Sembilan

8.2K 597 24
                                    

Yeaaaaa! Happy weekend!
Apa kabar nih?😁 Sehat-sehat aja kan?😁 Oh ya, part 9 udah update yak! Enjoy!

---

Dika menghadiri acara pernikahan Bang Wisnu malam ini. Dika menggunakan setelan jas berwarna hitam sambil menikmati kenduri pesta yang ada di sana. Gema dan Khalifa yang tengah asyik menikmati es krimnya, Dara menikmati salad buah. Alunan musik romantis di pesta pernikahan Bang Wisnu yang benar-benar mewah sekali. Termasuk kateringnya adalah katering yang dibilang cukup mahal dan terkenal di Surabaya.

"Wah-wah-wah, datang sama istri tercinta rupanya," kata seseorang bertubuh gempal sambil membawa segelas air mineral kemasan. Pria itu tertawa saat Dika melihat pria itu berdiri di depannya.

"Eh, Agung!" Dika langsung memeluk sahabatnya itu, "Apa kabar, sob? Udah lama nggak ketemu nih."

"Baik-baik, sob," kata Agung sambil melepaskan pelukannya, lalu bersalaman dengan Dara, "Lo sekeluarga gimana? Ini anak-anakmu? Udah pada gede-gede ya, padahal terakhir gue ketemu anak lo masih di perut Mamanya," kata Agung sambil bersalaman dengan Dara, lalu menggendong Gema.

"Aaah, Om, nggak mau! Nggak mau!" teriak Gema ingin turun dari gendongan Agung.

"Kakak, nggak boleh begitu. Ini temennya Papa, namanya Om Agung. Omnya marinir lho, katanya Gema pengen jadi marinir?" bujuk Dika kepada Gema.

"Om, beneran marinir, Om?" tanya Gema kepada Agung. Agung pun mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan fotonya mengenakan seragam marinir.

"Nih, Om pakai baretnya marinir sama bajunya nih," tunjuknya, "Kamu mau jadi marinir ya? Nggak mau jadi pelaut kayak Papamu?"

"Enggak mau, Papa jarang pulang. Maunya jadi marinir kayak Om," kata Gema merayap naik memeluk Agung. Agung langsung tertawa.

"Yah, gitu lah, Gung, emang udah lama banget kita nggak ketemu," Dika terkekeh, "Oh, ya, kesini sama siapa, Gung?"

"Sama Irhas. Tapi nggak tahu kemana tuh anak," katanya sambil melongok-longok ke tengah gedung, "Paling juga cari cewek di sini."

"Duh, kemana-mana sama Irhas terus, kapan sama istri?" kata Dika seraya menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Gue nggak tahu," Agung mengendikkan bahunya dan mendesah pasrah.

"Ayolah, Gung, jangan nyerah gitu dong," Dika menepuk lengan Agung, "Nembak musuh pake mortir aja bisa, masa nembak cewek pake bunga nggak bisa?"

"Bukan gitu, Dik," Agung menggelengkan kepalanya, "Lo nggak tahu perasaan gue saat gue lagi sayang-sayangnya pacaran sama pacar baru gue, tapi sekarang dia ninggalin gue. Dua kali pacaran kenapa gue selalu ditinggalin?!"

"Sebentar, lo pernah punya pacar setelah Talita kawin sama cowok bule? Lo kok nggak pernah cerita ke gue sih?"

"Pernah, namanya Vika. Dia milih sama pengusaha properti daripada gue. Bahkan minggu depan bakal nikah dan gue di undang. Makanya gue males lama-lama kalo kenal sama cewek."

"Yah, tapi lo jangan gitu, Gung. Lo nggak kasihan sama bokap-nyokap lo? Sampai kapan lo bakal terus-terusan menutup hati? Apa lo nggak iri sama adek lo yang udah gendong anak? Sampai kapan lo begini, Gung?"

"Ah, permisi, aku mau ke kamar mandi dulu, aku mau nitip Lifa bentar," celetuk Dara sambil memberikan Khalifa ke gendongan Papanya.

Dara berjalan ke arah kamar mandi. Ia merasa mual untuk kesekian kalinya. Ia langsung menemukan wastafel dan memuntahkan isi perutnya. Kepalanya terasa pusing sekali. Ia harus cepat-cepat ingin pulang ke rumah. Ia ingin istirahat.

SANDARANDIKA 4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang