20

1.8K 199 13
                                    

Berakhirnya ulangan kimia hari itu, jiyu menyelesaikan ulangannya duluan dari jisung dan felix. Tak lama, felix keluar disusul jisung dengan tampang songongnya karena jisung yang menyombongkan segala pemahamannya pada ulangan materi kimia hari itu. Jiyu dan felix meninggalkan jisung yang sibuk mengoceh perihal pemahamannya.

Mereka berdua sibuk membicarakan seungmin, laki-laki yang felix kenalkan ke jiyu. Padahal hati felix tidak rela membiarkan satu laki-laki lagi dekat dengan gadis pujaannya. Cukup jisung saja yang memberatkan hati seorang lee felix aka lee yongbok.

Sesampainya di kantin,

"Lo lee yongbok, kan?" tanya seorang gadis berambut gelombang kecoklatan.

"Iya, tapi secara sah nama gue Lee FELIX. Jadi, ada apa?"

"Gue ga peduli yang penting lo lee yongbok. Gue mau kasih tau kalau lo dipanggil pak Jaehwan."

"Yena?" tanya jiyu.

Gadis bernama yang yena itu mengangguk, "sekarang."

Dengan terpaksa felix meninggalkan jiyu yang sekarang sudah ditemani oleh jisung. Tidak ada percakapan di antara mereka. Sunyi, hanya ada suara pantulan bola basket yang dimainkan oleh anak kelas sepuluh. Felix berpikir apakah gadis ini tidak tau kalau jarak lapangan basket ke ruang pak Jaehwan itu jauh? Felix tidak bisa diam seperti ini.

"Gue yang dipanggil kok lo nya ikut? Ga usah repot repot kali, gue udah dari kelas sepuluh di sekolah ini, jadi gue tau seluruh letak ruangan siapa saja."

"Berisik!"

Felix menghela napas berat, ia ingin datang ke pelukan jiyu sekarang juga.

"Btw, muka lo asing gitu ya."

"Gue smp di daegu wajar lo gatau."

"Btw lagi nih, ini kok kita ga nyampe-nyampe ya?"

"Heh! Lo punya kaki panjang dipake dong, jalan aja lo lelet!"

Felix pun tak sadar kalau dirinya berada cukup jauh di belakang yena. Yang bikin felix terkejut, yena bisa mendengar keluhannya. Mungkin karena suara felix yang berat dan kencang membuat yena jadi peka.

Felix menyusul yena namun berhenti seketika mendengar teriakan adik kelasnya.

"AWAS BOLA, KAK!"

Bola itu melambung bukan ke arahnya melainkan ke yena yang tidak peduli teriakan mereka. Toh yena pikir bukan hanya dia saja yang senior di sini, mungkin adik kelas itu meneriaki felix.

"YENA!"

Barulah yena menoleh setelah mendengar teriakan felix yang membuat indera pendengarannya lebih peka dua kali lipat. Yena merasakan gelap sekelilingnya dan suara pantulan bola di kepala.

Bukan di kepalanya, ia tidak merasakan apapun di kepalanya.

Melainkan, yena merasa ada seorang yang memeluknya, menjadikan dirinya tameng untuk menyelamatkan yena.

"Gapapa?"

Felix menatap yena sambil memegang kepala belakangnya yang terhantam bola basket. Mata laki-laki itu terpenjam sebentar, antara pusing dan kaget bersamaan. Tangan felix yang satunya masih bertengger dipinggang yena.

"Lo yang kenapa?" tanya yena tak habis pikir.

"Tolong jangan tatap gue, yang yena."

"Kenapa?"

Dug dug dug

"Akh! Lupain."

Find You | Lee Felix ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang