15b

1.3K 187 15
                                        




Felix tidak tahu kenapa yena tiba-tiba memeluknya. Senang sih, tapi ada perasaan aneh yang muncul saat yena mengatakan dirinya baik-baik saja. Dengan pelan, ia mengelus rambut yena, menunggu gadis itu puas berada dalam dekapannya, karena ia tahu ada yang tidak beres dari kekasihnya itu.

"Lo mau curhat?" tanya felix pelan di telinga yena.

"Nggak."

"Mau tidur?"

"Nggak."

"Ya udah, mau nemenin gue sampe malem?"

Yena melepaskan pelukannya dan kembali duduk di samping felix. Ia tidak mengangguk juga tidak menjawab. Yena tampak berpikir keras tentang hal lain.

"Capek, ya? Mau gue anterin ke kamar?"

Yena tersenyum kecil, "gue nemenin lo aja."

Felix mengusap kepala yena sekilas dan kembali fokus pada kerjaannya. Gadis itu kembali membuka pesan yang ia terima beberapa jam sebelum felix datang.



from : moonlight98
hey, babe~
remember me?
what should i do to your boyfriend?
lee felix, right?

to : moonlight98
who are you?


from : moonlight98
try to remember again, yena




Tidak ada yang tahu siapa itu moonlight98, bahkan yena sudah bertanya pada daehwi, adik kelasnya dulu yang serba tahu. Yena juga sudah mencari mahasiswa angkatan dua tahun di atasnya, tetapi tidak ada. Jujur saja, gadis itu merasa hubungannya dengan felix terancam. Belum ada sebulan jadian mereka harus menerima teror.

Yena melempar ponselnya sembarang. Gadis itu tidak peduli kalau felix berinisiatif mengambil ponselnya yang cukup jauh terjangkau oleh tangan.

"Lo marah sama gue?"

"Bukan, gue baru aja dikasih prank sama lua. Kaget, ya gue banting."

Felix menghela napas, "kirain kenapa. Nih, jangan dibuang. Sayang tau, masih bagus."


"Hmm, lix."

"Apa?"

Yena menarik wajah felix agar menghadapnya, "lo deket sama kak minho gak?"

"Iya, kenapa?"

"Dia kelahiran 98 kan?"

"Iya, kan lo dah tau kalo dia dua tahun di atas kita."

"Ooh gitu."

"Lo mau ngegebet ya? Emang gue ga cukup apa?"

"Lo udah lebih dari cukup, kok."



dih nih anak digituin aja udah blushing - yena

Entah sampai kapan felix harus kehilangan fokus karena yena. Tapi yang felix tahu, malam ini yena tampak lebih manis. Kayaknya cuma pas red day yena bisa bersikap manis.

"Yongbok~"

"Masih, ya? Gue ga suka lho dipanggil gitu."

"Ya maaf, felix."

"Iya, sayang. Kenapa?"

"Pilih gue apa tugas?"

"Ya tugaslah. Lo mah ada tiap gue butuh."

Selain manis, yena juga sensitif. Hatinya mudah tersentuh (saat red day). Seharusnya felix memanfaatkan kesempatan ini, bisa bisa pas kelar red day yena berubah jadi maung lagi. Gagal deh manja manjaannya.

Melihat ekspresi muka yena yang menahan nangis sekaligus kesal, hati felix akhirnya luluh. Ia meraih tangan gadis itu dan diusapnya pelan.

"Cewek gue cengeng ya?"

"Air mata gue belum keluar, elah."

Felix mengusap bahu kecil gadis itu, "ayo lo kenapa? Ngomong aja, hm?"

"Pilih gue apa tugas?"

"Pilih lo, kok."

"Yakin?"

"Yakin. Percaya atau gue berubah pikiran."

Yena memutar bola matanya lalu mengangguk, "Iya, percaya."

"Terus, kenapa pake nanya lagi?"

"Gue minta peluk beberapa menit salah gak sih?"

Mata laki-laki itu berkedip cepat, terkejut? Jelas. Tidak pernah permintaan itu terucap dari bibir yena. Biasanya suruh ngejauh, pergi, menghilang, lenyap, bahkan lebih parah disuruh tenggelamkan diri. Tapi felix membalasnya dengan senyuman.














"Sini, sayang."

Felix merentangkan kedua tangannya dan disambut oleh dekapan hangat yena.













duh, hangat - au







Paginya, felix sudah bangun duluan. Meskipun yang semalam tidur duluan si yena di pelukan felix. Tapi laki-laki itu ingat semalam ia tidur di rumah yena, jadi tidak enak tetap tidur sementara tuan rumahnya sudah bangun lebih awal.

Buat sarapan seadanya, dua orang doang soalnya rumah yena beneran kosong. Untung bahan makanan gak kosong. Felix ga jago jago amat masak, masak sih bisa cuma ya butuh bimbingan aja.

Akhirnya jadi juga roti isi selai nanas. Sekedar ngoles selai di atas roti ga ngebahayain dapur juga makanya felix berani.


Selanjutnya, membangunkan tuan putri.

Karena felix yang menggendong yena semalam otomatis pintu ga ke kunci. Kakinya berjalan pelan menuju ranjang queen size milik yena.

"Na, bangun!"

"Ntar!"

"Ada kelas jam berapa?"

"Jam 9, udah sono jangan ganggu gue! Rese ah lo!"

"Ya udah, gue pergi duluan ya, ada kelas pagi."

"Iya, udah sana!"

"Gue udah siapin sarapan di meja, di makan ya sebelum pergi."

"Hmm!"

Felix menunduk mengecup hidung yena sekilas dan pergi menutup pintu kamar.

***



































singkat dulu ya :'

Find You | Lee Felix ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang