Hari ke hari berjalan seperti biasa. Semua manusia sibuk dengan urusannya masing-masing. Kembali bergelut dengan kerasnya kehiduoan demi bertahan hidup. Matahari masih bersinar cerah serta awan-awan yang menggantung sempurna masih terus melengkapi pagi ini. Tapi, sejak acara ulang tahun SMA Cakrawala yang selesai beberapa hari yang lalu ada yang berbeda.
Semua aktivitas mungkin berjalan seperti biasa proses belajar mengajar di kelas, Juna cs yang membuat rusuh kantin pojok setiap jam istirahat, Leon yang menjadi langganan hukuman dari guru-guru, Bagas yang sibuk dengan persiapan olimpiade fisikanya dan Faren yang sedang sibuk latihan band untuk lomba festival musik.
Sementara Alana, dia juga sibuk. Bekerja di cafe hingga malam karena cafe sedang ramai dan ditambah kesibukannya sebagai pelajar. Pagi dia sibuk dengan beberapa kegiatannya sebagai wakil ketua dan siswa SMA Cakrawala. Membuat laporan dan mengurus hal lainnya sampai saat pulang sekolah dia sudah harus ke cafe bekerja seperti biasa. Masih ada Malik, yang akan terus menemani Alana dan menjaga cewek itu ketika bekerja.
Juna sedikit menjauh, Alana merasa ada jarak yang tercipta setelah kejadian Aldrio menariknya di malam acara ulang tahun sekolah. Atau lebih tepatnya saat Alana dan Aldrio resmi berpacaran. Sesekali Juna akan menengur tapi hanya sebatas itu. Tidak ada lagi obrolan lebih seperti dulu. Ada jarak di antara mereka.
Aldrio? Alana tak tahu pasti apa yang cowok yang notabenenya adalah pacarnya itu sedang kerjakan. Aldrio terus berkata ia sibuk. Tak sempat bertemu Alana. Jangankan untuk bertemu meskipun mereka satu sekolah dan hanya dipisahkan oleh beberapa ruang kelas, membalas pesan dari Alana pun jarang.
"Aldrio," panggil Alana ketika melihat Aldrio yang baru tiba. "Aku mau ngomong sebentar."
Alana menstandarkan sepedanya dan menghampiri Aldrio.
"Nanti ya, aku lagi sibuk. Nanti aja," jawab Aldrio lalu mengacak rambut Alana pelan.
"Aku mau nanya sama kamu! Sebentar lima menit."
Aldrio menghentikan langkahnya dan berbalik "Apa?".
Alana mendekat lagi dan menatap mata Aldrio.
"Cewek yang waktu itu yang ngomong sama kamu siapa?"
"Alana, aku udah bilang kan sama kamu dari kemarin. Ngga usah dibahas."
"Tapi Aldrio, dia-"
"Alana! Cukup! Aku ngga mau bahas lagi. Kalau alasan kamu ngerubah cara ngomong kamu dari gue-elo jadi aku-kamu cuma buat ngejawab pertanyaan itu, mending ngga usah!"
Raut wajah Alana berubah menjadi datar.
"Kamu bisa ngomong sama aku tanpa ngebentak. Aku masih bisa dengar," ucap Alana. "Apa salah kalau aku pengen tau sesuatu yang lebih dari diri kamu? Aku pacar kamu tapi aku ngerasa malah aku ngga tau apa-apa soal kamu," lanjutnya dengan nada pelan.
Alana melenggang pergi tanpa berpamitan. Aldrio menatap Alana, ia menangkat sorot mata Alana yang terluka.
Bodoh. Aldrio bodoh sudah menyakiti Alana.
Aldrio selalu berkata ia sibuk, sama seperti hari ini Meskipun Alana tak tahu pasti apa yang sedang pacaranya sibukkan itu.
Alana tak ingin terlibat percekcokan dengan Aldrio. Cukup hari ini, dia tak ingin mendengar nada Aldrio yang meninggi.
Ini sudah seminggu, Alana tak pernah sekali pun mendengar kabar dari Aldrio. Sejak perdebatan itu, Alana lebih memilih menenangkan pikirannya. Menyibukkan dririnya dengan kegiatan apapaun.
Kejadian kemarin terulang lagi hari ini. Saat Alana dan Aldrio tak sengaja berpapasan. Alana hanya menatap Aldrio sebentar lalu melenggang pergi melanjutkan langkahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Halo Alana
Teen Fiction[COMPLETED] Bagi Alana hidupnya akan damai jika tak berurusan dengan Aldrio atau Juna. Menyenangkan menjadi wakil ketua osis. Jika ketuanya bukan Aldrio, si manusia es yang suka bertindak semaunya. Menyenangkan menjalani hidup SMA dengan sejuta nove...