"Selamat datang, pelanggan terkasih. Ada yang bisa saya bantu?"
Begitu melihat Cheng Xiao yang ia sapa demikian langsung tertawa, otomatis Jieqiong ikut tergelak juga. Sebenarnya sapaan tersebut sengaja ia buat dengan nada yang terdengar menggelikan.
Cheng Xiao perlahan melangkahkan tungkai memasuki kamar Jieqiong yang bernuansa ungu. "Wah, kamar lo gede juga ya, Jie ...."
Si empunya kamar hanya tersenyum.
Sesuai kesepakatan dua gadis tersebut, hari ini Cheng Xiao mengunjungi kediaman Jieqiong. Girl's time, demikian istilah mereka. Sekaligus menagih janji Jieqiong yang mengatakan bahwa ia akan melakukan nail art pada jemari tangan Cheng Xiao. Toh hari ini mereka libur.
"Udah nunggu lama?" tanya Cheng Xiao seraya berjalan menghampiri Jieqiong.
Jieqiong mengajak tamunya itu untuk duduk di tempat tidurnya dengan alasan lebih nyaman. "Nggak kok. Lagian gue juga sambil ngerjain PR jadi nggak kerasa banget nunggunya."
"Rajin amat," seloroh Jieqiong.
Jieqiong hanya menanggapi dengan senyum. "Betewe susah nggak tadi cari rumah gue? Nyasar dulu ga?"
Cheng Xiao menggelengkan kepala. "Gue beruntung dapet supir taksi yang ngeh sama nama-nama jalan. Pokoknya tadi gue cuma duduk di belakang, main HP, tau-tau nyampe."
Untuk memulai highlight dari kegiatan mereka siang itu, Jieqiong mengeluarkan sebuah kotak berukuran cukup besar dari dalam lemarinya. Kotak tersebut berisi peralatan seni kukunya, dari mulai cairan pelapis dasar serta pelapis atas, cairan pembersih, kapas, beberapa alat untuk membuat pola polkadot di jari, hingga terutama yang paling penting kuteks dengan berbagai macam warna. Oh, tentunya juga tersedia gunting kuku serta kikir untuk menghaluskan dan merapikan kuku.
"Xiao," Jieqiong membuka kotaknya, "pilih lo mau warna apa."
Cheng Xiao tidak dapat menahan kekagumannya akan koleksi Jieqiong yang memang benar-benar banyak. "Gila, ini punya lo semua? SEMUA? Gils gils lo udah bisa bikin nail art shop kalau gini caranya!" ucap Cheng Xiao dengan mata berbinar-binar.
Jieqiong tergelak. "Udah cepet pilih aja. Mau pake semua warna juga boleh kok, tapi kuku lo kan cuma sepuluh."
Cheng Xiao si gadis berambut cokelat itu membutuhkan beberapa saat untuk menatap semua warna kuteks yang dimiliki Jieqiong, mempertimbangkannya, hingga akhirnya ia berkata, "Terserah lo deh, Jie! Gue kagak bisa milihnya! Banyak banget! Warna apa yang menurut lo bagus buat tangan gue, pake aja itu." Dan Cheng Xiao mengakhiri kalimatnya dengan gestur memainkan jemari lentiknya.
"Terus, model nail art nya mungkin?" tanya Jieqiong lagi.
"Terserah lo juga. Pokoknya gue tau jadi aja!"
Jieqiong mengacungkan ibu jari kanan kepada Cheng Xiao. "Siap, nona!"
Layaknya seorang profesional, Jieqiong menggunakan kuas untuk mengoleskan cairan berwarna salem yang berfungsi sebagai base coat. Perlahan, namun hasilnya memuaskan. Tidak belepotan kemana-mana. Sementara di sisi lain, Cheng Xiao tidak berhenti-henti memuji keahliannya tersebut.
"Xiao, thanks ya udah mau gantiin gue ke rumah Xukun kemarin," ucap Jieqiong, membuka percakapan, meski dengan mata yang masih terfokus pada kesepuluh kuku jari Cheng Xiao.
"Sans aja. Toh gue juga kemarin nganggur. Dan lo juga sakit," balas gadis rambut cokelat itu.
"Kalian ngobrolin apa aja kemarin?" tanya Jieqiong penasaran.
"Ehm, mungkin lebih tepatnya dia yang banyak ngobrol. Gue diem aja dengerin. Since dia waktu itu lagi mabok."
Jieqiong otomatis mengangkat kepala. "Eh, serius? Lah, terus, lo gimana? Lo ga diapa-apain, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet, Sour, Bitter 🔹 Idol Producer
Teen Fiction❝Gile emang lo ya. Bobrok bener idup lo.❞ ❝Lah kalo idup cuma gitu-gitu aja apa serunya?❞ . +au +narasi baku, dialog non baku +starring: cai xukun, zhu zhengting, cheng xiao, zhou jieqiong/joo kyulkyung . #744 in teen-fic #843 in teen-fic #927 in te...