1

11K 538 29
                                    

Setelah ditinggal jisung dan jiyu, felix bungkam menghadapi wajah sinis yena. Cewek itu enggan menatap felix dan menjaga jarak semeter dari felix. Yena sebenarnya ga mau diem dieman begini, tapi dia gengsi dong, apalagi abis marahin felix di depan jisung dan jiyu tadi.

Felix memberanikan diri menggenggam tangan yena dan menariknya masuk ke salah satu kafe. Yena udah gelagapan tapi semua itu ia kontrol biar ga ketahuan felix kalo dia nervous.

Yena merengut setelah membaca kertas pink di kaca kafe tersebut. Masa dia dibawa ke kafe diskonan. Tempatnya romantis, sih, tapi kenapa harus di tempat jisung-jiyu sama bomin-nancy ngedate. Yena melihat mereka berempat, ia menarik felix menjauh meskipun cowok itu belum menyadari ada teman-temannya.

"Kenapa na?" tanya felix.

"Ga ada kafe lain apa?" jawab yena.

Felix heran melihat yena terus-terusan melihat ke arah meja lain. Dan felix baru sadar ada kopel lain di sana.

"Selain kafe diskonan, alesan lo ga mau ke sini karena ada mereka?"

"gue gapapa dibawa ke kafe diskonan, gue cuma empet ketemu jisung sama bomin."

Felix mengacak rambut yena. Dah ga takut lagi, yena nya lagi mode kucing bukan macan lagi.

"kita duduk agak jauh dari mereka."

Yena mengangguk setuju. Felix emang ga salah milih calon pacar, kok. Meskipun yena kayak maung tapi dia bisa berupa jadi kucing yang manis. Ya seperti sekarang. Mungkin udah capek marah-marah ditambah dia emang lagi pms, lelah kan, jadilah dia menurut sama felix.

Untuk kali ini aja.

Abis itu, felix yang harus nurut sama dia.

Ga adil, sih. Tapi felix suka.

Setelah memesan, yena terlihat gelisah. Felix pikir, mungkin yena kurang nyaman lantaran datang bulan. Tapi, bukan itu yang yena rasakan. Gadis itu mengutuk dirinya sendiri.

"Bomin melihat kita," ucap yena.

Felix menghela napas berat. Tidak mungkin mereka pergi saat pesanan sedang dibuat. Yena mengakui kesalahannya.

"Ini salah gue. Gue rasa bomin merasa dilihatin makanya dia noleh."

Felix melirik bomin yang menyipitkan matanya. Ia juga liat nancy sedikit terkejut dengan mulut yang terbuka. Felix dan yena berharap bomin agak lemot biar ga ketahuan.

Untungnya bomin punya nancy yang super perhatian. Cewek itu menangkup kedua pipi bomin agar tidak melihat ke arah mereka berdua lagi. Felix menepuk pelan punggung tangan yena, mengisyaratkan untuk tidak melihat ke arah mereka berempat lagi.

"Pesanan datang."

Akhirnya mereka bisa makan dengan tenang.

***

Yena kembali ke mode macan. Di dalam mobil, felix ga bisa untuk ga melirik yena yang sedang mengayunkan kakinya tidak sabar. Gadis itu tadi minta felix untuk ke toilet umum, mau ganti pembalut. Dasar yena saja yang malu, alesan dia mau boker. Tapi, justru yang bikin malu itu alesan dia.

"Sabar, ya. Lagian kenapa ga ke toilet kafe aja tadi?"

Yena menatap tajam felix, "di sana jorok tau!"

Lah, tau apa. Liat aja belom udah bilang jorok.

"Emang dah pernah liat toiletnya?"

"Ini kenapa jadi bahas toilet, sih?"

"Lagian ga ada topik."

Yena menatap lurus ke depan, antara ga mau ngomong atau nahan sakit pinggang. Dah biasa sih, setiap bulan juga nahan lebih dari sakit pinggang. Sakit hati misalnya.

Find You | Lee Felix ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang