AFFAN!

1.4K 107 4
                                        

"Mereka bonyok gue...ORANG TUA GUE"

Plak

Tangan gue melayang juga mukul kepalanya sampek nimbulin bunyi. Mereka yang liat gue mundur perlahan. Affan merintih dengan mulut yang gak berhenti keluarin umpatan.

Gue niup rambut gue yang jatuh gangguin penglihatan gue. Liat pak polisi masang ekspresi bloon dengan mata melebar dan mulut menganga, gue perbaiki penampilan dan sikap gue. Wajah garang gue berubah semanis dan seramah mungkin buat ngubah image mereka terhadap gue, meski gue tau percuma.

"Jadi, ada yang bisa saya bantu pak?" senyum gue se-feminim mungkin.

Matra dan Affan pura-pura muntah ngeliat gue, sedang pak polisi berdehem nyadarin dirinya.

"Begini..." belum sempat ngejelasin, rombongan ibu-ibu dan bapak-bapak masuk nyamperin bocah-bocah yang sedari tadi diem.

Pemandangan yang mereka pamerin bikin gue jijik. Para bocah bertampang preman pada masang muka sedih, saling berpelukan dan minta dikasihani. Gak beda jauh sama para bonyok yang pada ngeluarin air mata buaya.

Cih.

"Jadi ini brandal yang mukul anak saya?" salah satu nyokap memelintir telinga Affan dan Matra. "Kecil-kecil jadi brandal. Dimana orang tua kalian, ha? Ini ni hasil buat anak gak becus" Matra dan Affan teriak kesakitan. "Mana orang tua kalian?"

"Masukin saja ke penjara pak" dukung ibu lainnya. "Anak model begini ni perusaka masa depan"

"Lagi pula dimana orang tuanya? Gak ada yang dampingi, mungkin mereka sengaja membiarkan berandal begini masuk penjara. Jebloskan saja ke penjara"

Liat kemarahan mereka kewarasan gue balik. Bonyok-bonyok lain pada dukung aksi gilanya nyiksa mereka. Persis orang kesurupan. Kalo gue masuk ke arena buat ngelerai mereka, gue gak bakal selamat juga.

Akhirnya gue putusin ambil langkah jitu. Gue pijat tangan gue, gue puter-puter kepala gue, siap menerjang. Gue deketin mereka dan tangan gue dengan lihainya nempel di telinga sang nyokap, melintir balik seperti apa yang dia lakuin ke kedua laki gue.

"Arrrgghhhh..." dalam satu sentakan berhasil bikin sang empunya telinga menjerit dan ngelepas tangannya dari telinga mereka.

"Lo kira lo doank yang bisa jewer. Gue juga bisa" gak kalah kuatnya, gue juga melintir telinganya tanpa ampun.

Tangannya yang ngecoba melepas tangan gue dan ngeraih rambut gue, gue gigit bikin dia makin berteriak histeris. Para bonyok lainnya ikutan histeris dan ada juga yang coba ngelerai aksi gue. Beberapa polisi juga turun tangan berhentiin gue.

Gue yang terlanjur kesetanan makin bersemangat liat muka dia yang tersiksa. "MAMPUS LO!" gue ketawa setan nikmatin aksi gue.

Gue gak perduli aksi gue ngundang banyak mata, gue gak perduli kantor ini ricuh, gue juga gak perduli polisi ikutan keluarin segala ultimatumnya. Pokoknya tujuan gue cuma pengen nyopot telinganya dari tempatnya.

"MATI AJA LO!"

*****

Setelah semuanya terkendali, kita semua di hadapin pada satu proses penyelesaian. Sekarang gak cuma wajah anak mereka yang bengap, tapi juga para bonyoknya. Termasuk muka gue dengan penampilan mengerikan. Gue gak bakal ngaca setelah ini.

Matra ngancam gue dengan lirikannya, tapi gak ngaruh buat gue. Sedang Affan gak berhenti senyum-senyum sendiri nahan tawa. Giliran gue ngelirik dia tajam, justru dia meletin gue.

Bangke!

"Oke. Jadi kalian setuju ini diselesaikan secara kekeluargaan?" tanya pak polisi sekali lagi.

Greatest BlessingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang