Nathania Alana, seorang gadis yang berumur 17 tahun. Ia sama seperti gadis seumurannya yang lain. Alana mempunyai ambisi yang sangat besar. Sekali ia memutuskan sesuatu, maka ia harus mendapatkannya dengan kerja keras. Alana adalah wakil ketua osis SMA Cakrawala. Alana baru dilantik sebulan yang lalu. Tapi, entah kenapa ia menjadi sangat muak dengan rekan kerjanya setahun ke depan, Aldrio. Ia mencalonkan diri sebagai ketua osis, tapi hasil voting menunjukkan Aldrio berada di peringkat pertama pada saat pemungutan suara.
Aldrio dan Alana selalu mempunyai tujuan yang sama. Mereka seperti berjalan di jalan yang sama tapi tak ingin saling menatap atau berbicara."Alana!!!"
Alana sudah hafal dengan suara cempreng itu. Tere, sahabat yang satu-satunya ia miliki. Alana terlalu cuek, terlalu menutup dirinya serapat mungkin. Tak membiarkan orang masuk atau memberikan celah. Tere adalah sahabatnya sejak SMP. Cewek dengan kecepatan meng-update gosip yang paling hangat di sekolah.
Alana melirik malas Tere yang memamerkan deretan gigi putihnya.
"Lo tau?" Tere menaik turunkan alisnya.
Lagi dan lagi Alana melirik Tere, "Enggak."
"Bagus gue-"
"Dan ngga mau tau."
Tere mencebikkan bibirnya "Yah Lan, padahal ini tuh berita up-to-date."
"Lo mau ngapain? Mau ngasih tau kalo Juna dapet cokelat dari pengagum rahasia?"
Alana sudah bosan mendengar Tere berbicara tentang topik Juna atau Aldrio. Alana tahu, jika sahabatnya itu sudah dekat dengan Juna terlebih dahulu daripada dirinya. Tapi, maksud Alana tidak ada lagi topik yang lain yang lebih bermanfaat? Setiap hari ia hanya akan mendengar betapa kagumnya Tere pada Aldrio dan betapa tengilnya Juna di mata Tere. Kalau tengil ya tidak usah dibicarakan lagi bukan? Tapi Tere sangat berbeda. Sejuta kali ia berkata bosan dan enek pada Juna, maka sejuta kali pula ia tetap akan membicarakan Juna.
"Bukan!!! Aldrio nungguin elo tuh di depan kelas."
Dari mana sisi uptodate-nya? batin Alana.
Alana menghela napas berjalan malas menuju ambang pintu kelas. Tampak seorang cowok bersandar di dinding dan memasukkan kedua tangannya ke dalam kantung celana.
"Apa?" tanya Alana datar.
Mata Alana mengamati ekspresi siswa-siswi yang berlalu lalang di depan kelasnya mengingat ini adalah waktu istirahat. Mereka melihat Alana dan Aldrio seperti sesuatu yang terlalu mengesankan.
"Biasa aja dong liatnya!" sentak Alana saat melihat lirikan tajam salah seorang siswi kelas sebelas.
Randyana Aldrio, siswa yang menjabat sebagai ketua osis dan juga kapten basket ini adalah tipe orang yang sangat irit berbicara. Sama seperti Alana, dia hanya akan menjawab 'hm' atau 'ya' dan jika ia tidak setuju pada sesuatu 'ngga'. Kecuali satu, saat ia sedang rapat osis itu akan benar-benar serius. Hei, bagaimana tidak? Di satu ruangan mereka akan terjebak dengan dua orang berkepribadian sama. Sama menakutkan. Mereka seperti ada di kandang singa dan harimau yang siap menerkam mereka kapan pun ia mau.
Ya, hanya dua hal jika Aldrio berbicara banyak. Rapat osis atau ia sedang marah.
Aldrio selalu memakai mobil setiap berangkat ke sekolah. Aldrio tidak terlalu bagus dalam hal sosial di kalangan siswa. Dia hanya akrab dengan beberapa orang. Bisa dihitung jari. Aldrio dingin, tidak mau dikenal orang. Cukup dengan ia menjalankan tugasnya sebagai ketua osis sudah cukup bukan?
Jika mereka melihat ia berintaksi dengan orang lain paling tidak jauh-jauh dari osis. Bagas, karakter yang sama dengan Aldrio tapi sulit ditebak. Kadang ia cuek terkadang berubah jadi jahil dan menyenangkan. Leon sering menyebutnya bipolar. Sedangkan, Faren menganggap Bagas punya kelainan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Halo Alana
Teen Fiction[COMPLETED] Bagi Alana hidupnya akan damai jika tak berurusan dengan Aldrio atau Juna. Menyenangkan menjadi wakil ketua osis. Jika ketuanya bukan Aldrio, si manusia es yang suka bertindak semaunya. Menyenangkan menjalani hidup SMA dengan sejuta nove...