34. Let's Make Something New

966 124 38
                                    

You pierce my soul, I am half agony

Half hope...

I have loved none
But you

—Jane Austen—

Kamu akan percaya kalau waktu sesingkat itu? Apa pernah merasa telah menyia-nyiakannya? Merasa pernah ingin mengulang waktu pada suatu titik tertentu?

Tentu semua orang tahu—tidak, mungkin sebagian dari mereka tahu kalau Aldrio adalah lelaki bodoh yang menyia-nyiakan orang sebaik Alana.

Aldrio, lelaki berparas tampan dan dingin itu terlihat sangat mengenaskan, memilukan dan menyesal disaat pertama kali melihatnya hari itu, hari di man ia menemui Alana setelah kejadian itu. Bukan tipe Aldrio yang biasa dijumpai di Cakrawala ketika berpapasan dengannya. Matanya tak lagi tajam bak pisau melainkan berubah menjadi selembut kapas atau sesendu hujan sore hari. Dagunya tak lagi terangkat tapi trlihat menunduk. Ada sisi lain yang ia tunjukkan hari itu atau sesuatu yang sebenarnya ingin ia sembunyikan.

Aldrio tahu betul, waktu tak akan berbaik hati pada siapa pun. Dan dia telah menyia-nyiakannya begitu saja. Ia ingin bertanya sekarang.

Apa masih ada kesempatannya memperbaiki semuanya?

Apa masih ada setitik harapan untuknya kembali?

Apa masih ada sedikit tempat untuknya?

Dan apa masih pantas ia mencintai Alana dan memohon pada gadis itu untuk mengulang semuanya?

Pertanyaan itu sebenarnya terus terulang ketika ia berhadapan dengan Alana pagi itu. Ketika ia bertemu Alana untum  yang terakhir kali.

Namun, Aldrio baru tersadar. Ketika Alana berjalan keluar dari cafe. Satu hal yang bisa ia pastikan saat ini.

Ia ingin mengatakan yang sebenarnya. Hal yang belum ia katakan.

"Alana!"

Aldrio berlari saat Alana menoleh. Ia menghampirinya lalu memeluk gadis itu begitu erat, sangat erat seolah itu pelukan terakhir mereka. Aldrio terdiam, masih setia memeluk Alana ketika Alana bertanya ada apa dengannya. Aldrio tak ingin melepaskannya meskipun hanya 0,01 detik.

Aldrio ingin menghentikan waktu saat itu. Ia ingin mempunya arloji yang bisa menghentikan waktu. Agar ia bisa menatap mata Alana lebih dalam lagi, lebih jauh lagi dan lebih lama lagi. Agar Aldrio bisa tenggelam dalam senyuman Alana, bahagia saat melihat senyuman Alana.  Menggenggam tangannya dan memeluknya.

"Apa kalau aku minta sama kamu supaya kamu tetap di sini, kamu bakal nurutin?"

Alana tak membuka bibirnya sama sekali. Alana bisa merasakan napas Aldrio yang bergemuruh dengan jarak sedekat itu. Alana bisa merasakan ritme jantung Aldrio yang berdetak cepat saat itu. Pelukannya masih sama hangatnya. Alana masih bisa mencium aroma parfum khas Aldrio. Wanginya masih sama.

"Aku salah. Mindset aku dari dulu salah. Aku cuma menganggap perasaan itu sementara. Ternyata itu semua salah, aku bohong sama kamu, aku ngga ada saat kamu butuh, aku menghilang dan aku ngga menepati janji aku sama kamu. Aku malah terjebak sama hal semu, aku masih terus ngeliat masa lalu aku dan mengabaikan kamu yang tulus sama aku. Aku bodoh Alana, aku brengsek, aku ngga mau menyadari perasaan aku sendiri. Tapi kalau aku boleh egois aku pengin kamu ada di sini, aku pengin ngulang waktu. Aku ngga mau kehilangan kamu."

Halo AlanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang