4. ~》SIACL《~

46 12 0
                                    

Berawal dari senyummu.

🦋🦋🦋

Tatapan seorang Vio yang jutek itu membuat Axel tidak nyaman. Entahlah. Biasanya Axel sama sekali tidak peduli dengan hal kecil semacam itu. Tapi sekarang, ia merasa tidak nyaman. Vio memang sudah terlanjur kesal dengannya dan Axel tau, Vio semakin kesal saat ia harus sekelas dengannya. Tapi Axel tidak ingin ambil pusing.

Axel masuk ke barisan itu dan mengobrol sedikit. Hanya sedikit dengan siswa yang sudah ia kenal termasuk Vero. Tidak lama kemudian, barisan kelas X IPA-1 sudah ditutup karena jumlah siswanya sudah pas dan membuat barisan baru untuk kelas X IPA-2.

Setelah beberapa saat, sebuah nama siswi yang disebut itu berhasil menarik perhatian Axel. Bukan, bukan siswi itu yang menarik perhatiannya. Melainkan cewek manis yang menatap senang pada siswi itu.

"Vira Ranessa", panggil seorang guru.

Nama Vira yang dipanggil langsung membuat cewek jutek itu menoleh dan mencari cari siswi yang satu ini. Axel yang sebenarnya tidak terlalu memerhatikan siswi yang dipanggil itu, melihat si cewek jutek yang tampak tersenyum manis karena mungkin nama temannya itu dipanggil, itu yang membuat Axel tertarik.

Axel baru sadar kalau cewek itu punya senyum manis dan ditambah sebuah lesung pipi yang membuatnya menjadi lebih manis. Cewek itu tidak lain tidak bukan adalah Vio.

Kenapa harus dia yang manis? Gumam Axel, masih tetap memandang wajah manis Vio.

Vio memang tersenyum saat nama Vira dipanggil. Ia merasa senang dan sedikit lega. Walaupun tidak sekelas tapi mereka hanya berbeda satu kelas.

Vio sebenarnya merasa ada yang memerhatikannya. Tapi ia lebih memilih untuk tidak peduli dan tidak menghiraukannya.

🦋🦋🦋

"Ck." Vero berdecak kesal karena Axel, teman barunya itu tidak memerhatikannya sama sekali. Axel malah sibuk memerhatikan sesuatu.

Vero yang penasaran pun akhirnya ikut melihat apa yang dilihat Axel.

Pantas! Ada Vio yang tersenyum dengan manisnya. Pikir Vero.

Ia juga sempat tertegun melihatnya. Tapi Vero langsung sadar saat ada orang lain yang menyapanya.

"Hai." sapanya. "Aku Cindy. Nama kamu siapa?" tanya gadis yang bernama Cindy itu.

"Oh.. ya.. eh.. Nama gue Vero", gugup karena gadis itu mengajak berkenalan tiba tiba.

Cindy, nama yang cantik dan dia memang dapat dikatakan gadis cantik. Memiliki rambut lurus panjang, tubuh mungil, dan bibir tipis.
Stop!

"Oh Vero. Senang bisa sekelas sama kamu." jawab Cindy dengan seulas senyum.

Mirip. Gumam Vero dalam hati.

"Haha iya", jawabnya sedikit canggung.

Setelah perkenalan singkat itu, Vero akhirnga kembali menoleh pada Axel yang ternyata masih memerhatikan Vio.

🦋🦋🦋

Axel masih tertegun dan heran, mengapa sekarang gadis itu bisa tersenyum manis? Tidak seperti waktu itu yang wajahnya seperti ingin memakannya. Se-menyebalkan itu kah dirinya? Axel bergidik ngeri mengingat saat ia tidak sengaja menyerempet gadis itu.

Jantung Axel berdegup kencang saat si pemilik wajah manis itu menoleh ke arahnya.

Gadis itu menyerngit bingung karena ia merasa sedang diperhatikan.

Sikap Axel yang gugup itu pun dapat dengan cepat diketahui oleh Vero.

"Makanya Ax, lo kalau ngeliatin biasa aja. Jadi salah tingkah sendiri kan lo." mendengar itu, Axel dengan cepat menoleh pada Vero.

Kok dia tau? Gumam Axel dalam hati.

"Gak. Gue gak merhatiin cewek jutek kayak dia." jawabnya bohong. Tapi tentu saja Vero mengetahuinya.

"Yayaya", ucap Vero. Ia tidak ingin memperpanjang ini dan lebih memilih untuk mengalah.

🦋🦋🦋

Acara pembagian kelas telah usai dan itu membuat para siswa siswi merasa sedikit lega. Sedikit. Karena setelah ini, masih ada kepala sekolah yang akan memberi pengarahan atau ceramah.

"Baiklah anak anak, hari senin kalian akan mulai bersekolah seperti biasa. Tapi, saya harap besok kalian datang lebih awal untuk mencari kelas kalian masing masing. Saya dan para guru juga berharap, kalian bisa beradaptasi dengan cepat di sekolah baru kalian ini. Bersosialisasi lah dengan teman teman kalian, berperilaku baik, dan menaati peraturan yang ada. Setelah ini, ada promosi ekstrakulikuler yang dilakukan OSIS. Sekian, terimakasih." setelah kepala sekolah bicara panjang lebar, para kakak kakak kelas mempromosikan ekstrakulikulernya masing masing.

Vio sangat memerhatikannya. Tidak hanya mendengarkan, ia juga mencatat deskripsi setiap ekstrakulikuler di notenya. Itu ia lakukan untuk dipertimbangkan dengan bundanya.

Beda halnya dengan siswa atau siswi lainnya yang terkesan cuek. Mereka malah mengobrol, menggosip, memainkan smartphone nya diam diam, dan banyak lagi.

Bila Vio sibuk mencatat, Axel dan Vero sibuk memerhatikannya.

"Kayaknya dia anak teladan." ucap Vero pada Axel. Axel tidak menjawab apapun.

"Manis lagi." lanjutnya dan reaksi Axel tidak berubah. Diam. Menoleh pada Vero saja tidak. Vero berdecak kesal melihatnya.

"Gue mau jadiin dia.." Vero sengaja menggantungkan kalimatnya. Dan benar seperti dugaannya, Axel langsung menoleh padanya.

"Apa?" tanyanya dingin. Vero menahan senyumnya melihat itu.

"Jadiin Vio teman dekat. Kayak sahabat gitu." ucap Vero sambil terkekeh.

Axel menyerngit, "Vio?"

"Iya. Namanya Vio. Namanya cantik ya, kayak orangnya." setelah mendengar itu, Axel yang tadi memerhatikannya pun sekarang memutar bola mata jengah.

🦋🦋🦋

"Bun, aku ikut ekskul PMR ya?" tanya Vio pada bundanya.

Setelah pulang dari sekolah, ia mengganti baju dan disini lah ia sekarang. Di ruang keluarga. Menonton Doraemon, kartun favoritnya. Tidak lupa ia juga membaca hasil catatan tentang promosi ekskul tadi.

"Kenapa pilih PMR?" jawab Rika, lalu duduk disamping Vio sambil meminum teh.

"Karena aku mau menolong mereka yang sakit. Lagian, ini mungkin bisa jadi langkah awalku untuk menjadi dokter nanti. Hehe.." jawabnya sambil tertawa hambar. Jawaban yang terlalu polos menurut bundanya. Rika sebenarnya mengerti alasan Vio memilih PMR sebagai ekskulnya dan dokter sebagai cita citanya. Pasti karena kejadian di masa lalu itu.

Rika menghela nafas dan mengelus rambut putri semata wayangnya itu.

"Ya udah terserah kamu. Apapun yang kamu pilih, harus kamu tekuni."

"Siap bun!" jawab Vio dengan tangan yang memberi tanda hormat.

"Kalau OSIS?" tanya Rika.

"Iya nanti kalau pendaftaran anggota OSIS nya udah dibuka, aku pasti ikut." Rika mengangguk anggukan kepalanya sebagai jawaban.

🍒🍒🍒

Happy Reading❤

*maaf kalau gak seru. Harap maklum ya, masih belajar dan ini cerita pertama:)❤

Stuck in a Complicated LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang