"Ini hati, bukan mainan."
🍒🍒🍒
Semilir angin sore menerpa wajah manis Vio yang sedang berjalan santai di koridor sekolahnya setelah kegiatan ekskul PMR nya selesai. Setiap kamis sore, Vio akan pulang sendiri seperti ini tanpa Vira dan Vania.
Vio berjalan sambil menerawang ke depan. Hari ini banyak yang memberinya ucapan selamat ulang tahun dan doa doa untuknya. Vero juga memberinya ucapan. Tentu saja Vio senang. Walau hanya ucapan selamat ulang tahun.
Vio berhenti melangkah saat namanya dipanggil dari arah belakang. Vio menyerngit melihat Rey-teman sekelasnya yang sama sama anggota OSIS, terlihat terengah engah dan sekarang berhenti di hadapannya.
"Lo kenapa?", tanya Vio heran.
"Kata kak Rosa, lo, gue sama anak anak OSIS lainnya ditunggu di aula sekolah. Mau ada rapat soal pensi katanya."
Rosa Viandra adalah ketua OSIS SMA Gemilang. Lumayan cantik, tegas, dan punya pendirian. Walau perempuan, ia cukup disegani di SMA Gemilang.
"Kok dadakan? Atau jangan jangan, lo ngerjain gue kayak waktu itu?", ucap Vio. Pasalnya, Vio lelah dan ingin segera pulang. Vio juga kurang percaya dengan Rey. Karena Rey termasuk siswa iseng.
Rey langsung menggeleng.
"Gak dadakan dan gue serius. Tadi di grup kak Rosa udah bilang", ucap Rey. Vio segera mengecek ponselnya dan benar saja ada pesan dari kak Rosa. Vio baru tau karena sejak tadi, ia mematikan ponselnya untuk menghemat batrenya yang tinggal 4% itu.
"Ya udah deh. Makasih infonya."
"Oke. Gue duluan Vi. Bye", pamit Rey dan segera berlari menuju aula. Vio menghembuskan nafas berat dan berjalan menyusul yang lainnya ke aula.
🦋🦋🦋
"Vio?", Vio menoleh dan sontak terkejut. Axel yang memanggilnya tadi.
"Lo kok masih disini? Ngapain?", tanya Vio heran. Seharusnya Axel sudah pulang sejak tadi seperti siswa siswa lain.
"Kebetulan lewat. Terus liat gerbang masih dibuka. Gue penasaran, jadinya masuk aja", jelas Axel. Vio mengangguk anggukan kepalanya. Jangan heran kalau Axel bicara panjang seperti itu. Tapi itu ia lakukan hanya pada Vio dan Vero. Ya, hanya mereka berdua.
"Ya udah Ax. Gue duluan ya", pamit Vio.
"Lo gak pulang? Bukannya udah selesai ekskulnya?"
"Masih nanti. Gue ada rapat OSIS. Udah dulu ya Ax, bye." Setelah mengatakan itu, Vio berjalan cepat ke arah aula, meninggalkan Axel yang masih diam di tempat.
Suasana sekolahnya terasa sepi. Vio berjalan hanya ditemani dengan suara gesekan lantai dan sepatunya. Setelah beberapa saat, Vio sampai dan langsung masuk ke dalam aula. Disana sudah ada Rey, Rosa, dan Fadlan.
"Eh. Kebetulan ada kamu Vi. Bisa tolong bantu aku?", ucap Rosa tepat saat Vio masuk ke aula.
"Bantu apa kak?"
"Tolong ambilin proposal pensi di lemari ruang OSIS ya. Tadi ketinggalan", ucapan Rosa membuat Vio melirik Rey dan Fadlan yang sedang asik mengobrol.
"Gak bisa ya?"
"Eh bisa kak. Ya udah aku permisi dulu", pamit Vio. Melihat itu, Rosa mengembangkan senyumnya.
Vio berjalan cepat sambil sesekali melirik jam tangan yang melingkar manis di tangan kirinya. Jam sudah menunjukkan pukul empat sore. Vio yakin, bundanya pasti cemas karena Vio pulang terlambat. Ingin sekali rasanya mengabari bundanya itu. Tapi apa daya, ponselnya sudah mati. Vio berdecak dan berharap semoga rapatnya cepat selesai dan ia bisa membuat bundanya lega lebih cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck in a Complicated Love
Teen FictionTerjebak rasa suka, canda, dendam, kekesalan, dan kesalah pahaman. Itu yang dialami ketiga remaja ini. Vio, Axel, Vero. Remaja SMA yang tidak sengaja dipertemukan. Mereka dianggap mendekati sempurna karena wajah dan keahlian yang masing masing merek...