17. ~》SIACL《~

83 23 0
                                    

"Mengetahui lebih banyak tentangmu."

🍒🍒🍒

"Makanya otak lo itu jangan dipake buat belajar pelajaran aja", ucap seseorang tiba tiba.

"Ngapain lo ngikutin gue?", ketus Vio.

Tidak diberi tau pun Vio sudah tau kalau orang itu adalah Axel. Mata Vio melihat angkutan umum yang sedang berhenti di seberang jalan. Tanpa memperhatikan kanan kiri jalan, kakinya melangkah dan ia tidak menyadari ada mobil yang sedang melaju lumayan kencang.

Tinnn!

Belum sempat Vio menoleh, lengannya terasa ditarik kuat ke arah belakang dan akhirnya ia jatuh terduduk di pinggir jalan. Nafasnya memburu. Dengan cepat ia menoleh ke arah seseorang yang sekarang sedang meniup sikunya yang sedikit mengeluarkan darah.

"Vio?!" Vira segera berlari menghampiri sahabatnya itu.

"Mbak! Kalau mau nyebrang itu liat liat mbak! Untung tadi mas nya cepet narik. Kalo gak bisa ribet ini!", ucap pengendara mobil yang hampir menabrak Vio tadi.

"Maafin temen saya pak. Tadi dia lagi gak fokus. Sekali lagi maaf pak", jawab Axel dan pengendara tadi langsung pergi begitu saja.

"Vio. Lo itu harus hati hati. Gue tau lo lagi banyak pikiran. Tapi jangan sampai hal gak penting yang lo pikirin itu buat diri lo celaka apalagi cuma gara gara Vero!", kini giliran Axel yang bicara panjang lebar.

Vio masih syok dan Vira juga diam. Vira diam karena secara tidak langsung, meng-iyakan ucapan Axel. Akhirnya Vira mengajak Vio duduk di sebuah bangku taman di dekat tempat itu dan Axel pun mengikuti.

"Pokonya ini yang terakhir kali. Sekarang-", ucapan Axel terpotong saat melihat Vio tiba tiba menangis.

"Vi?! Lo kenapa? Ada yang sakit?", tanya Axel khawatir.

Seketika Vira ingat sesuatu dan ia sangat yakin bahwa alasan Vio menangis pasti karena masa lalu itu. Vira langsung merengkuh tubuh sahabatnya itu dan mencoba menenangkannya. Axel yang melihatnya pun menjadi bingung.

"Udah Vi. Jangan diinget lagi", ucap Vira. Vio semakin mengeratkan pelukannya pada Vira.

"Gue takut ngalamin apa yang dialami dia Vir", ucap Vio dengan mata yang menatap Vira.

"Enggak Vi. Lo gak apa apa."

"Dia? Dia siapa?" Axel sudah tidak bisa menahan rasa penasarannya. Baginya pasti ada sesuatu yang penting yang belum diketahuinya.

Vira menatap Vio, meminta persetujuan untuk menceritakannya pada Axel. Vio hanya diam dan Vira menghembuskan nafas berat kemudian mulai berucap.

"Dia itu gadis seumuran kita. Cantik dan keliatannya periang. Tapi sayang, dia meninggal di usia muda"

"Kenapa?", tanya Axel yang semakin penasaran.

"Dia meninggal tertabrak mobil ayah Vio pas kita kelas dua SMP. Sebenernya itu gak disengaja. Vio lagi bercanda sama ayahnya di dalem mobil dan dia tiba tiba nyebrang sambil lari dan ketawa. Pas sampai di rumah sakit, dia cuma bisa bertahan selama satu setengah jam dan akhirnya Tuhan berkehendak lain", jelas Vira. Vio langsung memeluk tubuh Vira karena teringat masa lalu kelamnya itu. Sedangkan Axel hampir tidak percaya.

"Keluarganya gimana?"

"Marah besar. Tapi lama lama, mereka ngerti kalau ini udah rencana Tuhan. Vio lagi berusaha ngelupain ini jadi gue harap lo gak ungkit tentang ini lagi dan ya, jangan kasih tau siapa pun", jawab Vira. Axel tersenyum kecil dan mengangguk. Sebenarnya ada sedikit rasa senang dihatinya karena mengetahui sesuatu tentang Vio.

"Gue sama Vio pamit pulang Ax."

"Ya. Hati hati." Vio dan Vira pun melangkah menjauh meninggalkan Axel. Sebenarnya Axel ingin mengantar Vio pulang tapi melihat Vio yang seperti itu rasanya ia agak canggung.

🦋🦋🦋

Sepasang kekasih baru berjalan menyusuri koridor ke parkiran. Dengan jari jari tangan yang saling bertautan. Menikmati indahnya romansa masa SMA mereka.

"Aku seneng kamu mau jadi pacar aku", ucap Vero dengan Cindy di sampingnya. Cindy tersenyum manis membuat hati Vero menghangat dan merasa senang bisa melihat senyum itu lagi.

"Kalau aku boleh tau, tadi kamu sama Vio itu kenapa?" Lamunan Vero seketika buyar mendengar pertanyaan gadisnya itu.

"Ooh. Vio ulang tahun dan aku minta dia jadi sahabat aku. Dan kayaknya dia mau", ucap Vero dengan santainya membuat Cindy berhenti melangkah.

"Sahabat? Itu artinya kamu bakal deket banget sama Vio dong Ver?"

Vero sudah menduga ini dan sudah tau harus menjawab apa.

"Iya deket. Tapi aku tetep prioritasin kamu, sayang. Jadi gak perlu cemburu. Oke?" Ucapnya jujur. Vero tidak mau ada yang disembunyikan dalam hubungan mereka. Jujur, adalah yang utama bagi Vero.

"Tapi kan-"

"Udah. Percaya sama aku." Cindy menghembuskan nafas berat dan kakinya kembali melangkah. Melihat itu, Vero tersenyum senang. Alangkah senangnya ia mempunyai Cindy sebagai pacarnya dan Vio sebagai sahabatnya.

Tiba tiba Vero teringat Vio. Ia segera mengeluarkan ponselnya dan mengetikan pesan via Whatsapp untuk Vio. Terkirim. Tapi Vio tidak kunjung membalas bahkan membacanya. Entah kenapa Vero merasa khawatir. Padahal hanya karena pesannya yang tidak dibalas.

Vero dan Cindy sudah duduk manis di dalam mobil. Bukannya menjalankan mobilnya, Vero malah mengecek ponselnya berkali kali. Awalnya Cindy diam. Tapi lama lama ia mulai jengah.

"Ver, kamu ngapain sih?"

"Ha?"

"Kok kamu jadi gak fokus gitu?"

"Ha? Enggak kok", ucap Vero sambil meletakkan ponselnya di saku celananya.

"Inget janji kamu yang selalu prioritasin aku."

Vero menghela nafas, "Iya."

"Mau langsung pulang atau jalan dulu?", tanya Vero saat mobilnya keluar dari gerbang sekolah.

"Langsung pulang", jawab Cindy dengan wajah cemberutnya. Vero mengangguk. Ia tau Cindy kesal jadi lebih baik menuruti keinginannya saja.

🦋🦋🦋

"Vi, ini udah sore. Besok aja kan bisa", ucap Vira saat ia dan Vio sampai di depan gerbang pemakaman.

"Aku udah lama gak ziarah kesini Vir. Kalau kamu mau pulang, gak apa apa", jawab Vio. Tanpa menunggu jawaban dari Vira, Vio melangkah terlebih dahulu. Vira menghembuskan nafas berat, lalu menyusul Vio.

Disinilah mereka sekarang. Di sebuah pemakaman yang menjadi tempat peristirahatan terakhir gadis itu. Mereka berdua duduk disamping makam lalu mulai menaburkan bunga di atasnya. Kemudian berdoa.

"Hai. Udah agak lama ya aku gak kesini?", ucap Vio sembari mengelus batu nisan gadis itu.

"Maaf. Tapi aku yakin kamu udah bahagia disana", lanjutnya. Vira membiarkan Vio beberapa saat sampai langit terasa gelap. Vira menyentuh tangan Vio dan Vio menoleh melihat Vira mengangguk, bermaksud mengajaknya pulang.

"Ya udah. Aku sama Vira pulang dulu ya", pamitnya lalu beranjak berdiri. Sekali lagi ia menatap nisan gadis yang bertuliskan Steffi Farenza.

"Bye Stef."

🍒🍒🍒

Happy Reading❤

*ternyata bikin cerita itu gak segampang yang aku pikirin:))

Stuck in a Complicated LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang