The Smile

1.5K 88 17
                                        

Sae berjalan sendirian disamping lapangan basket. Sungguh dia sedang blank tingkat tinggi. Tentu saja karena pertanyaan Resha tadi.

Ia tak tahu apa yang terjadi pada dirinya. Kini didalam otaknya, tengah terbayang bagaimana Third jika ia bertunangan dengan Resha.

Sae bahkan tak menyadari jika seseorang tengah menaiki sepeda kearahnya. Third.

Third tau jika ia bersalah telah merusak sepeda gadis itu, ia entah mengapa merasakan hal aneh seperti ini.

Ditambah melihat Sae diantar oleh Claine entah mengapa membuat hatinya panas. Panas entah karena apa.

Sae kaget saat melihat sepeda yang mirip dengan sepedanya berada dihadapannya saat ini.

Ia menengakkan kepalanya guna melihat siapa yang membawa sepeda kesayangannya ini kehadapannya.

Namun disaat yang sama itu pula senyum merekah diwajahnya hilang seketika.

Ekspetasi tak sesuai dengan realita.

Ia tadinya berharap bahwa penggemar rahasia yang memiliki harum mint yang mengantarkan sepeda kesayangannya ini.

Namun coba tebak siapa yang mengantarkan sepeda kesayangannya ini. Third.

Seketika mood Sae jatuh sampai ketanah. Ia sungguh sangat tak berminat menerima sepeda Third ini.

Sae kemudian melanjutkan langkahnya melewati Third, namun gadis itu kurang beruntung. Third kembali mengejarnya dengan sepeda itu, hingga ia seperti dihadang oleh sepeda kesayangannya.

"Minggir lah"ujar Sae lemah seperti ia tak ingin berurusan dengan Third.

"... "Third diam tak merespon perkataan Sae. Dan ia juga tak mau minggir.

"Kubilang MINGGIR"ucap Sae menekankan kata minggir.

"Kalau gue nggak mau gimana? "Ujar Third seperti mengancam atau lebih tepatnya menggoda Sae.

Sae menghela nafas lelah, ia kemudian berinisiatif menyingkir dan berlalu meninggalkan Third.

Namun lagi-lagi pria iti menahannya. Kali ini bukan dengan sepeda melainkan mencekal tangannya.

"Lepaskan"ujar Sae dingin. Ia saat ini sangat tak mau berurusan dengan Third.

"Ini sepeda lo"ujar Third dengan tampang datarnya.

Hal itu sukses membuat Sae terperangah. Bagaimana bisa lelaki itu berkata seperti itu dengan wajah datar itu?

Ekspresi Third barusan membuat Sae ingin segera mencakar wajah tampan itu. Beruntunglah Sae pintar menjaga emosinya agar tak meledak dihadapan pria ini.

Akhirnya Sae hanya merebut paksa sepeda itu. Sehingga Third harus turun dengan kesadarannya sendiri.

Sae segera saja menaiki sepeda tersebut dan berniat meninggalkan Third.

Namun lagi-lagi ia berhenti. Third menahan sepeda nya.

"Apa? "Sengit Sae tak bersahabat.

"Berterimakasihlah"ujar Third dengan nada sombong dan angkuh.

"Ha??? Kau apa? " tanya Sae seolah ia memiliki gangguan pendengaran.

"Berterimakasihlah "ujar Third lagi.

"Ha?? Kau serius? Aku berterimakasihlah?? "Ujar Sae dengan nada semakin tak yakin.

"Hmmm"cuek Third.

"Ohh god, sadarlah. Kau yang merusak sepedaku, dan sekarang aku yang berterimakasih?? Takkan pernah"ujar Sae dengan sengit dan nada menantang. Ia sungguh telah lelah menahan amarahnya. Entah kenapa selalu emosi sejak malam itu, dimana jantungnya berdetak sangat keras karena pesona Third.

Love Warning[COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang