"Tawamu, bahagiaku."
🍒🍒🍒
"Mau kemana kamu?", tanya Rena saat melihat Vero hendak pergi.
"Nonton. Daripada di rumah sendirian", jawabnya dengan menekan kata 'sendirian'.
"Berdua Ver. Kan ada mama di rumah."
"Berdua tapi serasa sendiri. Mama selalu sibuk sama pekerjaan mama itu", ucap Vero sambil melirik laptop dan beberapa berkas di dekat mamanya.
"Vero!"
"Kenapa ma? Semenjak papa-" ucapan Vero terhenti karena ponsel mamanya yang berdering nyaring.
Tanpa berpikir lagi, Rena langsung mengangkatnya. Vero berdecih melihatnya. Ia memutuskan untuk pergi.
"Vero! Tunggu!", teriak Rena sesudah memutuskan sambungan teleponnya. Yang dipanggil hanya berhenti melangkah dan tetap berdiri membelakangi mamanya.
"Ver, selama beberapa hari, mama mau keluar kota. Ada urusan pekerjaan. Kamu di rumah sendiri gak apa apa kan?"
Vero menoleh dengan ekspresi datar.
"Kenapa mama berubah? Dulu hampir setiap waktu mama sama aku dan selalu nemenin aku yang kesepian. Kenapa sekarang mama jadi gila kerja gini? Sampai mama lebih mikirin kerjaan daripada aku", ucap Vero panjang lebar. Rena masih diam. Tidak tau harus menanggapi apa ucapan putranya itu.
"Ver, mama kayak gini karena mama mau kita hidup enak. Berkecukupan."
"Ini semua udah lebih dari cukup ma. Lebih baik aku hidup sederhana tapi kaya kasih sayang daripada hidup mewah tapi miskin kasih sayang."
Ucapan Vero memang benar. Rumah besar, mobil, dan fasilitas lainnya. Itu semua sudah lebih dari cukup. Tapi entah mengapa, Rena selalu merasa belum puas.
"Mama kayak gini karena semua itu bisa diselesaikan dengan uang Vero!", ucap Rena dengan nada tinggi. Semua ucapan Vero membawanya kembali ke masa lalu.
"Ma, lupain masa lalu itu."
Rena hanya diam. Karena sejujurnya, sangat sulit baginya untuk melupakan masa lalu kelam itu. Masa lalu yang menjadi titik awal semua perubahan ini.
"Kalau mama emang mau keluar kota, ya udah. Aku juga udah biasa sendiri."
Merasa tidak ada tanggapan, Vero langsung masuk dan melajukan mobilnya. Sedangkan Rena masih diam di tempat yang sama. Tidak terasa, tetes demi tetes air matanya mengalir mulus di pipinya. Ia hanya mampu berdoa, semoga semuanya baik baik saja.
🦋🦋🦋
Dengan berat hati Vio mengusap wajahnya dengan saputangan putih milik Axel tadi kemudian memasukkan saputangan putih itu ke dalam tas kecilnya.
"Maksa maksa. Nyebelin tau gak!", gerutu Vio, tapi masih bisa didengar Axel.
"Bawel."
Vio yang tadinya melangkah agak jauh di belakang Axel, kini langsung mensejajarkan langkahnya dengan langkah Axel saat ia melihat Vero dan seorang cewek yang sedang menunggu di ruang tunggu bioskop.
"Woi Ax!", sapa Vero saat ia melihat Axel dan mengajaknya ber-high five. Axel membalasnya sambil tersenyum tanpa mengatakan apapun.
"Hai, Vio", sapa Vero dan Vio langsung mendapat tatapan tajam dari cewek di sebelahnya. Cindy. Ya, salah satu cewek yang akhir akhir ini sinis pada Vio.
"Hai juga", jawab Vio dingin. Bukannya menatap Vero, Vio malah menatap Cindy tak kalah tajam.
Axel yang mengetahui keadaan itu langsung mengalihkan pembicaraan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck in a Complicated Love
Teen FictionTerjebak rasa suka, canda, dendam, kekesalan, dan kesalah pahaman. Itu yang dialami ketiga remaja ini. Vio, Axel, Vero. Remaja SMA yang tidak sengaja dipertemukan. Mereka dianggap mendekati sempurna karena wajah dan keahlian yang masing masing merek...