After April passes
Let's turn around as if nothing happened
So our last goodbye can be beautiful
Let's smile a little bit more till then—Beautiful Goodbye, Chen—
****
Cahaya matahari mengusik tidur Aldrio. Cahaya yang masuk melalui sela-sela jendela membuatnya mau tak mau memaksa untuk menbuka matanya. Rasanya baru sebentar Aldrio memejamkan matanya setelah semalaman terjaga. Aldrio teringat, ia baru saja memejamkan matanya sekitar jam empat pagi. Lalu ia mengecek ponselnya, ada beberapa notif yang masuk.
Ponselnya berbunyi. Ada notif dari Juna.
Juna
Jangan lupa, hari ini Meisha berangkat. Jam 7 gue jemput elo. Gue pastiin muka elo udah kaya zombie yang mengenaskan.
Pukul enam pagi, satu jam lagi ia harus sudah bersiap mengantarkan sahabat kecilnya itu ke bandara. Meisha memutuskan kembali ke London. Memulai sesuatu yang naru di sana. Meisha merasa tak ada sesuatu lagi yang membuatnya bertahan di sana. Mereka bertiga hanya ditakdirkan untuk menjadi sahabat, tidak lebih. Mungkin jalan untuk menyadarkan mereka harus berliku baru mereka mengetahui bahwa mereka memang tidak ditakdirkan menjadi lebih.
Inilah titik di mana Meisha merasa harus memperbaiki sesuatu yang salah dari dirinya. Meisha tak mau menjadi lebih jahat lagi dan melukai orang-orang yang ia sayangi.
****
Bandara pagi itu terlihat sibuk. Para penumpang terlihat berlalu lalang dan mobil-mobil serta motoe berbaris rapi di parkiran. Ada yang mengantar kepergian keluarga atau kerabat mereka dan ada yang tidak sabar menunggu kedatangan keluarganya. Mereka punya satu harapan yang sama, berharap yang pergi dan pulang ke rumah sampai tujuan dengan selamat.
Cuaca hari ini terlihat sangat cerah. Hamparan langit biru tanpa setitik awan tampak membentang. Mobil yang ditumpangi mereka bertiga telah sampai. Juna menarik koper Meisha, sementara Aldrio membawa satu tas kecil berisi oleh-oleh buatan Mama dan Mama Juna untuk sahabat mereka itu. Meisha berhenti saat ia menyadari waktunya sebentar lagi. Gadis itu mengambil kopernya dan tasnya dari tangan Aldrio dan Juna. Tidak banyak percakapan mereka sejak di mobil tadi. Meisha membiarkannya, merasa itu lebih baik.
Meisha menatap kedua sahabatnya dengan senyuman tipis. "Gue balik, mungkin gue bakalan menetap di London. Tapi gue bakalan mampir ke Indonesia kalau gue liburan atau ada waktu luang. Terima kasih buat semuanya. Buat pelajaran yang luar biasa."
Meisha kini menatap Jun"Buat lo Aldrio, gue yakin kalau misal elo dan Alana ditakdirkan buat bersama. Gue yakin, dia bakalan balik ke samping elo. Gue percaya bakalan ada sesorang yang baik buat elo."
"Buat lo Juna, gue percaya kalau ada orang yang baik yang ditakdirin buat lo Jun. Dan....gue kasih tau, kadang lo perlu ngeliat hati lo lebih jauh lagi dan ngeliat sekitar lo, mungkin orang itu ada di dekat lo."
Meisha menghela napas lalu menyunggingkan senyum dan memeluk kedua sahabatnya. "I will miss you guys! Jaga diri kalian baik-baik. Gue balik."
Pelukan yang semula erat itu mulai mengendur. Meisha kembali tersenyum sebelum akhirnya gadis itu benar-benar berbalik dan berjlaan meninggalkan kedua sahabatnya di sana.
"Aldrio, lo ngga dapat apa-apa. Lo bisa mikir kan? Kenapa ini bisa terjadi sama lo?"
Juna menghela napas lantas menarik tangan Aldrio "Besok-besok lo dandan cakep kek Malu gue liat muka lo yang berantakan. Kita cari sarapan dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Halo Alana
Teen Fiction[COMPLETED] Bagi Alana hidupnya akan damai jika tak berurusan dengan Aldrio atau Juna. Menyenangkan menjadi wakil ketua osis. Jika ketuanya bukan Aldrio, si manusia es yang suka bertindak semaunya. Menyenangkan menjalani hidup SMA dengan sejuta nove...