”

“Duh, iya, Pak, maaf. Soalnya anak saya nunggu Papanya pulang. Tadi dia pikir sampeyan itu Papanya.”

“Oh, begitu. Ya sudah, saya mau lanjut dulu, terima kasih, Mbak,” Dara tersenyum sambil mengangguk. Dara pun mengantar sampai depan gerbang rumahnya sekaligus menutup gerbang rumahnya.

SANDARANDIKA 4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang