"Gue mau balik ke osis."
Aldrio membeku, seolah otaknya mencerna apa yang baru ia dengar.
"Lo—"
"Lo ngga budeg kan?" potong Alana.
"Ok—oke lo datang ke rapat besok pulang sekolah."
Alana mengangguk lalu membalikkan badannya melambai pada Tere dan Juna. "Gue duluan."
Setelah mendapat anggukan, gadis itu langsung pergi meninggalkan Aldrio tanpa sepatah kata apapun.
Perang dingin belum usai.
"Lo balik sama gue aja Ter," celetuk Juna.
"Eh—"
"Telpon Tante supaya ngga nyariin elo. Sekalian aja kenapa sih? Rumah deketan juga," sela Juna sembari menuntun Tere menuju mobilnya.
Sempat berpapasan dengan Aldrio yang juga hendak pulang.
"Macem-macem sama temen gue lagi. Gue gorok lo setan!" sungut Tere lalu masuk ke dalam mobil.
****
Juna masih setia membungkam mulutnya sejak Alana dan Aldrio pergi kawasan parkiran di sekolah. Tere masih mencuri pandang pada Juna. Mulutnya mau berbicara tapi ia terlalu takut saat Juna masih setia menatap ke depan tanpa berniat menjalankan mobilnya.
"Kenapa lo kutu kupret?" tanya Tere akhirnya memberanikan diri membuka suara.
"Engga papa. Gue cuma—"
"Mikirin Alana?" tebak Tere. Karena sedari
Alana menggeleng mantap. "Gue ngga bisa Ter. Gue engga mau balik jadi anak osis."
Aldrio mematung di posisinya. Jelas bukan? Kata-kata itu tertangkap jelas oleh pendengaran Aldrio.
Tepat setelah Aldrio pergi. Juna datang, sempat menangkap ekspresi Aldrio yang kecewa. Tanpa berpikir panjang, ia memasuki kelas Alana dan sahabatnya itu.
"Masih ditawarin sama Aldrio buat balik Lan?" tanyanya langsung.
Alana mengangguk pelan.
"Yaudah. Balik aja kali, Lan. Kalau misal entar dia macem-macem lagi gue bakal ada di depan elo. I will protect you girl. Lagian elo juga masih suka dan dibutuhin sama anak-anak lain. Ya seengganya lo pikirin yang lain," Juna menarik kursi di dekat Alana lalu mengambil ponsel Alana yang ada di atas meja.
"Aldrio udah pernah minta maaf sama elo. Walaupun dia ngga ngomong sama elo. Susu stoberi yang ada di laci elo beberapa hari yang lalu. Itu dia yang naroh. Dia ngerasa bersalah sama elo. Tapi gengsi dia selalu gede. Dan pas tau elo selalu ngasih susu itu ke Tere. Dia ngerasa ngga dihargai dan makin marah sama elo," Bagas tiba-tiba menyahut.
Entah muncul dari mana anak itu.
"Gue harap lo bisa mempertimbangkan keputusan elo bener-bener. Gue balik dulu," imbuh Bagas lalu melenggang pergi.
Tere menatapa tak percaya pada pintu kelasnya seusai kepergian Bagas. "Udah kaya jalangkung tuh bocah. Lagian lo smaa Bagas kenapa muncul tiba-tiba gini?
"Password elo?" Juna menyodorkan kembali ponsel itu.
"Mau lo apain?!"
"Buruan."
Alana memasukkan password ponselnya lantas menyodorkan kembali ponselnya.
"Lo tau? Nomor ini?" Juna menunjukkan nomor ponselnya "Dua puluh empat jam gue bakal dateng buat elo, Lan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Halo Alana
Teen Fiction[COMPLETED] Bagi Alana hidupnya akan damai jika tak berurusan dengan Aldrio atau Juna. Menyenangkan menjadi wakil ketua osis. Jika ketuanya bukan Aldrio, si manusia es yang suka bertindak semaunya. Menyenangkan menjalani hidup SMA dengan sejuta nove...