Masih ingat cafe diskonan yang ada di chapter awal?
Bayangkan seorang Yang Yena menunggu di cafe itu selama dua jam tanpa ada kabar dari Felix. Parahnya, Yena memasuki red day nya yang pertama hari ini. Karena red day itulah nafsu makan Yena meningkat, dia menghabiskan dua burger dan tiga cone eskrim vanilla dalam waktu dua jam.
"Sayang.."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Felix datang dari pintu masuk dengan membawa minuman dari luar. Seharusnya itu dilarang membawa makanan dari luar tapi Felix pikir ia hanya sebentar di cafe itu. Ia ingin membawa Yena ke suatu tempat.
"Lo ga ada otak ya.." marah Yena dalam suara pelan setibanya Felix di hadapan Yena.
"Ikut gue.." suara parau Felix sedikit melunturkan amarah pada benak Yena. Gadis itu segera mengambil tasnya mengikuti Felix.
Mereka ada di dalam mobil sekarang. Mesin mobil pun belum dinyalakan. Felix hanya diam sambil menghela napas berat yang sangat Yena khawatirkan.
"Ada masalah?"
Setelah ditanya begitu, Felix malah memeluk setir dan membentur kecil kepalanya pada setir beberapa kali.
"Kenapa?" tanya Yena lembut. Felix melepas masker hitamnya, "minggu depan lo ada waktu?"
"Kayaknya ada."
"Nenek gue meninggal tadi pagi di Sydney. Gue selalu cerita tentang lo ke dia, dia pengen banget ketemu lo. Lo bisa?"
Yena menggigit bibirnya saat melihat air mata diujung mata Felix. Ia tau laki-laki itu sangat sedih dengan kabar duka ini.
"Gue kosongi jadwal ya, sayang.." Air mata Felix jatuh langsung diusap oleh Yena. Felix tersenyum dan memberikan minuman yang ia beli dari luar.
"Maaf gue telat.."
"Gue udah kenyang nungguin lo, dua burger tiga eskrim."
"Sorry babe." Felix mencubit dagu Yena.
"Mau ke mana kita sekarang?"
Felix menyenderkan punggungnya ke jok mobil, berpikir sebentar, ia lupa karena menceritakan kabar duka itu dan Yena hampir marah besar padanya.
"Kita udah pernah ke seluruh tempat romantis di kota ini," keluh Felix.
"Gimana kalo tempat yang nggak romantis?"
Felix memiringkan kepalanya, kenapa tiba-tiba Yena berkata seperti itu? Atau gadis itu ingin putus dengan alasan ke tempat tidak romantis? Hari ini Felix kurang berpikir positif, perasaannya selalu cemas takut Yena meninggalkannya.
"Gue tau lo masih suka ngegame. Kenapa kita gak ke warnet aja?"
"Hah? Yakin lo?"
Yena menaruh tangannya ke atas kepala Felix dan menepuknya dua kali, "ini otak perlu refreshing."
"Kalo gue kecanduan ngegame terus ogah balik gimana?"
"Mudah aja, tinggal putus kan?"
"OI!"
Yena tertawa kecil, telapak tangannya turun ke leher belakang Felix, menepuknya dua kali.