[10]

293 46 10
                                    

HAPPY 1,1K+ READERS AAAAA THANKS A LOT GUYS WO HEN AI NI MEN <3 <3 <3

(A li'l com break: Guys yg ngestan yuehua trainee terutama chengcheng justin mampir yu ke work aku judulnya "Choice" ... Xiexie ❤)



Setengah berlari Xukun menyusuri lorong rumah sakit, tak peduli meski beberapa kali ia sampai menabrak orang lain yang juga sedang lalu-lalang di rumah sakit tersebut. Yang ada di benaknya hanya satu: bagaimana cara tercepat untuk sampai pada Jieqiong. Sejak menerima telepon bernada darurat tersebut, pikiran Xukun langsung kalut dan ia tak dapat berpikir dengan jernih.

Sementara di belakangnya Cheng Xiao juga ikut berlari, tetapi kepayahan menyusul pemuda tersebut yang lebih dahulu berlari dengan langkah lebar-lebar. Sejak tadi, gadis itulah yang membantu Xukun untuk berpikir apa yang harus dilakukan tatkala pemuda Cai itu dilanda kepanikan.



Keduanya sampai di ruang gawat darurat, dan Xukun tak peduli meski ia harus membuka satu demi satu tirai penyekat tempat tidur ruang tersebut. Ia hanya ingin melihat Jieqiong.



Setelah membuka kurang lebih delapan tirai dan tak kunjung menemukan calon adik tirinya tersebut, akhirnya Xukun menemukan sosok yang ia cari, di tempat tidur agak pojok, tengah berbaring. Sebuah masker oksigen terpasang untuk menunjang pernapasannya.

Di sebelahnya, seorang pemuda sedang duduk, juga dengan wajah khawatir. Xukun mengenalinya sebagai Zhu Zhengting, teman sekelasnya.



Pemuda Zhu itu tampaknya menyadari kedatangan Xukun dan Cheng Xiao. Ia lantas bangkit berdiri, dan tanpa berkata apa-apa keluar dari tempat tersebut.



Cheng Xiao hanya menatap kepergian sahabatnya tersebut nanar.



Xukun mengambil tempat duduk di kursi yang tadi Zhengting duduki. Cheng Xiao mengarahkan pandangannya pada kekasihnya untuk beberapa saat, yang kini tengah menatap gadis yang sedang terbaring tersebut. Meski raut wajah Xukun tak menunjukkan perubahan ekspresi yang berarti, tetapi Cheng Xiao tahu di dalam hati Xukun sebenarnya lega bisa melihat langsung kondisi adiknya tersebut.

"Dia kayaknya nggak apa-apa, Kun," ucap Cheng Xiao.

Xukun hanya menganggukkan kepala, tanpa berkata apa-apa.



Cheng Xiao menghela napas. Layaknya seorang gadis yang tahu waktu dan tempat, perlahan gadis itu mengambil langkah mundur, bermaksud beranjak dari tempat itu, meninggalkan dua kakak-beradik itu dengan momen mereka sendiri.

Cheng Xiao berjalan keluar dari ruang unit gawat darurat, kemudian pandangannya tertumbuh pada Zhengting yang rupanya sedang duduk di salah satu bangku di lorong rumah sakit tersebut, tak jauh dari pintu UGD. Pemuda itu duduk dengan kepala tertunduk, bahkan sama sekali tak menyadari presensi gadis itu meski Cheng Xiao sudah berjalan menghampirinya. Cheng Xiao memutuskan untuk mengambil tempat duduk di sebelah Zhengting.



"Makasih udah bawa sahabat gue ke sini" Cheng Xiao membuka suara. Masih jelas dalam ingatannya beberapa saat yang lalu ketika ia tengah berjalan bersama Xukun, ponselnya tahu-tahu bergetar. Zhengting yang rupanya menelepon, mengatakan bahwa Jieqiong sedang dalam keadaan darurat dan harus dibawa ke rumah sakit. Kabar buruk tersebutlah yang langsung disampaikan Cheng Xiao pada Xukun, kemudian pemuda itu panik, kemudian acara jalan keduanya buyar.

Zhengting hanya menoleh sekilas, lalu mengangguk samar.

Tatapan gadis rambut cokelat itu terpaku pada kedua tangan Zhengting yang gemetar, meski pemuda itu terlihat beberapa kali seperti menyembunyikannya, dengan melipat kedua tangannya atau meletakkannya di atas lutut. Seraya bibirnya mengukir sebuah senyum pengertian, Cheng Xiao mengarahkan tangannya untuk menggenggam tangan sang sahabat.

Sweet, Sour, Bitter 🔹 Idol ProducerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang