MAKASIH UNTUK 3K READ & 600++ VOTES
"Jangan tinggalin gue, Xiao ... Jangan tinggalin gue... Gue udah nggak punya siapa-siapa lagi selain lo ...."
Hati Cheng Xiao mencelos mendengar lirihan pilu Zhu Zhengting tersebut. Ia tahu, ia mengerti apa yang pemuda itu rasakan. Itulah sebabnya Cheng Xiao memutuskan untuk tinggal, untuk menemani Zhengting menghadapi kesedihan dan kesesakannya.
Cheng Xiao mengelus punggung sahabatnya itu berulang kali. Sesekali menepuknya. Cheng Xiao juga membiarkan Zhengting untuk menelungkupkan wajahnya di pundaknya. Dari getaran punggung pemuda itu, Cheng Xiao tahu tangis Zhengting kembali pecah. Suara isakannya menyayat hati.
Air mata Cheng Xiao pun ikut mengalir tanpa bisa dicegah.
Setelah beberapa saat berlalu dan tangisan Zhengting mereda, keduanya duduk bersebelah-sebelahan di sofa yang ditempati Cheng Xiao sebelumnya. Masih belum ada yang mengucapkan sepatah katapun. Hanya membiarkan suara penghangat ruangan mengisi keheningan di antara keduanya.“Zheng…” Cheng Xiao dengan ragu-ragu memanggil sahabatnya.
Zhengting hanya menoleh sekilas. Matanya bengkak dan pandangannya kosong. Oh, ingin rasanya Cheng Xiao kembali merengkuh pemuda itu erat.
“Maaf…” ucap gadis rambut cokelat itu lirih.
“Untuk apa?” balas Zhengting serak.
Cheng Xiao menelan ludah. Otaknya berpikir keras bagaimana ia harus mengatakannya. “Eng …. Untuk semuanya. Semua yang terjadi hari ini.”
“Gue… gue tadi sempet bikin lo takut ya, Xiao?”
“Eh? Eng… enggak kok…”
Zhengting menatap gadis itu dengan mata bengkaknya. “Jangan bohong, Cheng Xiao… lo tau lo paling gabisa boong di hadapan gue.”
Cheng Xiao pun tak punya pilihan lain selain mengangguk pelan. “Tapi understandable kok. Gue yang salah emang,” tambah gadis itu cepat-cepat.
Karena Zhengting tidak membalas, Cheng Xiao pun melanjutkan. “It's suppose to be a happy day karena kita akhirnya beres ujian. Harusnya gue turutin ajakan lo tadi untuk jalan sama lo. Biasanya kita kan selalu main bareng habis ujian.”
“Then, would it change the fate?” balas Zhengting.
Cheng Xiao menundukkan kepalanya, menggeleng pelan. “Nggak, sih.”
Zhengting hanya diam.
“Lo kecewa kan sama gue karena gue nggak ada di samping lo?” tanya Cheng Xiao.
Zhengting menoleh ke arah sahabatnya itu, tidak mengerti.
“Itu yang jadi pikiran gue daritadi, Zheng. Gue udah mengecewakan lo sebagai sahabat. Dulu ketika mama-papa meninggal, lo ada sama gue dari awal sampe akhir. Nggak ninggalin gue. Sedangkan gue? Gue malah asyik jalan sama orang lain, setelah sebelumnya gue nolak ajakan lo.”
“Tapi lo ada sama gue sekarang.”
Cheng Xiao menggelengkan kepala. “Beda, Zheng. Lo bener-bener ada di samping gue dari awal aampe akhir. Lo jadi orang yang pertama tahu tentang rasa kehilangan gue, tetapi gue bukan orang yang pertama tau tentang kehilangan lo. Gue nggak ada sama lo dari awal banget. Gue ngerasa bersalah…”
“Yang penting kan sekarang lo ada sama gue…”
“No, Zhu Zhengting. It's totally different!” Cheng Xiao masih bersikeras. “Sekarang gue tanya sama lo, kenapa Jieqiong bisa lebih tau duluan daripada gue? Kenapa dari semua orang, lo memutuskan untuk ngasih tau Jieqiong?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet, Sour, Bitter 🔹 Idol Producer
Novela Juvenil❝Gile emang lo ya. Bobrok bener idup lo.❞ ❝Lah kalo idup cuma gitu-gitu aja apa serunya?❞ . +au +narasi baku, dialog non baku +starring: cai xukun, zhu zhengting, cheng xiao, zhou jieqiong/joo kyulkyung . #744 in teen-fic #843 in teen-fic #927 in te...