Zhengting datang bersamaan dengan perawat rumah sakit yang bertugas mengantarkan makan. Oh, sudah waktunya makan malam rupanya. Kurva di bibir Jieqiong otomatis merekah melihat hidangan makanan yang diletakkan di atas nampan di atas tempat tidur. Ia memang sudah lapar sejak tadi, dan meski ia tahu makanan rumah sakit memang terasa hambar, setidaknya itu bisa membantu menenangkan cacing-cacing di perut yang minta jatah asupan.
Dan ekspresi cerah gadis itu bertambah saat melihat buku kimia yang diletakkan persis di sebelah nampan makannya.
"Kalo sakit ya udah istirahat aja," celetuk Zhengting. "Jangan sakit tapi belajar. Nggak sembuh-sembuh entar, malahan nggak bisa ikut UTS."
"Wah! Thank you for the book, Zheng!" Gadis itu mendongak untuk menatap Zhengting yang sedang berdiri. Sinar tulus terpancar jelas dari dwimanik gadis Zhou tersebut. "Sorry jadi bikin lo harus jauh-jauh ke sini."
"Santai," balas Zhengting.
Keduanya kembali diam, sementara Jieqiong bersusah payah membuka plastic wrap yang membungkus peralatan serta menu makannya. Jieqiong hanya bisa menggunakan satu tangan bebas; sebelah tangannya lagi gak sulit digunakan karena terhubung dengan selang infus.
Melihat peristiwa tersebut, Zhengting berinisiatif menolong. Ia mendekat, dan mulai membuka satu per satu plastik pembungkus tersebut.
Jieqiong pun mengucapkan terima kasih.
"Lo udah makan, Zheng?" tanya Jieqiong.
"Belom. Lo makan duluan aja. Gue belom laper."
"Ah ... " Jieqiong menganggukkan kepala. "Ya udah gue makan duluan, ya ...."
Satu suap ... dua suap ... tiga suap ...
Tahu-tahu Zhengting mengambil sendok makan yang ada di genggaman Jieqiong.
"Sini biar gue suap," cetus Zhengting.
Netra Jieqiong seketika membola mendengar perkataan pemuda tersebut. Ia berusaha menggapai-gapai untuk mengambil kembali sendoknya. "Ih, apaan sih Zheng. Balikin sendoknya, gue bisa makan sendiri kok."
"Nggak apa-apa, toh gue nganggur juga. Nggak ada kerjaan, Lagian ... "
Zhengting mengambil satu suapan nasi tim beserta sayur dan lauknya di sendok, siap untuk menyuapi gadis surai hitam tersebut.
"Lo bikin gue teringat sama adek gue," lanjut pemuda itu.
Jieqiong membuka mulutnya untuk menerima suapan dari Zhengting, mengunyah makanannya, lantas menelannya dengan bantuan air putih. "Oh, adek lo kenapa? Sakit juga kayak gue?"
"Emangnya lo sakit apa?" Zhengting balas bertanya.
Jieqiong memutuskan untuk tidak menjawab dan hanya memberikan senyum sebagai respons. "Ada lah .... Btw adek lo kelas berapa, Zheng? Gue baru tau lo punya adek."
Zhengting mengulas sebuah senyum sedih. "Kalau masih ada, seharusnya dia kelas 2 SMP."
Mendengar perkataan Zhengting tersebut membuat Jieqiong terdiam. Ia sadar, ia telah menyinggung hal sensitif temannya tersebut. "Oh, sorry."
"Nggak apa-apa. It was a long time ago. An accident," Zhengting berusaha menerangkan.
Kemudian keduanya terdiam, membiarkan suara dari televisi yang mengisi kecanggungan di antara mereka. Sementara tangan Zhengting masih bergerak untuk menyuapi Jieqiong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet, Sour, Bitter 🔹 Idol Producer
Teen Fiction❝Gile emang lo ya. Bobrok bener idup lo.❞ ❝Lah kalo idup cuma gitu-gitu aja apa serunya?❞ . +au +narasi baku, dialog non baku +starring: cai xukun, zhu zhengting, cheng xiao, zhou jieqiong/joo kyulkyung . #744 in teen-fic #843 in teen-fic #927 in te...