Pada kangen kaga sama gue?
Gue tau pasti engga :')****
Matahari baru saja menampakkan sinarnya di sisi timur. Gumpalan awan kecil menghiasi hamparan langit biru layaknya permen kapas. Seorang gadis berambut kecokelatan yang ia ikat baru saja tiba di sekolah lengkap dengan cardingan tipis yang ia kenakan.
Alana menstandarkan sepedanya di parkiran. Kemudian, ia berjalan menuju kelasnya yag terletak di lantai dua. Koridor masih sepi, wajar baru jam enam pagi. Biasanya siswa-siswi baru sampai sekolah saat bel masuk akan berbunyi. Alana masih tenang, menikmati kesunyian di ruang kelasnya. Hanya dirinya yang ada di ruang kelas itu.
Alana mengeluarkan novel yang belum sempat selesai ia baca. Ingin beristirahat sebentar, sebelum nanti ia akan membaca dan mempelajari materi yang lebih menyita kerja otak. Gerakan Alana terhenti ketika ia melihat satu kotak susu rasa stoberi di laci mejanya.
Kedua alisnya tertaut dan ia bertanya pada dirinya sendiri. Siapa yang menaruh susu stoberi itu di laci mejanya? Alana mengambil kotak susu tersebut, lantas ia memperhatikan secara terperinci.
Masih baru kok. Tapi siapa yang naruh di sini?
Alana terus melihat kotak susu itu dengan tatapan bingung. Ia menoleh saat seseorang masuk ke dalam kelas.
"Baru dateng Ter?"
"Baru banget, masih anget. Kenapa?"
Alana menggeleng "Engga papa."
Mata Tere berbinar saat melihat susu stoberi di tangan Alana. "Itu...punya siapa?"
Alana menyodorkan susu kotak itu pada Tere. "Masih baru tuh. Engga tau dari laci."
Tere berbalik menatap Alana curiga "Engga lo racunin kan?"
"Ya engga lah Ter."
Tere membuka plastik sedotan dan memasukkan sedotan. Ia mulai menyedot susu stoberi berukuran sedang. Kesukaan Tere. Ia meletakkan tasnya dan duduk di kursi di sebelah Alana.
Gadis itu sudah duduk anteng dengan telinga yang tersumpal headseat. Samar-samar Tere bisa mendengar lagu Treat You Better dari Shawn Mendes. Sepertinya suasana hati Alana sedang baik hari ini. Semoga saja tidak—
"Lan, keluar."
Tere menoleh ke pintu kelas, arah sumber suara. Ternyata Aldrio memanggil Alana. Tere menatap Alana yang masih hanyut dalam dunia imajinasi yang ia ciptakan sendiri. Kemudian, Tere menyenggol Alana berusaha menyadarkan kembali gadis itu dari khayalannya. Alana menatap Tere seolah bertanya 'Kenapa sih?'. Tere menggerakkan dagu ke arah pintu seolah mengerti Alana menoleh melihat Aldrio ada di depan pintu.
Ia bangkit, menutup kembali novelnya. Setelah itu, ia menghampiri Aldrio yang masih memasang muka datar.
"Apa?" tanya Alana datar sembari melipat tangannya di depan dada.
Tanpa menjawab Aldrio menarik tangan Alana dengan kasar. Memaksa gadis itu supaya mengikuti langkahnya. Alana bingung, ia terus berusaha melepaskan cengkeraman tangan Aldrio. Tapi, semua usahanya nihil, tetap saja Aldrio lebih kuat daripada dirinya.
"Yo! Apaan sih?! Lepasin! Sakit tau!" ucap Alana sedikit berteriak.
Beberapa siswa yang melintasi koridor langsung menatap Alana dan Aldrio. Mereka menjadi pusat perhatian.
"Ngga usah liat-liat!" bentak Alana.
Demi apapun! Gue pengen nyakar ini manusia kalo bisa!
KAMU SEDANG MEMBACA
Halo Alana
Teen Fiction[COMPLETED] Bagi Alana hidupnya akan damai jika tak berurusan dengan Aldrio atau Juna. Menyenangkan menjadi wakil ketua osis. Jika ketuanya bukan Aldrio, si manusia es yang suka bertindak semaunya. Menyenangkan menjalani hidup SMA dengan sejuta nove...