31. Good Bye

1K 122 67
                                    

Matahari bersinar terik, meskipun jam masih menunjukkan pukul delapan pagi. Jam pelajaran olahraga telah usai, beberapa teman sekelasnya berlarian ke kantin dan sebagian yang lain bermain basket  menambah jam olahraga mereka sendiri khususnya anak laki-laki. Alana memilih duduk menyendiri di taman belakang sekolah di bawah pohon rindang dan menutup matanya. Dia memisahkan diri dari teman-temannya.

Hari ini Tere tidak masuk, gadis itu sedang ada di luar kota. Mengunjungi rumah kerabatnya karena ada sebuah acara keluarga. Tere sedikit berat hati, meninggalkan Alana sendiri dengan keadaan gadis itu yang belum stabil. Setelah Alana membujuk gadis itu dengan mengatakan bahwa ia baik-baik saja baru Tere mau pergi.

Peluh Alana membasahi kening serta lehernya. Ia tidak berniat untuk membeli minum sama sekali, meskipun tenggorokannya terasa kering kerontang.

Alana tersentak kaget saat sesuatu yang dingin menempel pada pipinya.

"Asep!" kesal Alana.

Asep tersenyum kikuk, raut wajahnya terlihat merasa bersalah "Maaf, aku ngga bermaksud."

Alana menghela napas "Kenapa?"

Asep mengulurkan sebotol minuman isotonik "Buat kak Alana."

Alana melebarkan matanya dan menunjuk dirinya sendiri "Buat..gue?"

Asep mengangguk "Iya. Anggap aja ucapan makasih karena kak Alana pernah bantuin aku dari kak Juna."

Alana menatap tak percaya Asep "Lo....kerasukan Sep?"

"Engga. Aku serius. Tapi berkat kak Alana kak Juna berubah sekarang."

"Hmmmm...ngga juga sih. Tapi, makasih ya."

"Iya. Aku balik dulu kak Alana."

Alana mengangguk dan setelah itu Asep pergi. Baru saat Asep melangkah tak jauh dari tempat Alana duduk, tangan Asep ditarik seseorang.

"Apa katanya Sep?"

"Makasih. Itu doang."

"Dia ngga nanya soal gue kan?"

Asep menggeleng "Kenapa ngga kak Aldrio yang kasih sendiri sih?"

"Ngga. Lebih bagus nitip sama elo. Makasih ya, entar kalau gue butuh bantuan elo tolong gue ya?"

"Hmm. Aku mau balik ke kelas dulu."

Aldrio mengangguk lalu tatapannya tertuju pada Alana. Gadis itu tengah memeluk kedua lututnya menyembunyikan wajahnya di antara tekukan tangan itu

****


Mama Anjani sedang memotong wortel di dapur. Ditemani instrumen musik pop jaman Nike Ardila yang di putar membuat suasana dapur tak lagi sepi. Anjani saat merasa ada orang lain di belakangnya.

"Kenapa sayang?" tanya Anjani pada anaknya.

"Engga papa."

"Galau? Ngga ada Alana?"

Aldrio berdecak sebal "Mama!"

"Mama bercanda."

Anjani memasukka sayur yang telah dicuci dan dipotong ke dalam panci berukuran sedang. Setelah itu ia berjalan mendekati Aldrio. Menarik kursi di sebelah anaknya.

"Sesuatu yang berharga akan terasa begitu berharga saat ngga ada di sisi kamu lagi kan? Manusia memang sifatnya begitu. Kamu sudsh tau siapa yang ada di hati kamu?"

Aldrio terdiam dan menegakkan pandamgannya "Alana Ma. Alana."

"Tapi dia udah ngga ada di sisi kamu kan?"

Halo AlanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang