== jangan menjadi siders ya gaes nanti aku nangis imut kayak quanzhe /bhay ==
"ZHU ZHENGTING!!!"
Untuk satu sekon Zhengting memang sempat terkejut mendengar suara teriakan melengking tersebut hingga kegiatannya mengikat tali sepatu tarinya berhenti. Namun, begitu menyadari khasnya suara teriakan tersebut, Zhengting malah tertawa-tawa.
"Oii Zhu Zhengting! Lo denger gue, gak?" tanya Cheng Xiao yang baru saja sampai di ruang tari sekolah. Zhengting dapat melihat presensinya dari pantulan cermin besar.
"Bukan cuma gue kayaknya. Tuan Wei yang ada di kebon belakang aja bisa denger suara lo kalo lo nya teriak-teriak gitu."
"Hehehehee..." Cheng Xiao cengengesan sambil mengeluarkan sepatu tarinya dari dalam tas kecil yang ia bawa.
"Lagian kenapa juga lo pake teriak-teriak segala?" lanjut Zhengting. "Kan lo udah tau gue ada di sini."
"Lo liat kan tadi pas pemindahan tempat duduk di kelas gue sebangku sama siapa?"
Zhengting tidak langsung menjawab. Ia terlebih dahulu bangkit berdiri, kemudian melakukan beberapa gerakan peregangan dengan menarik kedua tangannya ke atas, ke kiri, dan ke kanan.
"Tau. Sama Cai Xukun, kan?" balas Zhengting santai.
Cheng Xiao mengangguk dengan raut wajah bingung. "Gua kudu gimana, Zheng?"
"Kudu gimana apanya?" Zhengting merespon sambil mengangkat kaki kanannya ke atas, melakukan split sempurna dalam posisi berdiri. "Lo kalo ngomong suka kayak gini deh. Suka ngegantung nggak jelas gitu..."
"Masih inget cerita gue beberapa hari yang lalu? Yang anak dengan dua kepribadian itu?"
Zhengting mengangguk.
"GUE NYERITAIN DIA!!" ucap Cheng Xiao setengah frustrasi.
Zhengting malah terbahak.
"Lah, lo kok malah ngakak sih?" kata Cheng Xiao bingung sekaligus tidak terima.
"Nggak, gue cuma mikir lo emang ada anehnya. Lo yang waktu itu gamau ngasih tau siapa yang lagi lo ceritain. Sekarang malah lo sendiri yang ngumbar ke gue." Zhengting menurunkan kakinya, lalu kembali berjongkok dan mendekatkan wajah ke arah Cheng Xiao. "Udah gue bilang, Cheng. Sama gue lo itu ga akan bisa jaga rahasia."
Perkataan Zhengting barusan sukses membuatnya mendapat pukulan keras di bahu.
"Ih Zheng jawab dulu pertanyaan gue. Gue kudu gimana?"
Zhengting tidak mengerti. "Gimana apanya?"
"Ya gimana kalau dia emang dua kepribadian seperti perkiraan gue? Gimana kalau dia sekarang keliatan diem tenang walau agak jutek taunya nanti dia bisa makan gue?"
"Lo kata dia kanibal ato psikopat apa?" tanya Zhengting balik, dan Cheng Xiao kembali memukul pundaknya lebih keras.
"Zhu Zhengting!"
"Iye, iye...." ucap Zhengting di sela-sela tawanya. "Bentar, perut gue sakit."
"Rasain. Siapa suruh kebanyakan ketawa."
Zhengting terdiam sejenak. Saat ekspresinya berubah menjadi lebih serius, ia menoleh pada Cheng Xiao dan menatap gadis itu lurus-lurus.
"Ya, gimana pun lo harus terima kenyataan bahwa dia sebangku sama lo. Mungkin lo bisa pakai kesempatan ini untuk kenal dia lebih dalam? Juga untuk membuktikan siapa yg bener, persepsi lo apa persepsi temen-temen."
Cheng Xiao mengangguk-angguk seraya ia mencerna perkataan Zhengting tersebut.
"Lo bener juga Zheng," pungkas Cheng Xiao lirih.
Zhengting bangkit berdiri, lalu mengulurkan tangannya ke arah Cheng Xiao. "Jadi, kita mulai latihan kita sekarang? Seleksi klub tari akhir pekan ini, nih..."
Cheng Xiao membalas uluran tangan sahabatnya tersebut, menggenggamnya erat, dan ikut bangkit berdiri.
Sisa jam istirahat dihabiskan dua insan itu untuk melakukan latihan tari kontemporer sebagai persiapan mereka mengikuti seleksi masuk klub tari sekolah
***
Alunan musik tradisional China yang terdengar samar-samar dari ruang tari berhasil menarik atensi Zhou Jieqiong yang kebetulan sedang melintas di dekat situ. Ia berhenti untuk sejenak, mundur beberapa langkah, dan mengintip ke dalam melalui sela-sela jendela.
Pandangannya terpaku pada dua temannya yang tengah menari kontemporer diiringi musik tradisional yang dipasang melalui audio. Jieqiong terkesima melihat gerakan keduanya, lincah tetapi gemulai di saat yang bersamaan. Gerakan yang bagi Jieqiong dapat dikategorikan sebagai 'sempurna'.
Jieqiong tertunduk untuk beberapa saat. Wajahnya berubah muram dan bibirnya mengukir senyum sedih. Jieqiong teringat saat-saat ketika dirinya duduk di bangku sekolah dasar. Semua gerakan tersebut mudah ia lakukan. Ia adalah penari, sejak kecil bakatnya memang menari. Bahkan tidak sedikit kejuaraan yang ia menangkan serta penghargaan yang ia dapatkan dengan talentanya tersebut.
Tetapi semua berubah ketika ia menginjak sekolah menengah, dimana ia menjadi lemah dan rapuh. Dahulu, hari demi hari ia lalui dengan penuh derita. Capek sedikit atau turun stamina sedikit, Jieqiong akan kehilangan kesadaran. Selain itu, tubuhnya makin hari makin ringkih, nafsu makannya semakin berkurang, dan ia kehilangan berat badan.
Dunia Jieqiong seakan hancur ketika di usia remajanya dokter memvonisnya dengan kanker darah.
Keseharian Jieqiong berubah. Dari seorang gadis yang sangat lincah dan aktif menjadi gadis yang pendiam dan benar-benar menjaga tenaganya yang ada dengan baik. Jieqiong tidak boleh sampai terlalu lelah, atau ia akan kolaps dan kembali jatuh pingsan.
Itu sebabnya Jieqiong dengan sangat berat hati memutuskan untuk melepaskan hobi menarinya tersebut.
Jieqiong kembali mengangkat kepalanya. Sosok lelaki yang tengah menari di ruangan tersebut menarik perhatiannya. Bukan hanya karena ia adalah seorang lelaki dengan gerakan sempurna, tetapi semakin di lihat, lelaki tersebut terasa familiar untuk Jieqiong.
Bukankah itu lelaki yang memberinya minum saat hari MOS itu?
Entah mengapa Jieqiong jadi enggan beranjak dari tempat itu.
To Be Continued
A/N
❤❤❤❤
![](https://img.wattpad.com/cover/137715436-288-k453584.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet, Sour, Bitter 🔹 Idol Producer
Novela Juvenil❝Gile emang lo ya. Bobrok bener idup lo.❞ ❝Lah kalo idup cuma gitu-gitu aja apa serunya?❞ . +au +narasi baku, dialog non baku +starring: cai xukun, zhu zhengting, cheng xiao, zhou jieqiong/joo kyulkyung . #744 in teen-fic #843 in teen-fic #927 in te...