37. Final

1.2K 118 55
                                    

We never have a happy ending
We never have a sad ending

I don't need a happy or sad ending
Everytime that i spend with you,
It's a best moment

I don't need a happy or sad endingEverytime that i spend with you,It's a best moment

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gadis itu sangat menyukai panti ini. Sejuk, damai, penuh kegembiraan meskipun mereka bukan termasuk anak-anak yang beruntung. Ia menoleh pada sebuah pohon yang memarik perhatiannya. Di sana ada seseorang yang cukup ia kenal. Gadis itu menyunggingkan senyumnya. Ia hendak mendekati cowok itu, tapi cowok itu lebih dulu pergi ke sebuah meja panjang di bawah pohon yang tak jauh dari lokasinya tadi.

"Mana sih Feren?" dia terlihat sangat membutuhkan bantuan.

Gadis itu tersenyum.

"Perlu bantuan?"

Aldrio menoleh, beberapa detik ia membeku. Hanya mengedipkan mata dan menatap lekat gadis bermata cokelat di hadapannya. Saraf-saraf otaknya seolah terblokir hingga tak ada satu anggota tubuh yang begerak.

"Hai, Aldrio."

Dramatis, Aldrio menjatuhkan kardus berisi buku itu. Matanya membulat dan mulutnya sedikit menganga. Ia masih tak percaya, lalu mengucek matanya.

Ngga, ngga mungkin dia balik. Ini pasti halusinasi gue.

Aldrio memejamkan matanya, agak sedikit takut saat ia akan membuka matanya. Takut dirinya berada dalam dunia fatamorgana. Ia mengatur ritme napasnya yang mulai berantakan. Ia menghembuskan napasnya pelan.

Gadis itu mengernyit, bingung karena reaksi Aldrio yang menurutnya berlebihan.

"Please, keluarin gue dari halusinasi  Gue masih waras!"

Gadis itu tertawa renyah hingga ia terduduk di sebuah bangku dan meja yang ada di bawah pohon. Tepat di sebelah Aldrio. Aldrio masih setia menutup matanya.

"Ya ampun mak!! Ini angker banget sih ada cewek ketawa!!" seru Aldrio lagi.

Gadis itu masih tertawa melihat ekspresi Aldrio. Tawanya mereda diganti dengan senyuman yang tak bisa Aldrio lihat. Ia masih menatap lekat Aldrio yang memejamkan matanya. Melihat Aldrio yang tidak berkutik sama sekali membuat gadis itu bangkit.

Ia menggeleng sembari tersenyum melihat Aldrio. Jika ditatap seperti ini ada perubahan dari wajah Aldrio sejak terakhir kali ia bertemu dengan cowok itu.

Wajah Aldrio menjadi sangat tirus dan sedikit pucat dibanding biasanya.

See? Nyiksa diri sendiri, dasar Aldrio bego.

Gadis itu meraih tangan Aldrio agar tak menutupi mata lelaki itu."Ini liat pake mata ya? Yang begini hantu?"


Aldrio membatu lagi. Ia tak bereaksi lagi. Sampai beberapa detik, alisnya tertaut dan tampak memikirkan sesuatu.

Halo AlanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang