6. ~》SIACL《~

75 10 1
                                    

Kadang, ada sesuatu yang tersirat di dalam kata dan hanya hati yang bisa merasakannya.

🍒🍒🍒

Hari demi hari telah berlalu. Kini siswa siswi sudah mulai akrab dengan teman teman sekelasnya atau teman kelas lain. Begitu juga dengan Vio. Ia sudah lebih mengenal teman temannya termasuk dua cowok yang duduk dibelakangnya. Axel dan Vero.

Mereka berdua termasuk cowok humoris bagi Vio. Mereka suka membuat Vio tertawa-kadang. Awalnya Vio memang sangat kesal pada mereka terlebih pada Axel. Entah kenapa, lama kelamaan Vio luluh dengan candaan candaan ringan mereka. Axel yang awalnya bersikap dingin, lama kelamaan bisa menjadi orang yang asyik. Walau begitu, Vio tetap saja mempertahankan bersikap jutek pada kedua cowok itu. Apalagi dengan Axel.

Sikap humoris Axel untuk saat ini hanya ia tunjukan pada Vero dan Vio. Sedangkan yang lain, Axel tetap bersikap dingin.

"Vio.." panggil Vero lembut.

"Hmm",

"Ada pulpen?"

"Ada."jawab Vio jutek.

"Pinjem boleh? Gue gak bawa. Lupa"

"Lo tuh pinjem terus dari kemarin", jawab Vio kesal.

"Hehe.. Boleh ya?", ucap Vero sambil memasang muka kasihan andalannya.

"Nih lah nih", jawab Vio ketus. Tapi tetap saja Vio meminjamkannya. Mungkin dulu Vio membayangkan, ia akan merasa senang karena bisa lebih dekat dengan Vero. Tapi saat itu benar benar terjadi, Vio malah sedikit menyesal pernah membayangkannya.

"Umm.. Makasih ya.", ucap Vero berterimakasih sekaligus merasa tidak enak. Dan Vio hanya bergumam sebagai jawaban.

"Kalian kerjakan soal halaman 23", titah Bu Eva, guru matematika. Mereka semua tampak sibuk mengerjakan tugas itu. Tapi tidak dengan Axel.

"Liat!", titah Axel sambil menarik buku Vio dari belakang.

"Apaan sih?! Gak boleh!", jawab Vio dengan menarik kembali bukunya.

"Pelit!", umpat Axel.

"Bodo!", Vio menjulurkan lidahnya.

"Udah jelek gak usah dijelek jelekin", ucap Axel. Dan itu membuat mata bulat Vio melotot. Tapi Vio memilih untuk diam.

Sebenarnya, Axel dan Vero itu termasuk siswa yang pintar, hanya saja mereka itu malas berpikir dan sukanya 'instan'. Terutama Axel.

"Vi, nomer ini ngerjainnya kayak gimana?", tanya Vero.

"Gak tau", jawab Vio tanpa menoleh pada Vero. Ia masih kesal terhadap Axel dan jadi terbawa emosi.

Sebenarnya Vio sudah bisa menjawab semua soalnya. Hanya saja ia berpura pura masih mengerjakan agar tidak diganggu oleh dua orang cowok di belakangnya. Tapi nihil. Mereka berdua yang entah sejak kapan, senang untuk terus mengganggu Vio. Bertanya, meminjam ini itu, atau yang lebih menyebalkan lagi, mereka akan menyontek.

"Gue gak minta jawaban lo Vio. Gue cuma minta lo untuk ajarin gue", ucap Vero lembut dan Vio hanya mendengus pasrah mendengar ucapan Vero. Vero benar.

"Hm", Vio hanya menggumam lalu mengambil pulpen dan buku coretannya.

Begitu juga dengan Vero. Ia berdiri dari tempat duduknya dengan maksud mendekati bangku Vio.

"Gue bisa", Vero dan Vio menyerngitkan dahi.

"Bagus kalau gitu!", ucap Vero sambil mengacungkan salah satu ibu jarinya pada Axel. Dan Vero segera membalikan tubuh membelakangi Axel lalu beralih pada meja Vio.

Stuck in a Complicated LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang