Tujuh

8.6K 610 55
                                    

Yeeeeey, part 7 sudah updaaate :p siapa yang kangen sama mereka nih heuheuheuheu, enjoy yah!

---

Hari Minggu adalah hari mencuci. Sudah lama rasanya mereka tidak mencuci pakaian berdua sambil bercengkrama dan meminum secangkir teh di depan mesin cuci. Itu terakhir dilakukan saat Dara mengandung Khalifa ke tujuh bulan. Dan sekarang ia bisa mencuci berdua lagi. Yah, rasanya sudah lama sekali.

“Udah lama ya kita nggak begini, Mas,” gumam Dara sambil menyeruput tehnya.

“Iya, udah lama banget. Akhirnya Mas bisa nyuci baju sama kamu lagi,” Dika tertawa.

Gleg!

Dika dan Dara terdiam sambil menatap mesin cuci. Dika langsung berlari dan berjongkok di depan mesin cuci yang tiba-tiba berhenti.

“Duh, kenapa lagi ini?” Dika masih meraba-raba mesin cuci itu, “Keluarin baju-bajunya dulu, terus cabut kabelnya.”

Dara mencabut kabelnya dari stopkontak, lalu mengeluarkan baju-bajunya yang nampak basah ke dalam ember. Dika segera berlari ke gudang untuk mengambil perkakas di gudang.

“Mas mau bongkar mesin cucinya,” kata Dika sambil mengeluarkan obeng dari kotak perkakasnya.

“Emang Mas bisa?” tanya Dika meyakinkan.

“Yah, doain aja,” Dika pun membongkar body mesin cuci dan mengecek bagian dalam mesin cuci, “Seenggaknya Mas menerapkan mata pelajaran elektro sekarang.”

“Dih, emang di AAL dulu belajar tentang listrik?” tanya Dara lagi, “Bukannya itu kerjaannya Ferdi ya?”

“Bukan,” Dika menggeleng, “Dulu pas aku SMP ada mata pelajaran tambahan elektro.”

“Oh, ya sudah, aku mau ngelanjutin nyuci manual aja,” kata Dara sambil mengangkati ember-ember ke dalam kamar mandi.

“Eh, jangan!” peringat Dika, “Laundry di Mbak Mita aja, Dek. Nanti kamu capek sendiri ah,” lanjut Dika sambil membetulkan mesin cuci.

“Ya meskipun di laundry, aku juga tetep nyuci daleman manual kali, Mas. Sekarang siapa yang mau daleman sendiri di laundry-in? Aku sih ogah.”

Dika mengangguk, “Taruh tas keresek aja, nanti Mas yang nganter ke rumah Mbak Mita.”

“Ya udah, aku mau nyuci daleman dulu di kamar mandi.”

Dika pun melanjutkan mencari sebab rusaknya mesin cuci yang misterius ini. Dika melihat kabel yang terkelupas di dalamnya, dan terkena tetesan air dari pompa air.

Dika pun langsung mengambil ponselnya yang ada di meja dapur. Ia langsung mengetikkan sebuah nama, lalu ia menelpon seseorang. Menunggu nada tunggu sambil terduduk di depan mesin cuci bongkarannya.

“Halo, bro, lo di mana? Lo lagi sibuk gak? Gue butuh bantuan lo.”

***

“Selesai,” kata Adam sambil menutup body mesin cuci itu, “Dik, coba pasang kabelnya ke stopkontak. Setelah mendengar instruksi itu, Dika langsung melakukannya. Setelah itu, ia melihat mesin cuci menyala kembali.

“Huahahaha, mantap!” Dika pun toss dengan Adam sambil tertawa berdua.

“Ah, elu sih pake acara bongkar-bongkar beginian, ada beberapa yang masih bagus ikut-ikutan lu bongkar. Telepon gue langsung aja,” kata Adam sambil mempermainkan obeng di tangannya. Ia mengusap peluh yang menderas dari keningnya dengan kaos lorengnya.

“Untung lo masih di kantor, kalau kagak gimana nasib mesin cuci gue,” Dika terkikik dengan menggaruk tengkuk lehernya.

“Mas, minumannya ada di ruang tamu,” kata Dara membawa nampan dan memasuki dapur.

SANDARANDIKA 4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang