Manusia tidak pernah tahu betul
Bagaimana proses jatuh cinta itu dimulai.****
"Lo berdua ngapain?" Suara Mario.
Otomatis mata Alana dan Aldrio tertuju pada sumber suara. Mario yang sedang berdiri di depan pintu menatap heran Alana dan Aldrio yang terlihat seperti berpelukan. Mata Alana melotot, ia langsung mendorong bahu Aldrio agar segera menjauh dari dirinya.
"Lo ngapain berdua? Lo berdua pelukan?" ulang Mario.
"Gu—ah tadi ada tikus. Gue takut terus ngga sengaja gue—"
"Pelukan sama Aldrio?" Mario menganggukan kepalanya "Tapi dari gelagat lo berdua keliatan disengaja."
"Lo berdua kaya sinetron deh. Ke gep peluk-pelukanan terus lo pake alesan ada tikus lah ada kecoa lah lo takut lah. Basi. Banget." tambah Mario.
Aldrio berusaha mengontrol ekspresi wajahnya. Sedatar mungkin sampai tidak berekspresi.
"Lo korban sinetron Mar," balas Alana.
"Gue juga ogah deket-deket sama cewek kaya elo," ucap Aldrio ketus. Tangannya mengambil pulpen lalu membubuhkan tanda tangan di proposal yang telah Alana cetak.
Aldrio menyadari ekspresi Alana yang berubah menjadi muram dan kesal. Belum ada semenit, saat Aldrio merasa senang dan memeluk—ah untuk apa Alana mulai mempedulikan hal tidak penting seperti ini. Aldrio meyerahkan proposal yang telah selesai ia tanda tangani pada Alana. Gadis itu menerimanya dengan kasar.
Gagal.
Tetap saja Alana masih dongkol dengan sikap Aldrio yang sudah berubah lagi.
Mario terus memperhatikan gerak gerik dua orang itu. Ia merasakan keanehan saat memasuki ruang osis sejak adegan Alana dan Aldrio yang terlihat seperti berpelukan.
Mario mengedikkan bahu acuh. Memilih tak peduli, lagipula saat ini Aldrio terlihat sibuk dengan berkas yang ada di mejanya lagi. Sedangkan Alana sedang sibuk dengan laptopnya sembari berkomat-kamit seperti membaca mantra. Tapi sebenarnya gadis itu sedang merutuki orang yang ada di hadapannya. Aldrio. Tak ada yang mencurigakan. Tapi otak Mario tak mau sepihak dengan keinginannya.
"Lo ngapain balik ke sekolah lagi Mar?" tanya Aldrio.
Mario memasukkan ponselnya ke dalam saku "Hp gue ketinggalan terus gue balik deh. Kenapa? Gue ganggu elo?"
Iya ganggu. Banget. Lo ngga tepat masuk ke sini. Batin Aldrio.
"Engga."
"Gue cabut duluan ya Lan, Yo."
"Hmm," jawab Alana singkat.
Mario memasang kuda-kuda. "Lo berdua lanjutin aja acara peluk-pelukannya," selanjutnya ia berlari menjauhi ruangan osis.
"MARIO!!!!"
Alana hendak mengejar Mario, akan tetapi ponselnya yang berdering menghentikan niat Alana.
Aldrio
Lo jangan marah. Gue ngelakuin tadi supaya Mario ngga curiga sama gueAlana mendengus stelah selesai membaca pesan dari Aldrio "Terus penting gitu buat gue?"
"Tapi muka lo seolah-olah itu penting buat elo." Alana cuek ia membereskan barangnya begitu saja.
"Hari ini lo bawa sepeda?"
Alana mengangguk "Iya gue bawa."
"Oh."
Mereka berjalan menuju parkiran dengan posisi Alana di depan Aldrio. Sekarang Aldrio tampak seperti bodyguard Alana yang berjalan di belakang Alana sambil menekuk kedua tangannya di depan dada. Sedikit tidak nyaman bagi Alana karena sepanjang jalan mereka hanya membungkam mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Halo Alana
Teen Fiction[COMPLETED] Bagi Alana hidupnya akan damai jika tak berurusan dengan Aldrio atau Juna. Menyenangkan menjadi wakil ketua osis. Jika ketuanya bukan Aldrio, si manusia es yang suka bertindak semaunya. Menyenangkan menjalani hidup SMA dengan sejuta nove...