[2]

617 69 6
                                    

== Jangan lupa vote sama komennya ya ^^ ==




Zhengting celingak-celinguk mencari sosok kuncir dua di antara lautan siswa baru lainnya. Bukannya apa-apa, masalahnya siswi-siswi yang lain juga melakukan hal yang sama dengan rambutnya; menguncirnya menjadi dua. Dan itu membuat Zhengting agak kesulitan menemukan batang hidung Cheng Xiao, sahabat kecilnya.

Tetapi, meski sudah cukup lama menunggu dan keadaan halaman sekolah perlahan sepi seiring dengan satu per satu siswa yang mulai kembali ke kediamannya masing-masing, Zhengting belum juga menemukan sosok Cheng Xiao. Zhengting mulai kebingungan. Belum lagi ia tidak membawa ponsel akibat peraturan MOS yang menyebabkan ia kesulitan untuk menghubungi Cheng Xiao.

Demi Tuhan, dimana sih gadis itu sekarang?

Zhengting memutuskan untuk berkeliling sejenak mengitari sekolahnya. Hitung-hitung sebagai tur pengenalan lingkungan sekolah. Meski sebenarnya ia was-was jikalau sampai ia bertemu dengan senior yang berhati tidak baik. Ia akan terlibat dalam masalah.

Berputar ke sana kemari, mengarahkan tungkai tanpa destinasi yang jelas namun tak jua menemukan sosok yang ia cari, membuat Zhengting lama kelamaan jengkel. Pikir saja, tugas yang harus mereka selesaikan sudah menumpuk dan semua memiliki tenggat waktu besok, rumah mereka yang cukup jauh dari lingkungan sekolah dan mereka harus berhadapan dengan kemacetan jalan. Dan Cheng Xiao masih sempat-sempatnya menghilang entah kemana.

Haruskah Zhengting meninggalkan gadis itu dan pulang duluan?

Tidak. Zhengting tak sampai hati melakukannya.

Akhirnya, meski dengan perasaan kesal di hati, Zhengting kembali melanjutkan pencariannya.

Namun, langkahnya terhenti ketika melihat seorang gadis rambut hitam yang duduk di salah satu sudut sekolah. Duduk, dengan kepala tertunduk.

Zhengting bukan tipe orang yang suka mencampuri urusan orang lain—kecuali bila itu menyangkut Cheng Xiao atau keluarga intinya—, namun entah mengapa Zhengting memutuskan untuk mengurungkan niatnya mencari Cheng Xiao sejenak dan menghampiri gadis berambut hitam tersebut.

"Kamu gapapa?" tanya Zhengting.

Gadis itu mengangkat kepalanya, dan tersenyum sekilas. "Oh, gapapa. Ehm ... Cuma, aku boleh minta minum kamu? Aku harus minum obat, tapi air minumku habis."

"Oh, ya. Boleh." Zhengting mengeluarkan botol air minumnya dari dalam tas, lalu menyerahkannya pada gadis itu.

"Oh, omong-omong, kamu ada lihat cewek rambut coklat diikat dua, nggak? Namanya Cheng Xiao, siapa tau kamu udah kenalan" tanya Zhengting.

Gadis rambut hitam itu berpikir sejenak, lalu, "oh tadi aku ada lihat. Ke arah sana!" katanya sambil menunjuk ke arah kebun sekolah.

"Oh ya makasih ya," kata Zhengting, lalu mengambil kembali botol air minum yang disodorkan oleh gadis rambut hitam tersebut, dan setengah berlari menuju kebun sekolah.

Betul saja. Di sana ia melihat sosok Cheng Xiao, yang tampaknya sedang menatap lurus sesuatu yang tak terlihat oleh Zhengting karena tertutup oleh dinding.

"Cheng Xiao!" panggil Zhengting. Tetapi gadis itu tidak menyahut.

"Oii! Cheng Xiao!"

Barulah pada panggilan kedua Cheng Xiao menoleh, lantas berlari kecil menghampiri Zhengting.

"Lo liatin apa sih?" Zhengting penasaran, ia ingin melihat sebentar apa yang tadi sempat dilihat oleh Cheng Xiao, tetapi gadis itu memutar balik dirinya dan mendorongnya maju, membuat Zhengting menjauhi tempat itu dan perlahan keluar dari area kebun sekolah.

Sweet, Sour, Bitter 🔹 Idol ProducerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang