Prolog

172 13 6
                                    

Cahaya matahari menyelinap masuk ke dalam kamar Axel yang tengah bersiap siap untuk MOS hari pertama di SMA Gemilang.

Yap, Wildan Axel Christian nama lengkapnya. Ia termasuk siswa yang wajahnya bisa dibilang di atas rata rata. Ia sangat aktif di berbagai bidang. Dan ia juga sering berinteraksi dengan banyak orang. Tapi tetap saja terkesan sedikit misterius, karena ia memang sedang berusaha menyembunyikan sesuatu yang telah hilang.

Walau begitu, ia juga bisa bersikap humoris. Untuk membuat orang tertawa atau hanya untuk kesenangannya sendiri saja. Hanya orang orang yang dianggapnya spesial saja yang bisa mendapat perilaku humorisnya itu. Selebihnya ia lebih bersikap dingin. Dan itu membuatnya semakin misterius.

Ia bersekolah di SMA Gemilang dan hari ini adalah hari pertama ia melakukan MOS.

Sambil bersenandung kecil ia merapikan kerah seragam dan memasangkan dasi di lehernya.

Tok tok tok

Axel yang sudah rapi dengan seragamnya, segera membuka pintu kamarnya dan langsung disapa hangat oleh mamanya.

"Pagi anak SMA baru.. Ayo kita sarapan bareng." ajak Sisca, mama Axel dengan sedikit menggodanya.

"Ck.. Mamaa." Axel berdecak karena mamanya ini selalu menggodanya dengan mengatakan bahwa ia "anak SMA baru". Sebenarnya tidak ada yang salah dari itu. Tapi tetap saja membuat Axel sedikit kesal.

Aroma nasi goreng yang telah disajikan mamanya di atas meja tentu membuat Axel ingin segera memakannya. Namun ia teringat sesuatu lalu mengedarkan pandangannya ke satu kursi yang kosong.

"Ma, papa udah pergi?" ucap Axel lirih. Lalu hanya dibalas anggukan lembut mamanya. Axel sebenarnya kesal karena papanya selalu sibuk dengan urusan kantornya sendiri sehingga jarang sekali duduk dan sarapan bersama sama.

Setelah habis memakan nasi gorengnya, Axel segera mengambil tas dan kunci motornya lalu mencium tangan mamanya.

"Hati hati ya." ucap Sisca.

"Iya ma." jawab Axel sambil melajukan motornya.

🦋🦋🦋

Vio menyisir rambut ikal sebahunya di depan cermin dan ditemani lagu favoritnya, Shape of you-Ed Sheeran. Ia juga memasang name tag di seragamnya. Ia tersenyum melihat pantulan dirinya di cermin.

Vionita Cassanova Anjani. Gadis berambut ikal sebahu yang memiliki sebuah lesung pipi yang membuat wajahnya yang manis semakin manis. Ia gadis yang pintar dan sudah memperoleh banyak prestasi. Ia juga selalu dibanggakan di sekolahnya. Ia gadis berani tapi jutek bila ia sudah kesal dengan orang itu. Tapi ia gadis yang tidak tegaan sebenarnya. Vio adalah gadis yang sangat hobi membaca novel.

Ia kini akan menjadi siswi di salah satu SMA yaitu SMA Gemilang. Ia tampak gembira hari ini. Apalagi, sudah ada beberapa makanan di atas meja yang tentu saja sengaja dibuatkan Rika bundanya, untuk sarapan anak tunggalnya.

Ia berangkat dengan kedua sahabatnya yang juga sekolah di SMA Gemilang. Vira dan Vania namanya. Hubungan mereka sangat dekat. Mereka bertiga rumahnya berdekatan bahkan orang tua mereka pun sudah saling kenal.

Tok tok tok

Vio yang sudah duduk di meja makan, harus kembali berdiri saat pintu rumahnya diketuk.

"Hae!" seseorang menyapa dan langsung memeluk Vio tepat saat pintu dibuka. Vio sempat terkejut karena sapaan tiba tiba itu. Yang tak lain itu adalah sapaan dari Vania si tukang heboh.

"Van, inget rumah orang! Jangan teriak teriak Van!" ucap Vira memperingatkan.

"Tu dengerin!" kata Vio sambil melepas pelukan sahabatnya itu.

"Iya iya.. Maaf deh. Ya udah ayo kita berangkat!" ajak Vania.

Vio menepuk jidatnya mendengar ajakan dari Vania.

"Ya ampun.. Kepagian kalau berangkat sekarang Vania Jovita", jawab Vio tak setuju dengan ajakan sahabatnya itu. Karena sekarang memang masih pukul enam kurang. Sedangkan jarak rumah ke sekolahnya hanya 15 menit. Bel masuk juga tepat jam 7 pagi.

"Eh ada Vania sama Vira. Sini masuk. Sarapan dulu. Ini kan masih kepagian kalau mau berangkat." ajak bunda Vio tiba tiba sambil berjalan menghampiri ketiga gadis itu.

"Eh.. Gak usah tante, ngerepotin." jawab Vira.

"Udah lah ayo masuk. Sarapan bareng. Aku tu tadi mau sarapan, karena kalian dateng, jadi tertunda kan sarapannya." ajak Vio lalu mendahului Vira dan Vania masuk ke rumahnya yang cukup luas dan menuju ke meja makan.

"Mulai deh juteknya." gerutu Vania dan tidak dihiraukan oleh Vio.

Mereka bertiga duduk bersebelahan. Dan di kursi lain, Rika, bunda Vio hanya melihat mereka sarapan sambil meminum teh manisnya itu.

Ayah Vio? Ia sudah berangkat ke kantor karena ada rapat penting. Jadi tidak bisa ikut sarapan bersama. Walaupun termasuk sibuk, ayah Vio selalu menyempatkan waktunya untuk keluarga.

🦋🦋🦋

Vero Wiliam Tama, cowok yang memiliki wajah tampan yang juga perhatian. Ia selalu ingin membuat orang lain tersenyum dan tertawa. Ia akan sangat bangga bila dirinya lah yang membuat orang lain itu senang.

Vero tidak ingin orang lain merasa sedih dan kesepian. Ia tidak ingin orang lain merasakan apa yang ia rasakan. Sesuatu yang berharga telah hilang dan ia harus merasakan kesepian.

"Ma, Vero berangkat dulu." pamitnya pada Rena, mamanya.

"Kamu gak mau sarapan dulu Ver?", tanya mamanya yang terlihat sibuk memasukkan beberapa dokumen ke dalam tasnya.

"Bersama mama?", Rena sontak menghentikan aktivitasnya tadi. Ia mendekat ke arah Vero dan menyentuh pundak anaknya itu.

"Kalau bisa, pasti kita akan sarapan bersama. Tapi kamu ta-", ucapannya terpotong oleh ucapan Vero.

"Ya aku tau ma. Lebih baik aku berangkat sekarang", pamit Vero tanpa mencium tangan mamanya itu. Ia langsung menyambar kunci mobilnya dan berlalu begitu saja meninggalkan mamanya. Bahkan Rena belum sempat menjawabnya. Akhirnya ia memilih melanjutkan aktivitasnya yang tertunda tadi. Karena ia juga terburu buru.

Andai saja ada kamu Stef. Kamu yang selalu bikin aku nyaman. Batin Vero sambil melajukan mobilnya di jalanan yang agak padat.

Steffi. Nama mantan kekasih Vero. Mereka memang belum lama berpacaran. Tapi hubungannya yang baru seumur jagung itu harus berakhir. Steffi pergi meninggalkan Vero untuk selamanya karena kecelakaan tragis itu. Padahal Steffi yang selalu bisa membuat Vero nyaman dalam kesepiannya dan meskipun Stefi lebih muda darinya, ia bisa bersikap lebih dewasa daripada Vero. Rindu. Satu kata itu mewakili sejuta perasaan yang Vero rasakan.

Setelah meninggalnya Steffi, Vero belum bisa membuka hatinya untuk orang lain dan belum ada yang bisa menggantikan Stefi di hatinya. Stefi mungkin satu satunya untuk saat ini.

"Coba aja waktu itu aku jagain kamu. Siapa pun orang yang menabrak kamu, gak akan aku maafin Stef." Gumam Vero lalu menaikkan kecepatan laju mobilnya.

*MyFirstStory:)

Stuck in a Complicated LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang