9. Wanna Back?

1.3K 166 52
                                    

"Langkah pertama. Lo harus tau kebiasaan Alana. Bantu dia kalau lagi kesusahan. Mulai dengan hal yang menyenangkan. Supaya elo enak di langkah selanjutnya."

Mulut Aldrio tertutup rapat melihat sebuah bangunan cafe yang ada di hadapannya. Awalnya ia bingung ketika Alana pergi meninggalkannya begitu saja di sekolah. Sampai akhirnya ia teringat bahwa Alana pernah terlihat di cafe yang ada di hadapannya sekarang.

Perlahan, Aldrio mulai mendekat ke cafe. Ia memasuki bangunan tersebut dengan ekspresi tegang. Kali pertama Aldrio merasakan ketegangan lagi. Setelah sekian lama.

Suara lonceng berbunyi menyambutnya saat ia baru melangkah. Matanya kini memandangi sudut setiap cafe. Ternyata cafe sore hari ini cukup ramai. Tadi Aldrio sempat pulang ke rumah terlebih dahulu untuk mandi dan berganti baju. Kali ini ia mengenakan kaos berwarna cokelat dan juga topi berwarna hitam. Kacamata bulat bertengger manis di wajahnya. Celana jeans berwarna hitam dan juga sepatu kets juga turut melengkapi penampilannya kali ini.

Aldrio menuju salah satu meja yang ada di sudut cafe. Tak jauh dari dinding yang dipenuhi post it  dari beberapa pelanggan atau pengunjung yang pernah mampir ke cafe bergaya klasik itu. Aroma khas kopi siap menyambut indera penciuman ketika cowok itu baru saja duduk di dekat jendela kaca besar.

Matanya perlahan mengamati perubahan awan sore hari ini. Tidak bersahabat, pikir Aldrio. Gumpalan awan hitam sudah berkumpul membuat langit dan sekitarnya tampak gelap. Beberapa orang yang mengendarai sepeda motor mulai menambah kecepatan sepedanya. Tak berselang waktu lama titik-titik air menyambut tatkala seseorang memeanggil nama Aldrio berulang kali. Namun, tak ada jawaban.

"Budeg amat sih," umpatnya kesal. "Aldrio! Woi Aldrio!" Alana berdecak sebal "Budeg!"

Berhasil. Mata Aldrio kini sempurna menatap cewek berambut cokelat yang diikat dengan mata cokelat yang menatapnya kesal. Berulang kali ia memanggil nama cowok itu, tapi tak mendapat jawaban karena yang dipanggil terlalu fokus menatap sekitar.

"Lo mau pesen apa?" tanya Alana sekali lagi.

"Oh," Aldrio mengerjapkan matanya berkali-kali. "Gue pesen hot americano sama chesee cake."

Alana mengangguk sembari mencatat pesanan Aldrio. "Tunggu bentar."

Cewek itu langsung melenggang pergi begitu selesai mengucapkan kalimatnya. Kini perhatian Aldrio sepenuhnya terfokus pada laptop yang ia bawa. Pura-pura sibuk mengerjakan sesuatu. Supaya tidak terlalu kelihatan sedang mengamati Alana.

Lihat sekarang Aldrio mulai terlihat bodoh. Ini sama sekali bukan tipenya.

Cowok bermata cokelat itu mengeluarkan laptop dari tas yang tadi ia gendong. Kemudian, ia menyalakan laptop dan mulai membuka berkas osis. Sebenarnya ia ke sini untuk mengerjakan tugas osis sekaligus mencari tahu kebiasaan Alana. Seperti perintah Bagas.

Aldrio memegang kepalanya menggunakan kedua tangannya "Gue lupa engga bawa flashdisk dari Vina. Mana berkasnya ada di situ lagi."

"Satu hot americano dan chessee cake. Nih sekalian isi. Tempo hari cuma elo buat ganjelan laptop," ucap Alana seraya menyodorkan satu post it.

"Oh iya. Makasih."

Tumben makasih.

Alana sudah tak peduli lagi ia segera menuju meja lain untuk melayani pelanggan lain.

"Lan."

Alana menoleh saat namanya dipanggil.

"Lo ada waktu? Gue mau ngomong bentar."

Halo AlanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang